23 August 2020

Melamar 2 : Datang

Ilustrasi/Sumber : maisya.id

Melamar 2 : Datang

Hari beranjak siang. Jalan raya yang tadinya dipadati begitu banyaknya kendaraan, kini mulai menyisakan celah untukku lewati bersama sepeda motor yang kukendarai. Untuk pergi menuju tempat yang menjadi tujuan utamaku hari ini.

---

Aku melambatkan laju sepeda motorku begitu melihat sebuah mobil pribadi terparkir  di depan teras rumah Azizah. 

Itu benar rumah Azizah, kan? Kok ada mobil, ya? Bukannya keluarga Azizah gak punya mobil? Atau, baru beli belakangan? Atau mungkin, lagi ada tamu dirumahnya? serentetan pertanyaan melewati pikiranku begitu saja. Tapi ya sudahlah. Aku harus tetap menemuinya hari ini.

---

Aku kembali melambatkan laju sepeda motorku. Dan kali ini, aku tepat berada di samping kiri mobil pribadi yang kulihat sebelumnya dari kejauhan. Persis di seberang teras rumah Azizah dan pintu ruang tamu yang terbuka. Namun tunggu. Sepertinya ada tamu di luar sana. Seperti yang telah aku duga sebelumnya. Tapi, aku tak melihat sang tuan rumah yang biasanya kutemui. Tak ada juga Azizah yang ingin kutemui. Kemana mereka? tanyaku pada diriku sendiri. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk menemui Azizah melalui jendela kamarnya yang pernah ia tunjukkan padaku.

---

Tanpa menunggu waktu hingga lima menit, kini aku telah berdiri di samping jendela kamar Azizah. Mempersiapkan diri baik-baik. Menyusun kata-kata serapi mungkin agar taak menyinggung ataupun menyakiti perasaan Azizah. Oh, itu tak boleg terjadi.

TOK! TOK! TOK!

Aku mengetuk jendela kaca yang menghasilkan suara yang cukup keras. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa jendela itu akan dibuka oleh pemiliknya.

TOK! TOK! TOK!

Aku mengetuk jendela kaca yang sama lagi. Seraya memanggil pemilik jendela kamar tersebut.

"Azizah"

Tak ada jawaban.

"Azizah"

Aku menarik napas panjang dan mengeluarkannya kembali. Kemudia terdiam beberapa saat. Berharap Azizah bisa mendengar suaraku dari dalam sana dan bersedia membuka jendela kamarnya.

"Azizah? Ini Kak Badrun" panggilku dengan suara yang lebih keras lagi. Kemudian menyandarkan diri di dinding samping jendela kamar Azizah yang memanjang dari atas ke bawah.

"Kak Burhan?" 

Suara itu terdengar jelas disampingku. Ternyata Azizah telah membuka jendela kaca kamarnya sedetik yang lalu tanpa aku sadari.

"Assalamu'alaikum, Azizah"

"Wa'alaikumussalam, Kak"

"Kamu cantik, Azizah. Tapi kenapa mata kamu berair? Kamu habis nangis, ya?"

"Aku... Aku dilamar A Akbar, Kak. Dia sepupu aku"

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: