18 October 2020

Kenapa Banyak Pondok Pesantren Mewajibkan Santri Putrinya Mengenakan Mukena Terusan Ketika Sholat?

 

Sumber : http://fathinqurr.blogspot.com/
Sumber : http://fathinqurr.blogspot.com/


Kenapa Banyak Pondok Pesantren Mewajibkan Santri Putrinya Mengenakan Mukena Terusan KetikaSholat?
Apa kamu pernah nyantri di sebuah pondok pesantren? Jika iya, apakah pondok pesantren yang kamu tempati memiliki aturan mengenai mukena yang harus kamu kenakan ketika sholat? Tentunya, untuk kamu yang perempuan ya. Hehe.

Aku sendiri, Alhamdulillah sebelumnya pernah mengenyam pendidikan di sebuah pondok pesantren di Cirebon. Disana, ada sebuah peraturan dari seksi peribadatan (bagian pengurus) yang mengharuskan semua santri di pondok pesantren yang aku tempati untuk memakai mukena terusan atau yang biasa disebut dengan mukena langsungan ketika melaksanakan sholat. Sebelumnya, aku tidak tahu alasannya apa. Dan aku kira peraturan itu hanya berasal dari seksi peribadatan saja. Tapi seiring waktu berjalan, aku pernah mendengar perintah dari Mimi (panggilan pengasuh perempuan / nyai di pondokku) yang memerintahkan salah satu santrinya yang memakai mukena potongan untuk segera menggantinya dengan mukena terusan. Dari situ, aku baru mengerti bahwa peraturan tersebut berasal dari gagasan Mimi sendiri.

Sebenarnya, aku tidak mempermasalahkan peraturan pesantren yang mewajibkan santrinya mengenakan mukena terusan. Toh dipakainya juga enak enak saja. Tapi ya, jadinya aku harus membeli mukena baru untuk dibawa ke pesantren di liburan pertama kali. Karena keluargaku tak memiliki satu pun mukena terusan. Jadi gini ceritanya. Aku pertama masuk pesantren di bulan Ramadhan. Tapi, saat itu aku tidak tahu bahwa ada peraturan mengenai kewajiban untuk mengenakan mukena terusan ketika sholat. Jadi aku masih mengenakan mukena potongan di pesantren selama tiga minggu. Dan pengurus juga memakluminya. Asalkan setelah liburan nanti, santri harus mempunyai mukena terusan untuk dikenakan ketika sholat di pesantren selanjutnya. Kemudian setelah tiga minggu di pesantren dan waktu liburan idul fitri tiba, barulah aku membeli sebuah mukena terusan setelah lebaran di pasar baru bersama ibu dan adikku.

Lalu, kenapa harus pake mukena terusan ya? Oke. Sebelumnya, aku ingin memberitahu bahwa ini hanya pendapatku. Jika kamu tidak setuju, tidak apa-apa. Karena memang, tidak ada satu pun santri lain atau kakak kelas yang memberitahuku dengan jelas mengenai alasan mengapa semua santri di pesantren tercintaku ini diwajibkan mengenakan mukena terusan ketika sholat. Sekali lagi, aku tidak memaksamu untuk menyetujui pendapatku.

Saat aku masih menjadi santri baru yang belum berumur setahun, aku mempelajari kitab Safinatun Najah dengan bimbingan Ustadzah Munawaroh yang biasa dipanggil akrab dengan sebutan Mba Mun. Dan ketika sampai di pembahasan syarat-syarat sujud dan anggota sujud, aku menemukan alasan itu.

Pada pembahasan syarat-syarat sujud, dijelaskan bahwa ketika kita sujud ada tujuh anggota badan yang harus menempel pada tanah (alas). Kemudian pada pembahasan anggota sujud, disebutkanlah ketujuh anggota sujud tersebut. Diantaranya yaitu dahi, bagian dalam kedua telapak tangan, kedua lutut dan bagian dalam jari-jari kedua kaki. Memang sih, mungkin penjelasannya benar-benar cukup singkat jika hanya terpaku pada kitabnya saja. Namun, Mba Mun menambahkan beberapa penjelasan lain. Diantaranya yaitu, dahi harus benar-benar menempel pada alas tanpa ada penghalang. Namun, penghalang disini dikhususkan lagi. Karena penghalang yang dimaksud bukanlah sajadah. Penghalang yang dimaksud disini adalah sesuatu yang menghalangi antara dahi dan alas namun kembali terbawa ketika berdiri. Atau bisa dibilang, kain mukena jika mengenakan mukena potongan. Sedangkan jika yang menghalangi itu tetap berada di bawah dan tidak terbawa, itu tidak apa-apa. Misalnya, seorang teman menaruh sebuah bantal tepat di tempat kamu bersujud. Maka, itu tidak dianggap penghalang. Namun jika kamu mengenakan mukena potongan dan kain mukena yang kamu kenakan itu menghalangi dahi kamu dengan alas sholat, itu baru dianggap penghalang. Dan hal yang sama juga berlaku untuk bagian dalam kedua telapak tangan. Antara bagian dalam kedua telapak tangan dan alas tidak boleh ada penghalang. Itulah sebabnya santri diwajibkan mengenakan mukena terusan. Selain kain mukena yang tidak akan menghalangi dahi, mukena terusan juga memiliki model bagian tangan yang tidak menghalangi bagian dalam telapak tangan. Jadi, sujudnya bisa leluasa dan tidak harus ‘menyembunyikan’ kain mukena agar bisa ‘menempelkan’ dahi pada alas.

Lalu, bagaimana dengan kedua lutut dan bagian dalam jari-jari kedua kaki?

Well, kamu tahu kan kalau lutut dan bagian dalam jari-jari kedua kaki termasuk aurat dalam sholat bagi perempuan? Jadi, kamu tetap harus menutupi keduanya namun tetap melaksanakan syarat-syarat sujud tersebut. Sedangkan wajah (termasuk dahi) dan telapak tangan itu tidak termasuk aurat bagi perempuan.

Begitulah. Ini adalah pendapatku mengenai kenapa sebenarnya banyak pondok pesantren yang mewajibkan para santrinya mengenakan mukena terusan. Meskipun memang tidak semua pondok pesantren mewajibkannya. Tapi aku hanya ingin berbagi. Menuangkan apa yang sangat ingin aku tulis dari kepala ke sebuah media.

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: