Sunday, March 12, 2023

Crisbar Space, Tempat Ngopi Murah di Ujungberung

Mencari tempat nongkrong yang murah dan asik barangkali jadi suatu pertimbangan bagi sebagian orang sebelum benar-benar mengunjunginya. Selain itu, akses jalan yang mudah dilewati juga jadi salah satu poin penting ketika pertama kali mengunjungi tempat tersebut.

Di Bandung Timur, khususnya Ujungberung, tentu banyak tempat yang sering dijadikan tempat ngopi baik bersama teman-teman atau sendirian untuk sekadar me time. Salah satunya adalah Crisbar Space-yang juga disebut Kopi Pabrik Sukahati-, yang letaknya tepat berada di sisi jalan, tak jauh dari Ubertos.
Ketika mengunjunginya, kamu akan melihat plang berwarna putih yang disertai tulisan CRISBAR SPACE berwarna kuning. Kemudian masuk, dan kamu akan menjumpai tempat parkir motor. Setelah itu, barulah akan ditemui bagian kasir untuk memesan makanan atau minuman.

Kalau membicarakan menu, sebenarnya di sini tidak terlalu banyak menu yang ditawarkan. Tapi kamu tetap bisa memilih untuk makan makanan berat atau ringan, atau mungkin sekadar minuman misalnya. Untuk harga sendiri, cukup terjangkau kok untuk standar kafe. Aku sendiri pernah membeli camilan sekaligus minumannya dengan total harga Rp19.000.

Dari segi fasilitas, Crisbar Space memiliki wastafel yang bisa dijumpai dengan mudah. Ya setidaknya, tidak harus ke toilet dulu untuk menemukan wastafel. Hal ini memang diutamakan sekali karena menu yang dihidangkan di sini tidak disertai sendok atau garpu. Jadi kalau tanganmu kotor sebelum makan, ya bisa cuci tangan dulu pakai sabun.

Selain wastafel, fasilitas yang tak kalah penting dari tempat nongkrong adalah wifi. Hehe. Sebagai salah satu orang yang mengincar tempat-tempat ber-wifi, fasilitas ini cukup penting bagiku yang senang ngopi sambil mengerjakan tugas. Untuk password wifi sendiri bisa kita tanyakan pada kasir atau pelayan yang ada di sana.

Sedangkan untuk konsep tempatnya sendiri, kafe ini mengusung konsep semi outdoor di mana pengunjung bisa duduk disertai atap, tapi tidak dalam ruangan tertutup. Namun karena hal ini pula, kita jadi akan menemui kucing-kucing di sana. Yang terkadang, sedikit mengganggu karena mereka sering mengincar makanan daging yang kita beli. Jadi kalau kamu makan di sana dan masih tersisa makanan di piringmu, siap-siap jadi incaran kucing deh. Hehe.



Karena tempatnya yang tidak terlalu luas, beberapa fasilitas lain seperti toilet dan musala bisa dengan mudah terlihat tanpa harus berjalan ke sana kemari. Sayangnya, tempat wudunya cukup terbuka. Jadi mudah terlihat para akhi, hehe. Dan sayangnya lagi, tidak ada peminjaman mukena di sana. Jadi untuk para perempuan yang terbiasa salat mengenakan mukena, mending bawa mukena sendiri ya.

Oke, jadi sekian sedikit ulasan dariku tentang Crisbar Space. Terlepas dari plus minusnya, tempat ini bisa jadi rekomendasi untukmu yang sedang mencari tempat berkumpul bersama teman atau menugas sekaligus me time. Selamat berkunjung. 

Sunday, March 5, 2023

Cara Dapat Bacaan Gratis dan Edukatif Tapi Legal di Internet Tanpa Iklan

TAMAT.

Satu buku telah selesai dibaca. Tapi setelah itu, mau baca buku apa lagi, ya? Karena semua buku yang dimiliki, sudah habis dibaca. Sedangkan kalau mau beli buku lagi, harus nabung dulu. Baca artikel di internet, tak mau juga karena terlalu banyak iklan. Malahan, terkadang muncul iklan dengan visual yang tak senonoh dan tak sepantasnya ditempatkan di web tersebut. Padahal, tak jarang isi tulisan tersebut cukup berkualitas dan oke untuk dibaca.

Tapi, bagaimana dengan aplikasi bacaan?

Ya, aplikasi bacaan juga dapat dengan mudah ditemukan. Namun tidak semua aplikasi menawarkan bacaannya secara gratis. Karena cukup banyak juga aplikasi bacaan yang mengharuskan penggunanya membayar agar bisa membaca isi tulisannya.

Jika kamu sedang berada di posisi tersebut, mungkin beberapa alternatif di bawah ini bisa jadi solusi agar kamu bisa mendapatkan bacaan gratis tapi tetap berkualitas.

Aplikasi Ipusnas

Aplikasi Ipusnas

Di aplikasi ini, kita bisa menemukan baaanyak buku digital alias ebook yang berkualitas. Beberapa karya penulis terkenal pun telah masuk daftar koleksi di aplikasi ini. Selain itu, kita juga bisa menemukan buku referensi mengenai mata kuliah tertentu yang tentunya, bisa membantu kamu di kala ada tugas membuat makalah atau bahkan, membuat skripsi!

Namun selayaknya perpustakaan, satu judul ebook dalam aplikasi ini hanya memiliki beberapa salinan. Kalau buku fisik, ibaratnya eksemplar gitu deh. Jadi kalau ternyata saat kita mau pinjam dan salinannya sudah habis, kita mesti mengantri salinan ebook tersebut dan baru bisa membacanya jika salinan ebook sudah tersedia kembali.

Pun jika kamu sedang meminjam ebook-nya,  kamu hanya memiliki waktu beberapa hari untuk meminjam ebook tersebut . Jika lebih dari waktu yang telah ditentukan, ebook tersebut akan dikembalikan otomatis oleh sistem. Ya ibaratnya, diambil paksalah ya. Kalau kita pinjam buku di perpustakaan luring dan dikembalikannya melewati batas waktu, kita kan bisa kena denda. Nah kalau kita pinjam buku digital di ipusnas ini, bukunya akan dikembalikan otomatis oleh sistem dan kita tidak perlu membayar denda.

Selain ipusnas, masih ada beberapa aplikasi yang serupa dengan perpustakaan digital ini. Di antaranya iJakarta, iNgawi, dan beberapa aplikasi lainnya yang dikembangkan PT Woolu Aksara Maya.

Majalah Digital

Tidak hanya buku, majalah pun kini merambah ke dunia digital. Salah satu majalah digital yang bisa didapatkan secara gratis adalah BCH Zine! melalui link bio akun Instagram @creativehub.bdg. BCH Zine! Ini rilis di setiap akhir bulan, dan membahas tentang kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi di BCH. Tak jarang, tim redaksi juga mengakhiri halaman majalahnya dengan berbagai permainan loh!

Selain BCH Zine!, DejavuMagz juga bisa jadi pilihan kamu untuk membaca bacaan berkualitas. Majalah digital ini merupakan produk dari Forum Penulis Seluruh KPI (FPSK) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Isinya mencakup kegiatan yang terdokumentasi dalam lingkup jurusan, dan ulasan buku, lagu, hingga film! Untuk mendapatkannya, kamu bisa akses link bio di akun Instagram @dejavumedia__.

Google Play Book

Aplikasi Google Play Book

Meski dikenal sebagai tempat pembelian ebook, nyatanya ada banyak ebook yang bisa dinikmati secara gratis oleh pengguna. Ebook gratis ini bisa ditemukan di tab ‘Gratis terpopuler’ atau dari saran yang tersedia. Jadi, kita tinggal pilih dan download saja ebooknya.

Di antara ketiga pilihan tersebut, jadi kamu mau pilih yang mana nih? Share di kolom komentar ya!

Saturday, February 25, 2023

Brianna dan Bottomwise Mencari Gitar Sang Legenda Musik!

Buku Brianna dan Bottomwise
Judul : Brianna dan Bottomwise

Penulis : Andrea Hirata

Tahun terbit : 2022

Jumlah halaman : xviii + 362 halaman

Harga buku : Rp115.000,00

Nomor ISBN : 978-602-291-942-1

Mungkin, kamu sudah tidak asing dengan buku berjudul Laskar Pelangi. Buku tersebut merupakan karya Andrea Hirata yang membuatnya dikenal luas sebagai penulis di Indonesia dan mancanegara karena Laskar Pelangi telah diterbitkan dalam berbagai bahasa di dunia.

Usai 17 tahun setelah karya pertama tersebut terbit, Pak Cik -panggilan akrab Andrea Hirata- kembali merilis buku yang pertama ditulisnya dalam Bahasa Inggris dan akan diterbitkan di luar Indonesia. Buku tersebut berjudul Brianna and Bottomwise yang kemudian diterbitkan dalam Bahasa Indonesia pada pertengahan tahun 2022 melalui Penerbit Bentang Pustaka.

Buku ini berkisah tentang Bottomwise, seorang detektif swasta di California yang mencari gitar kesayangan seorang legenda musik yang amat terkenal. Tapi ia tak sendiri. Ia merekrut Brianna, seorang pembuat wafel yang mengagumi musisi tersebut, dan akhirnya menjadi asisten yang menemaninya dalam perjalanan mencari gitar sang musisi.

Selain Brianna dan Bottomwise, masih ada banyak tokoh yang bermunculan dalam cerita novel ini. Makin banyak bab yang sudah dibaca, makin banyak pula tokoh yang bermunculan. Dan ini justru membuatku menerka-nerka, ada hubungan apa di antara tokohnya?

Sayangnya, cerita ini bisa terbaca jelas alur ceritanya hanya dengan membaca bab paling terakhir dan setelah tahu apa konflik permasalahannya. Jadi, karena sudah tahu akhirnya, jadi kurang greget aja gitu bacanya. Karena kan, ya ada gitu novel yang tak cukup baca sampai konflik permasalahan dan bab terakhirnya saja. Yang walaupun kita baca bab terakhir, kita tidak akan puas karena memang ‘semisterius’ itu alur ceritanya.

Meski begitu, kemisteriusan cerita novel ini justru terletak pada pertengahannya. Dari bab satu ke bab lain, ada saja hal yang tidak disangka. Tokoh baru, hubungan baru, pelajaran dan hikmah baru, terus menyertai sepanjang cerita ini.

Baca juga: Review Buku 'Loneliness is My Best Friend'

Dan sebagai seorang penulis asli Indonesia, latar tempat Indonesia juga dimasukkan dalam cerita ini. Bisa dibilang, latar Indonesia dan latar luar negeri dalam novel ini cukup berimbang. Tapi ya, latar tempat Indonesia cukup lebih dijelaskan detailnya.

Secara umum, novel ini mengambil musik sebagai tema besarnya. Dimulai dari konflik di mana seorang musisi kehilangan gitarnya, seorang pemuda desa yang bermimpi jadi musisi tapi bertelinga kuali, hingga gadis cilik yang bermimpi jadi musisi tapi penuh dengan permasalahan keluarga.

Oleh karenanya, banyak istilah-istilah musik yang muncul dalam novel ini. Sayangnya, aku termasuk orang yang kurang paham mengenai dunia alat musik sehingga tidak bisa membayangkan bagaimana kiranya bunyi musik yang dideskripsikan.

Selain itu, akhir cerita novel ini sangat menggantung. Masih banyak tokoh yang belum tentu nasibnya. Membuatku kecewa sekaligus penasaran, karena kelanjutan ceritanya masih ada di Brianna dan Bottomwise 2, yang sayangnya belum terbit.

Dan, terakhir, buku ini pastinya sangat recommended untuk jadi wishlist bacaan kamu. Atau bisa juga jadi pemberian ke adik tersayang. Karena menurutku, adegan-adegan dalam novel ini benar-benar ramah keluarga. Dan di dalamnya sangat banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik.

Selamat membaca.

Saturday, February 18, 2023

Masjid Al-Azwia, Tempat Singgah untuk Salat di Tengah Perjalanan

Perjalanan jauh tentu merupakan hal yang melelahkan. Entah itu naik kendaraan umum atau kendaraan pribadi, keduanya memiliki ketidakenakannya tersendiri.

Naik kendaraan umum misalnya, ya tentu saja ongkos yang mahal. Apalagi, baru-baru ini kan harga BBM naik. Lalu kita juga tidak bisa berhenti di sembarang tempat. Misalnya, kita sudah membayar ongkos penuh sampai tujuan di tempat sewaktu menaiki kendaraannya. Namun saat masih di tengah jalan, waktu salat hampir berakhir. Atau misalkan, ingin salat dulu saja walaupun waktu salatnya masih lama.

Lain lagi kalau naik kendaraan pribadi. Kalau kita yg mengendarai, fokus harus selalu terjaga dan menghindari lamunan. Tapi ya enaknya, kita bisa berhenti atau mampir-mampir dulu. Misalnya berhenti di rumah makan, jajan di pinggir jalan, atau salat di masjid atau musala terdekat. Apalagi kan, masjid di pinggir jalan sudah banyak sekali kita lihat.

Namun, meski aku termasuk tim yang naik kendaraan umum, berhenti di tengah jalan untuk menunaikan salat jadi keputusanku kala perjalanan pulang dari Cirebon ke Bandung beberapa hari lalu. Memang tidak salat di awal waktu juga sih. Karena saat itu, kondisinya mobil baru jalan dari Kadipaten pukul setengah dua belas. Ya, gara-gara kelamaan ngetem sebenarnya. Dan sayangnya, aku bayar ongkos penuh. Jadi agak disayangkan kalau harus berhenti di tengah jalan di awal waktu salat. Sedangkan ongkos sebenarnya saja masih jauh dari ongkos yang dibayar. 

Akhirnya, aku memutuskan untuk berhenti kira-kira pukul setengah dua lebih ketika sampai di Tanjungsari. Dan setelah melihat-lihat beberapa masjid di pinggir jalan dari balik jendela, Masjid Al-Azwia jadi pilihanku untuk singgah dan salat di sana. Dari luar, masjidnya tampak cukup luas. Lahan parkirnya juga cukup untuk beberapa mobil dan motor.

Masjid Al-Azwia, Tanjungsari

Dekat parkiran, sudah bisa terlihat pintu menuju toilet dan tempat wudu bagi laki-laki dan perempuan. Tapi sebelum menuju toilet, ada pula rak penyimpanan alas kaki yang letaknya tak jauh dari pintu toilet perempuan. Setidaknya, kita bisa meneduhkan alas kaki yang dipakai di sini kala cuaca hujan.

Tempat penyimpanan alas kaki

Setelah menyimpan alas kaki, tentu wudu dulu sebelum salat, ya. Kalau mau ke toilet, ya boleh juga.

Yang menarik, bagian dalam toilet di masjid ini sangat bersih, lo. Tidak ada sampah berserakan sedikit pun. Bahkan meski tisu di pojok toilet. Karena terkadang, kan, ada tuh masjid yang dari luar kelihatannya megah dan bersih, tapi ada sampah-sampah kecil di toiletnya.

Baca juga: Masjid Al-Jabbar itu Bagus, Tapi ...

Di toilet perempuan sendiri, ada 4 toilet yang menyatu dengan tempat wudu. Dan di salah satu sisi dindingnya terpasang cermin besar. Sangat bermanfaat sih buat perempuan kalau mau merapikan kerudung atau rambut agar tidak berantakan. Tak lupa, ada juga tempat penyimpanan barang di atas kerannya. Yang pasti, fungsinya untuk menaruh barang yang kita bawa, ya. Tapi sayang, sewaktu aku ke sana, dua kunci toiletnya rusak. Hehe.

Selfie : )

Untuk memasuki masjid, pintu yang dilewati laki-laki dan perempuan berbeda. Bagi laki-laki, bisa memasuki masjid melalui pintu utama yang terbuat dari kaca. Sedangkan bagi perempuan, bisa memasuki masjid melalui pintu yang lebih kecil dan sedikit tersamarkan karena menyerupai dinding di sekitarnya. Letaknya, tak jauh dari tempat penyimpanan alas kaki.

Pintu kaca

Begitu masuk, tampak masjid ini memiliki bangunan yang amat sederhana. Tapi berfungsi utuh keseluruhannya.

Di sisi depan tengah, terdapat sebuah mimbar beserta mikrofonnya. Uniknya, tempat yang biasa ditempati imam tersebut dikelilingi kolam ikan kecil yang membuat masjid ini berbeda dengan masjid pada umumnya.

Mimbar

Di kedua sudut dinding, masih sisi depan, dinding tampak cekung dan terisi rak Al-Qur'an. Desain ini membuatnya jadi tampak menghemat tempat dibanding meratakan dinding dan menyediakan Al-Qur'an beserta rak di luar dinding.

Rak Al-Quran

Kalau tidak bawa sajadah, kita tidak akan salat di atas lantai begitu saja. Karena ada sajadah yang terhampar, kurang lebih memenuhi tiga per empat ruangan. Jadi jemaah laki-laki dan perempuan akan kebagian sajadahnya.

Sayangnya sih, pembatas salat antara laki-laki dan perempuan yang berupa kayu di sini kurang lebih hanya sampai seperut orang dewasa. Terlalu pendek untuk menjadi pembatas di sebuah masjid.

Tapi, hal lain yang tak kalah penting dibicarakan dalam sebuah masjid adalah ketersediaan peminjaman mukena. Hayo.. siapa yang suka ke masjid tapi gak bawa mukena? Hehe. Di sini, kita akan menemukan tempat peminjaman mukena tepat di sebelah pintu perempuan. Tinggal ambil saja. Tidak ada penjaganya. Tapi, lipat dan rapikan kembali mukena yang telah dipakai, ya.

Rak mukena

Beralih ke atas, kita akan menemukan ukiran kaligrafi pada kertas yang mengelilingi dinding masjid. Dan tepat tergantung di atas mimbar, terdapat jam beserta jadwal salat digital.

Kaligrafi dan jam digital

Tak hanya di dalam masjid, kita pun dapat menikmati pemandangan indah berupa gunung hijau ketika duduk di serambi masjid. Benar-benar istirahat yang cukup nyaman deh di tengah perjalanan. Salatnya iya, istirahatnya iya, menyegarkan matanya juga iya. Dan kalau lapar, tinggal menyeberang saja. Karena di sana ada beberapa rumah makan. Hehe.

Pemandangan dari luar masjid

Semoga ini bisa menjadi referensi pilihan masjidmu untuk salat di tengah perjalanan, ya. Hati-hati di jalan.

Saturday, February 11, 2023

Masjid Al-Jabbar itu Bagus, Tapi ...

Sejak diresmikan beberapa pekan lalu, Masjid Al-Jabbar selalu ramai dikunjungi banyak orang. Desain masjidnya yang menarik membuat banyak orang terkagum-kagum sehingga penasaran ingin melihatnya secara langsung.

Termasuk salah satu di antara banyak orang yang penasaran tersebut, akhirnya aku mengunjungi Masjid Al-Jabbar di akhir Januari lalu. Saat sampai di sana, hari sudah sore bahkan menjelang magrib. Namun keadaan itu membuat aku menjadi orang yang beruntung karena dapat menyaksikan pemandangan masjid saat langit masih cerah tapi disertai cukup cahaya di serambi masjid.

Tampak Masjid Al-Jabbar di sore hari

Seperti masjid pada umumnya, Masjid Al-Jabbar juga memberlakukan batas suci di mana pengunjung harus melepas alas kaki ketika hendak menapaki area masjid. Beruntungnya, di sana banyak pengasong kantong kresek yang menjual kantong kresek kepada pengunjung di dekat pintu masuk dan keluar. Jadi, pengunjung bisa mengamankan alas kakinya dengan bantuan kantong kresek, bahkan meski lebih dari satu pasang alas kaki. Tapi ya tidak enaknya, pintu masuk dan keluar jadi penuh dengan pedagang, belum lagi pengunjung yang berdesakan masuk atau keluar. Ditambah, masih ada pedagang lain di sisi kanan-kiri dekat pintu masuk dan keluar.

Setelah mengamankan alas kaki, aku dibuat terkagum dengan desain masjid yang berbeda dari yang lain. Karena terdapat beberapa tempat wudu yang berdiri dengan bentuk lingkaran di serambi masjid dengan desain yang indah dan diterangi cahaya kuning. Sayangnya, tempat wudu ini terbuka sehingga tidak direkomendasikan bagi perempuan yang berjilbab. Selain itu, karena jumlahnya yang agak banyak, muncul kekhawatiran tersendiri bagi pengunjung karena ada genangan di sektitar tempat wudu.

Tempat wudu di serambi masjid

Masih di serambi masjid, ada tempat duduk melingkar yang mengelilingi sebuah pohon. Aku kurang tahu betul sih itu pohon apa. Tapi yang pasti, tempat duduknya enakeun karena ada sandarannya. Hehe.

Baca juga: Pecinta Buku, Yuk ke Perpus BCH!

Karena kebelet pipis di sore itu, jadi jelas aku pergi ke toilet perempuan. Tapi yang bikin kecewa, toilet perempuan malah mampet sehingga perempuan dipersilakan buang air di toilet laki-laki. Itu sih, di kunjungan pertama kali. Karena beberapa hari setelah kunjungan pertama, aku ke Masjid Al-Jabbar lagi. Dan alhamdulillah toilet perempuan sudah tidak mampet.

Positifnya, penjaga toilet perempuan itu perempuan juga. Bukan laki-laki. Ya, karena kan, pas kunjungan pertama, aku buang air di toilet laki-laki tuh. Yang jaga toiletnya itu laki-laki. Jadi ya, risilah gitu.

Tidak jauh dari toilet, ada tempat wudu yang sangat luas. Keran airnya juga banyak. Hehe. Dan di atas keran, ada tempat penyimpanan barang. Yaa.. masa sih bepergian keluar gak bawa barang banget? Ya setidaknya ada tas kecillah. Atau mukena. Kan Namanya juga ke masjid. Masa gak bawa mukena, wkwk. Dan ini juga jadi poin positif. Karena di beberapa masjid, ada tuh yang gak ada tempat penyimpannnya. Jadi hanya disediakan beberapa paku di sekitar tempat wudu.

Baik untuk laki-laki atau perempuan, toilet dan tempat wudunya terletak di bawah. Sedangkan tempat salatnya berada di atas. Dan untuk menuju tempat salat, harus keluar dulu dari tempat wudu dan melalui serambi masjid yang ramai oleh banyak orang. Keadaan ini sangat memungkinkan adanya sentuhan fisik antara laki-laki dan perempuan, yang jelas dapat membatalkan wudu. Terlebih jika berkunjung di waktu-waktu dekat, di mana pengunjung masih membludak. Ya, sebenarnya, dari tempat wudu, ada tangga juga yang tidak mengharuskan kita melewati pelataran masjid. Tapi aku kurang tau itu tangga menuju ke mana. Karena memang tangganya ditutup juga.

Menuju tempat salat, ada banyak pintu masuk yang bisa dilewati. Tapi ya… terkadang hanya beberapa yang benar-benar dibuka. Di kunjunganku ke sana kedua kalinya, pintu yang terbuka hanya satu. Atau, ada dua, ya? Aku kurang tau tepatnya. Tapi begitu masuk, memang bagian dalam masjidnya cukup bagus. Sayangnya, aku tidak bisa keliling bagian dalam masjid. Karena buru-buru salat ashar, dan orang lain udah diusir buat keluar masjid kalau sudah melaksanakan salat asar. Jadi ya, salat dulu deh. Sehabis itu, tak ada momen untuk mengabadikan bagian dalam masjid karena beberapa petugas yang memburu-buru untuk keluar masjid. Dan fyi, petugas bilang, pintu masjid baru akan dibuka lagi ketika waktu magrib tiba. Sedangkan saat itu, aku dan orang lain diusir sekitar pukul 4 lebih.

Begitu keluar, sebenarnya mikir juga. Kenapa ya, harus diburu-buru? Kan niatnya mau salat. Jadi kasihan sama orang lain yang mau salat. Jadinya mereka salat di luar, dekat pintu masjid. Tapi ya di satu sisi, mungkin memang banyak juga orang yang masuk masjid tapi bukan untuk salat. Melainkan untuk berswafoto, atau bahkan tidur. Jika ada.

Balik lagi ke serambi masjid.

Di sisi kanan dan kiri masjid, terdapat lorong yang dikelilingi perairan. Di sisi-sisinya, terdapat tempat duduk yang menghadap perairan. Kalau masjidnya tidak terlalu ramai sih, tempat ini bisa jadi tempat favorit buat merenung sambil menikmati suasana perairan yang sejuk.

Lorong Masjid Al-Jabbar

Danau buatan

Oh ya, mungkin kamu juga pernah membaca berita, bahwa di awal pembukaan Masjid Al-Jabbar terdapat anak-anak yang berenang di kolam, bukan? Nah, tak jauh dari tempat wudu, sebenarnya memang benar ada beberapa kolam yang mengelilingi air mancur. Tapi saat ke sana, kolam tersebut kering dan diberi penghalang. Mungkin ini sebagai bentuk antisipasi juga barangkali ada anak-anak yang berenang di kolam lagi, ya.

Selain tentang kolam, museum nabi juga menjadi fasilitas yang dikabarkan ada di Masjid Al-Jabbar. Tapi sayangnya aku belum menemukan museum nabi itu berada di sebelah mana. Hiks ☹

Terakhir, taman di Masjid Al-Jabbar. Ya karena masjid ini termasuk salah satu masjid besar yang dapat menampung banyak jemaah, jadi tamannya juga memang cukup luas. Disertai tempat-tempat duduk yang membuat kita nyaman duduk di sana kala sore hari. Lahan parkirnya juga luas, jadi jelas dapat menampung banyak kendaraan.

Foto dari taman Masjid Al-Jabbar

Kesimpulannya, Masjid Al-Jabbar itu memang nyaman kalau dilihat dari fasilitas yang disediakan. Tapi karena belakangan ini pengunjungnya masih membludak, jadi kurang nyaman aja di beberapa sisi.  Semoga yang aku tuliskan ini bisa jadi pertimbangan kamu untuk memutuskan jadi berkunjung ke Masjid Al-Jabbar atau enggak, ya. Hehe.







Saturday, February 4, 2023

Tahan Jari Daripada Celakai Diri
Ilustrasi orang bermain media sosial/Canva

Media sosial merupakan hal yang biasa kita gunakan dalam keseharian. Terutama bagi kita yang terbiasa dengan ponsel yang di dalamnya terunduh beberapa aplikasi media sosial, seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan sebagainya. Meski tidak semua aplikasi media sosial diunduh, setidaknya ada satu aplikasi yang diunduh di ponsel setiap orang, misalnya WhatsApp.

Keberadaan aplikasi-aplikasi ini seolah menjadi sebuah keharusan karena beragam aktivitas kita yang berkaitan dengan media sosial tersebut. Seperti kegiatan perkuliahan yang mengharuskan kita membuat grup kelas di WhatsApp, atau kegiatan berjualan yang mengharuskan kita membuat konten di Instagram.

Namun, sesuai namanya, media sosial adalah media yang dimanfaatkan untuk bersosialisasi di dunia maya. Di dalamnya, akan ditemukan manusia dengan beragam karakter yang tersembunyi di balik akunnya. Sayangnya, tidak semua akun dapat menyenangkan kita. Ada  saja yang membuat kita kesal, jengkel, bahkan marah, karena foto, cuitan, atau video yang diposnya.

Selain karena postingan orang lain di media sosial, terkadang amarah juga bisa muncul ketika kita membaca komentar orang lain di suatu postingan. Secara tak sadar, komentar mereka justru membawa kita ikut emosi dan tak mampu menahan jari untuk berkomentar.

Di lain waktu, kita bisa saja menjadi si pelaku yang membuat orang lain kesal tanpa disadari diri. Atau bahkan, melampiaskan kekesalan yang dialami di dunia nyata ke dunia maya. Entah dengan foto, video, atau kalimat yang dipublikasikan di media sosial baik sebagai postingan atau komentar.

Ketika berada di salah satu posisi di antara ketiganya, hendaknya kita menahan jari untuk melakukan apa pun di media sosial, terlebih sampai menghina seseorang, lembaga, agama, atau ras tertentu. Ingatlah kembali bahwa media sosial adalah media publik yang bisa dilihat oleh ribuan orang. Sehingga ketika kita hendak menghina siapa pun, sama saja artinya kita harus siap menghadapi celaka di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan ketika seseorang menghina orang lain di media sosial, maka dapat menimbulkan adu domba di dunia nyata. Yang jelas akan memicu pertengkaran di antara orang-orang yang terlibat, termasuk si pelaku yang menghina tersebut. Pada akhirnya, hidup si pelaku tidak akan tenang karena terus dibayangi permusuhan dalam hidupnya.

Alasan lainnya adalah karena media sosial meninggalkan jejak digital yang kuat. Dan ketika seseorang menghina melalui media sosial, akunnya akan dinilai buruk oleh orang lain, baik yang dikenalnya maupun tidak. Hal ini juga akan berdampak ketika pelaku melamar kerja atau bekerja sama dengan brand tertentu. Karena jejak digital juga bisa menjadi faktor diterima atau tidaknya seorang calon karyawan di sebuah perusahaan. Lalu misalnya ketika hinaan itu berkaitan dengan tokoh publik dan viral, warganet bisa mengecamnya dengan makian yang mungkin tak kalah buruk, yang berujung dengan terganggunya psikologis orang tersebut. Bahkan, mungkin juga ada yang sampai menyangkutpautkan dengan keluarga pelaku, yang sebenarnya tidak tahu-menahu tentang penghinaan tersebut.

Belakangan ini, kasus penghinaan di media sosial juga banyak diadukan pada pihak berwajib, yakni kantor polisi. Ujungnya, pelaku harus melewati proses hukum yang berlaku dan berkemungkinan harus mendekam di balik jeruji besi.

Barangkali, masih ada kerugian-kerugian lain yang bisa terjadi akibat melontarkan hinaan di media sosial. Padahal, hinaan baik di dunia nyata maupun dunia maya, sama-sama tidak dapat dibenarkan. Dan hendaknya alasan-alasan tersebut dapat menjadi refleksi bagi kita untuk tak buru-buru melampiaskan emosi dalam bentuk hinaan di media sosial. Karena selain mencelakai diri, hal ini juga menjadi kekecewaan bagi orang-orang terdekat yang kita sayangi.


- tulisan ini versi asli dari tulisan yang pernah dimuat di epaper Media Indonesia edisi 3 Desember 2022 dengan judul "Tahan Jari Kalau Tidak Mau Masuk Bui"