02 August 2024

Buku Antologi Pertamaku: Cerita-Cerita di Depan Layar

Sedari dulu, salah satu keinginan terbesarku adalah menjadi penulis buku. Oleh karenanya, aku suka menulis di blog dan menjadi salah satu Kompasianer (blogger Kompasiana). Ini adalah salah satu usahaku untuk terus membiasakan menulis. Ya walaupun akhirnya, nulisnya gak setiap hari juga, hehe.

Walaupun sudah lama bergabung sebagai Kompasianer, aku baru tahu bahwa Kompasiana memiliki banyak komunitas di platform-nya pada tahun kemarin. Komunitas yang pertama aku temukan adalah KOMiK (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub). Tak pikir panjang, aku pun langsung mengikuti komunitas tersebut di Kompasiana dan media sosialnya.

Tak berselang lama sejak aku menjadi anggota baru, KOMiK memposting sebuah pengumuman tentang event menulis buku antologi di berandanya. Event tersebut bertemakan “Momen Nonton Layar Lebar”. Nah, berhubung tema yang diangkat ini cukup ringan, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengikuti event tersebut.

Event ini berlangsung selama 8 hari sejak dipostingnya pengumuman tersebut, yaitu 16 Oktober 2023. Jadi Komiker (sebutan untuk anggota KOMiK) memiliki kesempatan untuk mengirim naskahnya ke email dan Kompasiana sampai tanggal 23 Oktober.

Untungnya, aku masih berkesempatan untuk mengirim naskah di detik-detik terakhir pengumpulan. Yap, aku baru menulis setengah naskah H-1 deadline, dan baru menuntaskannya tepat di hari H, tengah malam. Jujur agak panik ketika mengirimnya, karena sudah tengah malam. Sampai akhirnya, naskahku baru terkirim ke email KOMiK pada menit-menit awal 24 Oktober. Haha. Lewat deadline loh. Gara-gara itu, aku jadi khawatir naskahnya tidak akan terhitung untuk event tersebut.

Selang seminggu kemudian, aku mendapatkan email dari KOMiK, yang mengkonfirmasi bahwa naskahku sudah diterima dan akan diproses ke penerbit. Wah, jelas, senangnya bukan main deh! Aku sampai teriak-teriak sendiri di rumah saking senangnya, haha.

Dari email tersebut, aku pun mencari tahu info lebih lanjut di Instagram @komik_kompasiana. Ternyata, ada 23 nama komiker yang tulisannya dimasukkan di buku antologi. Dan namaku adalah salah satunya.

Tak diduga, sebuah postingan tentang cover buku antologi langsung muncul dua hari setelahnya. Pengikut @komik_kompasiana diminta untuk vote cover pilihannya. Saat pemilihan cover, judul buku yang diberikan adalah “Momen-Momen Berkesan Nonton Layar Lebar”. Namun, terdapat beberapa komentar yang menjadi pertimbangan untuk judul buku. Ternyata, secepat itu ya, hehe.

Beberapa hari kemudian, muncul lagi postingan bahwa buku antologi sudah bisa dipesan! Judul bukunya berubah menjadi “Cerita-Cerita di Depan Layar” dengan sampul buku berwarna dasar putih disertai gambar khas sinema berwarna-warni. Buku ini tersedia dalam dua versi cover, yaitu soft cover dan hard cover dengan harga yang berbeda.

Tak pikir panjang, tentu saja aku langsung memesan buku tersebut melalui marketplace Shopee dengan catatan bahwa aku adalah salah satu penulisnya. Beberapa hari kemudian, buku itu tiba di rumahku dengan bonus barang lainnya, seperti kipas tangan, gantungan kunci, plastic zip, dan sertifikat untuk penulis.

Meski ini masih “buku keroyokan”, setidaknya ini menjadi pengalaman pertamaku untuk menulis buku yang dicetak, setelah penantian yang cukup panjang sejak sd, wkwk. Lebay ah. Haha.

Sebenarnya, aku juga pernah mengirim tulisanku ke media massa, yaitu Media Indonesia. Tapi saat itu, aku hanya mendapatkan versi digitalnya saja. Jadi tidak ada versi cetaknya. Itu pun karena ada anjuran dari mata kuliah jurnalisme dakwah. Tapi lagi-lagi, setidaknya, ini adalah bagian dari perjalananku yang dulu pernah bercita-cita menjadi “penulis buku”.

Terus, kapan dong bikin buku solonya?

Kapan-kapan, kalau gak males.

06 March 2023

Cara Dapat Bacaan Gratis dan Edukatif Tapi Legal di Internet Tanpa Iklan

TAMAT.

Satu buku telah selesai dibaca. Tapi setelah itu, mau baca buku apa lagi, ya? Karena semua buku yang dimiliki, sudah habis dibaca. Sedangkan kalau mau beli buku lagi, harus nabung dulu. Baca artikel di internet, tak mau juga karena terlalu banyak iklan. Malahan, terkadang muncul iklan dengan visual yang tak senonoh dan tak sepantasnya ditempatkan di web tersebut. Padahal, tak jarang isi tulisan tersebut cukup berkualitas dan oke untuk dibaca.

Tapi, bagaimana dengan aplikasi bacaan?

Ya, aplikasi bacaan juga dapat dengan mudah ditemukan. Namun tidak semua aplikasi menawarkan bacaannya secara gratis. Karena cukup banyak juga aplikasi bacaan yang mengharuskan penggunanya membayar agar bisa membaca isi tulisannya.

Jika kamu sedang berada di posisi tersebut, mungkin beberapa alternatif di bawah ini bisa jadi solusi agar kamu bisa mendapatkan bacaan gratis tapi tetap berkualitas.

Aplikasi Ipusnas

Aplikasi Ipusnas

Di aplikasi ini, kita bisa menemukan baaanyak buku digital alias ebook yang berkualitas. Beberapa karya penulis terkenal pun telah masuk daftar koleksi di aplikasi ini. Selain itu, kita juga bisa menemukan buku referensi mengenai mata kuliah tertentu yang tentunya, bisa membantu kamu di kala ada tugas membuat makalah atau bahkan, membuat skripsi!

Namun selayaknya perpustakaan, satu judul ebook dalam aplikasi ini hanya memiliki beberapa salinan. Kalau buku fisik, ibaratnya eksemplar gitu deh. Jadi kalau ternyata saat kita mau pinjam dan salinannya sudah habis, kita mesti mengantri salinan ebook tersebut dan baru bisa membacanya jika salinan ebook sudah tersedia kembali.

Baca juga: Brianna dan Bottomwise Mencari Gitar Sang Legenda Musik!

Pun jika kamu sedang meminjam ebook-nya,  kamu hanya memiliki waktu beberapa hari untuk meminjam ebook tersebut . Jika lebih dari waktu yang telah ditentukan, ebook tersebut akan dikembalikan otomatis oleh sistem. Ya ibaratnya, diambil paksalah ya. Kalau kita pinjam buku di perpustakaan luring dan dikembalikannya melewati batas waktu, kita kan bisa kena denda. Nah kalau kita pinjam buku digital di ipusnas ini, bukunya akan dikembalikan otomatis oleh sistem dan kita tidak perlu membayar denda.

Selain ipusnas, masih ada beberapa aplikasi yang serupa dengan perpustakaan digital ini. Di antaranya iJakarta, iNgawi, dan beberapa aplikasi lainnya yang dikembangkan PT Woolu Aksara Maya.

Majalah Digital

Tidak hanya buku, majalah pun kini merambah ke dunia digital. Salah satu majalah digital yang bisa didapatkan secara gratis adalah BCH Zine! melalui link bio akun Instagram @creativehub.bdg. BCH Zine! Ini rilis di setiap akhir bulan, dan membahas tentang kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi di BCH. Tak jarang, tim redaksi juga mengakhiri halaman majalahnya dengan berbagai permainan loh!

Selain BCH Zine!, DejavuMagz juga bisa jadi pilihan kamu untuk membaca bacaan berkualitas. Majalah digital ini merupakan produk dari Forum Penulis Seluruh KPI (FPSK) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Isinya mencakup kegiatan yang terdokumentasi dalam lingkup jurusan, dan ulasan buku, lagu, hingga film! Untuk mendapatkannya, kamu bisa akses link bio di akun Instagram @dejavumedia__.

Google Play Book

Aplikasi Google Play Book

Meski dikenal sebagai tempat pembelian ebook, nyatanya ada banyak ebook yang bisa dinikmati secara gratis oleh pengguna. Ebook gratis ini bisa ditemukan di tab ‘Gratis terpopuler’ atau dari saran yang tersedia. Jadi, kita tinggal pilih dan download saja ebooknya.

Di antara ketiga pilihan tersebut, jadi kamu mau pilih yang mana nih? Share di kolom komentar ya!

26 February 2023

Brianna dan Bottomwise Mencari Gitar Sang Legenda Musik!

Buku Brianna dan Bottomwise
Judul : Brianna dan Bottomwise

Penulis : Andrea Hirata

Tahun terbit : 2022

Jumlah halaman : xviii + 362 halaman

Harga buku : Rp115.000,00

Nomor ISBN : 978-602-291-942-1

Mungkin, kamu sudah tidak asing dengan buku berjudul Laskar Pelangi. Buku tersebut merupakan karya Andrea Hirata yang membuatnya dikenal luas sebagai penulis di Indonesia dan mancanegara karena Laskar Pelangi telah diterbitkan dalam berbagai bahasa di dunia.

Usai 17 tahun setelah karya pertama tersebut terbit, Pak Cik -panggilan akrab Andrea Hirata- kembali merilis buku yang pertama ditulisnya dalam Bahasa Inggris dan akan diterbitkan di luar Indonesia. Buku tersebut berjudul Brianna and Bottomwise yang kemudian diterbitkan dalam Bahasa Indonesia pada pertengahan tahun 2022 melalui Penerbit Bentang Pustaka.

Buku ini berkisah tentang Bottomwise, seorang detektif swasta di California yang mencari gitar kesayangan seorang legenda musik yang amat terkenal. Tapi ia tak sendiri. Ia merekrut Brianna, seorang pembuat wafel yang mengagumi musisi tersebut, dan akhirnya menjadi asisten yang menemaninya dalam perjalanan mencari gitar sang musisi.

Selain Brianna dan Bottomwise, masih ada banyak tokoh yang bermunculan dalam cerita novel ini. Makin banyak bab yang sudah dibaca, makin banyak pula tokoh yang bermunculan. Dan ini justru membuatku menerka-nerka, ada hubungan apa di antara tokohnya?

Sayangnya, cerita ini bisa terbaca jelas alur ceritanya hanya dengan membaca bab paling terakhir dan setelah tahu apa konflik permasalahannya. Jadi, karena sudah tahu akhirnya, jadi kurang greget aja gitu bacanya. Karena kan, ya ada gitu novel yang tak cukup baca sampai konflik permasalahan dan bab terakhirnya saja. Yang walaupun kita baca bab terakhir, kita tidak akan puas karena memang ‘semisterius’ itu alur ceritanya.

Meski begitu, kemisteriusan cerita novel ini justru terletak pada pertengahannya. Dari bab satu ke bab lain, ada saja hal yang tidak disangka. Tokoh baru, hubungan baru, pelajaran dan hikmah baru, terus menyertai sepanjang cerita ini.

Baca juga: Review Buku 'Loneliness is My Best Friend'

Dan sebagai seorang penulis asli Indonesia, latar tempat Indonesia juga dimasukkan dalam cerita ini. Bisa dibilang, latar Indonesia dan latar luar negeri dalam novel ini cukup berimbang. Tapi ya, latar tempat Indonesia cukup lebih dijelaskan detailnya.

Secara umum, novel ini mengambil musik sebagai tema besarnya. Dimulai dari konflik di mana seorang musisi kehilangan gitarnya, seorang pemuda desa yang bermimpi jadi musisi tapi bertelinga kuali, hingga gadis cilik yang bermimpi jadi musisi tapi penuh dengan permasalahan keluarga.

Oleh karenanya, banyak istilah-istilah musik yang muncul dalam novel ini. Sayangnya, aku termasuk orang yang kurang paham mengenai dunia alat musik sehingga tidak bisa membayangkan bagaimana kiranya bunyi musik yang dideskripsikan.

Selain itu, akhir cerita novel ini sangat menggantung. Masih banyak tokoh yang belum tentu nasibnya. Membuatku kecewa sekaligus penasaran, karena kelanjutan ceritanya masih ada di Brianna dan Bottomwise 2, yang sayangnya belum terbit.

Dan, terakhir, buku ini pastinya sangat recommended untuk jadi wishlist bacaan kamu. Atau bisa juga jadi pemberian ke adik tersayang. Karena menurutku, adegan-adegan dalam novel ini benar-benar ramah keluarga. Dan di dalamnya sangat banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik.

Selamat membaca.

29 January 2023

Review Buku 'Loneliness is My Best Friend'
Buku Loneliness is my best friend/sumber : https://www.instagram.com/alvisyhrn/

Ada masanya, kita bertemu dengan orang-orang baru. Lalu berteman, bahkan ada yang menjadi teman dekat dan akrab. Namun di lain hari, akan ada masanya kita dan mereka berpisah. Entah karena jauhnya jarak, entah karena konflik, atau, entah karena mereka memiliki teman baru.

Akhirnya, kita kembali sendiri. Meski kadang, rasa kehilangan menghampiri. Dan perasaan kesepian pun menyergap tanpa permisi.

Kesepian.

Sebenarnya perasaan itu bukan hanya dialami orang-orang yang baru saja kehilangan orang tersayang, tapi juga dialami orang-orang yang butuh teman, atau orang yang merasa sendirian dalam hidupnya.

Alvi Syahrin, seorang penulis, pun pernah merasakan kesepian. Lantas dari kesepian yang pernah dialaminya, beserta bagaimana ia menghadapi kesepian itu, ia menulis sebuah buku berjudul Loneliness : is my best friend yang berarti Kesepian adalah kawan karibku.

Buku ini adalah buku kedua dari buku series Self Healing yang ditulisnya setelah buku Insecurity is my middle name. Kedua buku ini memiliki konsep dan tujuan yang hampir sama. Buku pertama mengajak kita untuk berdamai dengan insecurity, sedangkan buku kedua mengajak kita untuk berdamai dengan kesepian.

Melalui buku Loneliness, Alvi mengenalkan kesepian pada pembaca dengan kalimat-kalimat sederhana. Dan hampir di setiap babnya, penulis mengangkat masalah-masalah kehidupan seputar seseorang yang kesepian, dari masalah yang ringan, sampai berat.

Tak hanya mengangkat masalah, Alvi juga menawarkan beberapa solusi agar pembaca bisa mengatasi rasa kesepian dan berdamai dengannya. Dua bab di antaranya menjelaskan bagaimana cara mendapat teman baru, sebagai solusi bagi orang-orang yang merasa sendirian dan butuh teman.

Dan sama halnya seperti buku Insecurity, ayat-ayat Al-Quran dan hadis ikut terselip di beberapa babnya dalam bentuk terjemahan bahasa Indonesia. Uniknya, di buku ini juga pembaca akan menemukan kisah-kisah Islami yang dapat kita petik hikmah darinya. Dari sini, barangkali kita dapat menangkap bahwa target pasar Alvi Syahrin adalah orang-orang yang kesepian, terutama yang beragama Islam.

Baca juga : Brianna dan Bottomwise Mencari Gitar Sang Legenda Musik!

Dalam bukunya ini, tulisan demi tulisan disampaikan dengan bahasa yang sederhana, yang didominasi bahasa Indonesia dan disertai kalimat-kalimat bahasa Inggris yang cukup familiar. Tampilannya cukup berjarak satu sama lain antarbarisnya, dengan ukuran yang lebih besar atau dipertebal pada kalimat-kalimat tertentu yang ditekankan. Sehingga hal ini membuatnya nampak memiliki banyak tulisan, padahal jika didempetkan, justru jumlah tulisan lebih sedikit dari yang dikira. Meski begitu, hal ini juga bisa jadi solusi bagi orang-orang yang belum terbiasa membaca buku.

Selain dari segi tulisan, gambar yang ditampilkan pada sampul buku juga tak kalah menarik. Dan gambar pada sampul buku tersebut ditampilkan pula di setiap bab dengan judul bab yang menyertainya. Sehingga ketika buku itu ditutup dan dilihat dari samping, akan terlihat tumpukan kertas kuning yang diselipi halaman biru.

Sebagai bonus, Alvi Ardhi Publishing menyertakan barcode menjelang halaman terakhir buku tersebut. Yang jika kita scan atau akses link-nya, akan terbuka Google Drive yang berisi podcast beserta wallpaper ponsel eksklusif.

Akhir kata, sebagai orang yang juga pernah merasa kesepian, aku rasa buku ini sangat relate dengan kehidupanku. Bahkan saat baru membaca judul babnya saja, wah, langsung tertegun, aku juga pernah merasakan ini.

03 January 2023

Insecurity is My Middle Name : Berdamai dengan Insecurity dengan Pendekatan Islami
Buku Insecurity is my middle name/sumber: https://www.instagram.com/alviardhipublishing/

Judul : Insecurity is My Middle Name

Penulis : Alvi Syahrin

Penerbit : Alvi Ardhi Publishing

Tahun terbit : 2021

Tebal : 264 halaman

Tak dapat disangkal, manusia memang memiliki banyak kekurangan. Bahkan sesempurna, sepintar, dan sehebat apa pun, manusia pasti memiliki kekurangan di sisi lainnya. Meski mungkin, kita belum tahu di sisi apa kekurangan tersebut berada.

Dari kekurangan, kita menemukan istilah insecurity, yakni perasaan tidak percaya diri, malu, takut, gelisah, dan tidak aman yang disebabkan oleh rendahnya penilaian terhadap diri sendiri. Rasanya, hampir setiap orang memiliki insecurity-nya masing-masing. Dari segi apa pun, misalnya fisik, kepintaran, harta, dan status sosial.

Lewat buku Insecurity is My Middle Name, Alvi Syahrin mengajak kita untuk berdamai dengan segala insecurity. Menjelang perjalanan dalam bukunya, Alvi Syahrin menulis, "hai, ini aku, your insecurity. lewat buku ini, kita coba jadi teman, yuk?" membuat kita seolah diajak bicara oleh insecurity itu. Dan di halaman-halaman berikutnya, tulisan-tulisan ringan sarat rasa menanti untuk dibaca.

Secara garis besar, buku ini terbagi menjadi lima bab besar dengan 45 subbab. Diawali dengan topik 'Fisik yang Kurang Menarik' di bab pertama, yang membahas tentang insecurity fisik karena tidak good-looking.

Menurut saya, Alvi mengambil langkah yang tepat dengan mengambil topik fisik di bab pertamanya. Karena dalam bersosialisasi, kebanyakan orang menilai fisiknya dulu ketika pertama bertemu orang lain. Dan di bab ini, Alvi Syahrin berusaha menenangkan kita--orang-orang yang merasa tidak good-looking--dengan cara menyadari bahwa good-looking bukanlah segalanya. Di akhir bab, ia pun mengajak pembaca untuk mencintai diri sendiri dan mulai bodo amat dengan perkataan orang lain.

Di bab kedua, Alvi membicarakan masa depan dengan judul 'Masa Depan yang Buram'. Bab ini adalah gambaran insecurity dari orang-orang yang merasa tidak memiliki keahlian apa-apa. Merasa jadi pengangguran, kalah dengan orang dalam ketika melamar kerja, hingga kesedihan orang-orang yang belum bisa membanggakan kedua orang tuanya. Namun sama seperti bab pertama, di bab kedua ini pun Alvi berusaha 'melegakan' pembacanya agar tak lagi insecure dan berlatih bodo amat dengan omongan orang-orang yang tiada habisnya. Barangkali, inilah yang menjadi tujuan Alvi dalam menulis bukunya. Yakni melegakan perasaan pembaca hingga mengalahkan insecurity-nya.

Baca juga: Melihat Cerminan Dunia di Masa Depan dari Buku Dunia Anna

Berlanjut ke bab tiga, hal pokok yang dibicarakan dalam bab ini adalah rasa iri dengan judul 'Jauh Tertinggal dari Teman-Teman'. Dua hal yang dibahas di sini di antaranya adalah iri karena prestasi teman-teman dan kesedihan karena tidak lolos PTN. Menurut saya, kedua topik subbab dalam bab ketiga ini sangat mewakili isi hati banyak orang mengingat banyaknya lulusan SMA yang menyerah karena tidak diterima di PTN favoritnya.

Dua bab terakhir, menjadi penutup dalam buku ini yang berisi ajakan untuk mengatasi insecurity dan berdamai dengannya. Menjadikannya sebagai teman, dan menerimanya sebagai bagian dari proses hidup kita.

Sepanjang tulisannya, Alvi tak hanya mengajak kita untuk berdamai dengan nasihat-nasihat atau berdasarkan pengalaman pribadinya. Tapi juga disertai hadis Nabi atau ayat Al-Quran yang mendukung tulisannya sesuai topik yang dibicarakan. Hal ini menjadi poin plus dalam tulisannya sehingga pembaca muslim akan merasa makin dekat dengan agamanya meski buku ini bukan buku yang berfokus pada materi keagamaan.

Pesan yang disampaikan pun tidak menggunakan bahasa yang berat. Alvi benar-benar menulis buku ini dengan bahasa yang amat sederhana, ringan, tapi sarat makna dan rasa. Letak tulisannya juga tampak renggang satu sama lain dengan penekanan pada kalimat-kalimat tertentu dengan ukuran tulisan yang lebih besar. Dan yang membuat tak bosan, setiap subbab dalam buku ini diawali dengan halaman berwarna biru yang secara serempak, letak halamannya berada di sebelah kanan. Sehingga buku ini akan tampak didominasi warna kuning khas kertas dan biru, ketika bukunya ditutup dan dilihat dari samping.

Akhir kata, saya menganggap bahwa buku Insecurity is My Middle Name adalah gambaran dakwah bil qolam yang dapat diamati dan ditiru oleh mahasiswa KPI. Jika dihubungkan dengan teori ilmu tabligh, pesan yang disampaikan seorang dai memang selayaknya menggunakan bahasa yang sederhana agar dipahami oleh mad’u, atau dalam hal ini, adalah pembaca. Selain itu, pesan yang disampaikan juga sangat dekat dengan permasalahan banyak orang, yakni insecurity dengan sederet permasalahannya. Meski begitu, media dakwahnya tetap tak mengenyampingkan segi estetika dengan membuat buku lebih berwarna.


- artikel ini telah dimuat di DejavuMagz edisi 293

21 August 2022

Pecinta Buku, Yuk ke Perpus BCH!
Rak buku

Keterbatasan buku yang dimiliki adalah salah satu kendala bagi para pecinta buku. Bagaimana tidak? Setelah berusaha untuk menyukai buku dengan mulai membacanya, justru mereka malah kebingungan karena hanya sedikit buku yang mereka miliki. Alhasil, setelah buku yang dimilikinya habis dibaca, mereka tidak tahu harus memuaskan minat bacanya ke buku mana lagi.

Bagi mereka yang berkecukupan, tentu bukan hal yang sulit untuk membeli buku lain. Namun bagi orang-orang yang kurang mampu, perlu usaha besar untuk membeli buku lagi. Misalnya, dengan cara menabung terlebih dulu.

Tapi selain dengan cara membeli buku, para  pecinta buku juga bisa memuaskan minat bacanya melalui perpustakaan. Apalagi, perpustakaan tak pandang bulu. Bisa dikunjungi oleh orang-orang dari kalangan apapun. Baik kalangan 'sultan' atau pelajar, bisa mengunjungi perpustakaan kapan pun mereka mau.

Nah, bagi pecinta buku yang tinggal di Bandung, ada rekomendasi perpustakaan yang bisa menjadi pilihan kamu untuk membaca buku sepuasnya. Perpustakaan tersebut berada di gedung Bandung Creative Hub (BCH) yang berlokasi di Jalan Laswi No.7, Kacapiring, Kec. Batununggal, Kota Bandung.

Gedung BCH ini berada di pinggir jalan. Jadi kamu bisa dengan mudah menemukannya. Desain gedungnya pun berbeda dari yang lain, unik dan berwarna-warni. Bahkan trotoar di sekitar gedung juga berwarna-warni disertai beberapa tempat duduk permanen. Dan di salah satu sisi gedung, terdapat prasasti peresmian gedung Bandung Creative Hub yang menghadap ke jalan raya.


Untuk menuju perpustakaan, kamu bisa memasuki BCH dengan melewati pintu kecil yang berada di samping pintu besar.

Baca juga: Bedanya Emoji dan Emotikon

Tunggu dulu. Hm, bagaimana cara mendefinisikannya ya?

Jika kamu berada di depan BCH, kamu akan melihat amphitheater seperti yang tampak pada gambar di bawah ini. Aku menyebutnya sebagai pintu besar, ya. Hehe. Nah, di samping kanan pintu besar itu, ada pintu kecil, yang sayangnya, tidak aku foto : (


Dari pintu kecil, kamu akan menemukan lift dan tangga di sisi kanan. Dan untuk ke perpustakaan, kamu harus naik ke lantai 2 baik lewat lift atau tangga, sesuai keinginan.

Baca juga: Perpustakaan Batu Api, Perpustakaan Favorit Mahasiswa Bandung Timur dan Jatinangor

Tapi, sekadar informasi, jika dari pintu kecil yang dimasuki sebelumnya kamu berjalan lurus terus, kamu akan menemukan mushola dan tempat wudu. Ya, ini pasti berarti banget buat kamu yang muslim, kan? Hehe.


Setiba di lantai 2, kamu akan menemukan petunjuk seperti yang ada di bawah ini di depan lift.


Di petunjuk tersebut, perpustakaan memiliki tanda panah ke arah kiri, ya. Padahal perpustakaan berada di sebelah kanan, lo. Jadi tidak jauh dari pintu lift, kamu akan menemukan pintu yang akan membawamu ke perpustakaan.

Masuk ke pintu tersebut, dan berjalan lurus terus hingga kamu menemukan pintu perpustakaan di samping kanan. Dan... Masuklah ke perpustakaan BCH!


Tapi sebelum benar-benar menikmati perpustakaan, kamu harus melepas alas kaki setelah melewati pintu perpustakaan dan menyimpannya pada rak sepatu yang tersedia. Maju beberapa langkah, kemudian akan ditemukan rak penyimpanan barang pengunjung, seperti tas, misalnya. Dan saat menyimpan tas, mungkin kamu akan menemui penjaga perpustakaan yang duduk di balik meja kayu yang tak jauh dari rak penyimpanan barang. Setelah itu, barulah bisa memilih buku yang ingin dibaca di perpustakaan. Rak buku beserta isinya tentu tersusun rapi. Banyak buku dengan kategori beragam yang bisa dipilih. Ada kategori bisnis, pendidikan, ekonomi, komik, fiksi, beserta kategori-kategori lainnya. Namun dari sepengamatanku, lebih banyak rak dengan kategori fiksi sih. Tapi gak papa. Karena kalau aku, emang lebih suka baca buku cerita. Hehe.

Dari awal masuk, perpustakaan ini dialasi dengan karpet. Jadi walau tidak berkaus kaki, kamu tidak akan kedinginan karena dinginnya lantai. Belum lagi ada meja pendek yang bisa digunakan anak-anak. Kalau gak ada karpet dan anak-anak duduk di sekitar meja pendek itu, bakal kerasa banget dingin lantainya sih pasti. Hehe.


Buat kamu yang mau ngerjain tugas di perpustakaan sembari mencari referensi, bisa duduk di kursi empuk beserta meja yang setara tentunya. Terutama kalau ngerjainnya pakai laptop nih, tapi laptopnya sambil dicas, ada stopkontak di atas meja. Jadi ya pasti bisa sambil dicas-lah. Ini kan yang kamu butuhkan?


Kalau ingin baca buku sambil bersantai di samping jendela, kamu bisa pilih tempat duduk persegi dengan keempat sudut yang melengkung ini. Dengan alas yang lumayan empuk dan gak bikin pantat sakit, mood baca kamu mungkin bakal lebih naik lagi. Tapi sayangnya, tempat duduk ini hanya ada empat buah di perpustakaan. Jadi kalau keempatnya diisi orang lain, ya giliran ngalah dulu deh duduknya di tempat duduk lain.


Sebenarnya, kalau diperhatikan, letak perpustakaan BCH sudah terlihat dari pintu besar yang memberi penampakan amphitheater bagi kita. Namun saat itu terdapat semacam penghalang jalan buat masuk lewat amphitheater. Jadi mending lewat pintu kecil ajalah ya : )

Jadi, gimana nih, kamu tertarik buat berkunjung dan baca buku di sana? Atau sudah pernah berkunjung dan mau ke sana lagi?


01 February 2022

Kekurangan dan Kelebihan KBM App dari Sudut Pandang Penulis
Logo KBMApp

Setelah membahas kekurangan dan kelebihan KBM App dari sudut pandang pembaca, kali ini aku akan membahas dari sudut pandang penulisnya. Karena sesuai kepanjangan dari singkatan KBM, yaitu Komunitas Bisa Menulis, maka aplikasi ini tentu saja diperuntukkan juga bagi para penulis.

Aku sendiri, pernah menulis satu buku yang benar-benar tamat di KBM App yang berjudul "CERASAH: Cerita Anak Sekolah". Dan dari situ, aku sedikit-banyak memahami beberapa kekurangan dan kelebihan KBM App dari sudut pandang penulis, terkhususnya dari sudut pandang aku sendiri.

Kelebihan KBM App dari Sudut Pandang Penulis

Bebas Unggah Konten Kapan Saja, Tanpa Kontrak

Jika menulis di KBM App, kamu bisa unggah konten kapan saja ke aplikasi. Setiap hari pun tak apa. Bahkan jika dalam sehari menerbitkan tiga bab sekaligus, kamu bisa klaim tiga puluh koin perak di misi aktivitas.

Selain itu, KBM App juga tidak mengikat penulis dengan adanya kontrak atau surat perjanjian, misalnya untuk menerbitkan bab setiap hari, menamatkan buku dalam kurun waktu tertentu, dan sebagainya. Namun yang perlu kamu tahu, ada perjanjian kerja sama di aplikasi ini. Perjanjian tersebut meliputi: penulis tidak boleh mengunggah konten pronografi dan pornoliterasi; penulis tidak boleh mengunggah konten plagiarisme/saduran; bagi hasil pendapatan penulis dan pihak KBM App; dan lain sebagainya. Baca perjanjian kerja sama KBM App di sini.

Bisa Upload Gambar dan PDF

Mengunggah konten dengan cara menulis tentu sudah menjadi hal biasa di aplikasi menulis. Namun di KBM App, lebih dari itu. Kamu bisa unggah tulisan yang sudah menjadi file PDF atau unggah gambar baik berupa komik atau keterangan tulisan. Jadi kalau suka menggambar sekaligus punya ide cerita, coba saja dulu dibuat komik, kemudian terbitkan di KBM App.

Pengaturan Tulisan

Ketika menulis, terkadang ada kata yang ingin ditebalkan, dimiringkan, dan sebagainya. Nah, pengaturan ini ada di KBM App ketika penulis menulis konten. Jadi, kamu bisa edit tulisan seapik mungkin.

Tanpa Batasan Minimal Subscriber untuk Memonetisasi Tulisan

Setelah berhasil menulis lebih dari tujuh bab dalam satu buku di KBM App, penulis bisa memonetisasi tulisannya agar menjadi tulisan premium alias berbayar. Dan untuk monetisasi tersebut, penulis tidak dibebankan syarat apapun. Tidak juga dengan syarat minimal subscriber. Jadi subscriber di KBM App ini, hanya agar pembaca bisa update terus tulisan terbaru penulis. Bukan untuk syarat monetisasi. 

Fanboard untuk Berinteraksi dengan Penggemar

Di menu profil, kamu akan menjumpai ikon fanboard atau papan penggemar. Di mana dengan fitur ini, penulis bisa berinteraksi dengan para pengikutnya untuk membicarakan berbagai hal atau saling memberi dukungan.

Pelatihan Menulis Setiap Pekan

Tidak sekadar menyediakan platform untuk menerbitkan karya tulis, KBM App juga mendukung para penulis untuk terus belajar melalui program "Belajar Bersama Bintang" yang diadakan setiap pekannya. Biasanya, program ini diadakan setiap Rabu malam pukul 18.30 WIB. Namun, sewaktu-waktu bisa saja berubah, menyesuaikan situasi dan kondisi. Pada bulan Ramadan misalnya, program "Belajar Bersama Bintang" ini dialihkan waktunya menjadi Rabu siang.

Istimewanya lagi, pemateri di program ini tidak hanya Asma Nadia, Isa Alamsyah, Dewa Eka Prayoga, atau Tendi Murti selaku founder-nya. Namun juga penulis-penulis ternama, bahkan sutradara. Beberapa pemateri yang pernah diundang di acara ini di antaranya Dee Lestari, Sintia Yudisia, Ivan Lanin, dan Ahmad Fuadi. 

Program ini pun gratis. Tidak ada biaya sepeser pun yang perlu dikeluarkan untuk mengikutinya walau ikut di setiap pekan. Jadi, manfaatkan akses belajar ini, ya!

Pelatihan menulis bersama Helvy Tiana Rosa

Program Bagi Hasil Pendapatan

Yang satu ini, bisa jadi adalah hal yang sangat dinantikan semua pengguna KBM App. Termasuk aku sih, hehe.

Seperti yang sudah dibahas di tulisan sebelumnya, bahwa sebelum baca bab yang terkunci, pembaca harus unlock babnya dulu dengan 15 koin emas yang setara dengan Rp1.500. Nah, uang yang harus dikeluarkan pembaca itu akan jadi royalti bagi penulis. Namun tidak seluruhnya. Karena ada sekian persen yang perlu dibagi untuk pihak KBM App. Meski begitu, konon katanya penulislah yang mendapat bagian lebih besar.

Kekurangan KBM App dari Sudut Pandang Penulis

Cukup Sulit Menemukan Pembaca

Bagi penulis pemula di KBM App seperti aku, menemukan pembaca yang tepat merupakan hal yang cukup sulit. Ada beberapa hal yang menjadi alasannya. Pertama, pembaca di KBM App sepertinya lebih menyukai topik seputar rumah tangga. Bahkan di beranda saja, konten seputar hal tersebut lebih sering ditunjukkan dan menjadi most viewed. Jadi kalau kamu menulis konten seputar remaja, persahabatan, keluarga, dan sebagainya, selamat! Kamu telah berusaha melawan arus. Namun tentu harus usaha lebih keras.

Kedua, konten baru tidak akan otomatis terekspos di beranda. Karena ya, pengguna KBM App itu sangat banyak. Bahkan banyak di antaranya yang sudah menjadi star writing. Atau bisa diartikan, penulis unggulan. Dan menyaingi mereka bukanlah hal yang mudah. Namun kalau benar-benar kerja keras dan giat mempromosikan tulisan kamu di media sosial, mendapatkan pembaca di KBM App bukan hal yang mustahil.

Komentar Pembaca yang Kesannya Terpaksa

Bukan sekali-dua kali aku menemukan komentar pembaca--meskipun di buku orang lain-- yang kesannya terpaksa. Hal itu terlihat dari komentar mereka yang singkat dan asal memberi rating lima. Rata-rata mereka berkomentar, "wah bagus kak", "keren sekali ceritanya kak", "ceritanya bagus kak, subscribe ceritaku juga ya" dan sejenisnya. Tanpa sedikit pun menyinggung mengenai hal apa yang sebenarnya ada dalam konten tersebut. Misalkan, "ceritanya baper banget", "semoga gak ada teman seperti gita (nama tokoh jahat misalnya) di hidupku", atau sebagainya. Jadi, hal ini tentulah menjadi kekecewaan bagi penulis yang 'serius' karena tidak bisa mendapat kritikan dan masukan yang bisa jadi berpengaruh pada penulisannya ke depannya.

Namun, hal ini pun bukan tanpa alasan. Karena sebenarnya, KBM App juga memberi sebuah sanksi bagi pengguna yang memberi rating 1-3 di buku orang lain dengan mengurangi 10-30 koin perak. Selain itu, KBM App juga memberi reward bagi pengguna yang memberi rating 5 ke 2 buku sekaligus di hari yang sama dengan 50 koin perak. Oleh karenanya, dapat disimpulkan, bahwa alasan pembaca memberi rating lima dan komentar yang rata-rata bagus itu ada tiga: agar tulisannya dikunjungi balik; tidak didenda sehingga tidak mengurangi koin perak mereka; dan mendapatkan koin perak di setiap kali memberi rating lima di dua buku yang berbeda.

-

Teman-teman, tentunya setiap platform menulis itu memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda, ya. Dan di sini, aku tidak ada maksud untuk memojokkan atau mengunggulkan platform yang dimaksud. Jadi, silakan tentukan sendiri apakah aplikasi ini akan dipilih untuk media menulismu atau tidak.

Download aplikasi KBM App di sini.


24 January 2022

Kekurangan dan Kelebihan KBM App dari Sudut Pandang Pembaca

Logo KBMApp

Membaca, biasanya diidentikkan dengan buku. Siapa saja yang suka membaca, biasanya dijuluki kutu buku. Meski sebenarnya, buku bukanlah satu-satunya media yang bisa dijadikan bahan bacaan. Sejak dulu, sudah ada koran. Tapi tidak pernah ada julukan kutu koran. Kini, sudah ada situs web daring dan aplikasi bacaan. Tapi tidak pernah ada julukan kutu website atau kutu aplikasi.

Namun terlepas dari julukan tersebut, orang yang suka membaca semestinya tidak memilih-milih media bacaannya. Mau itu buku, koran, situs web, atau aplikasi, selama bisa dibaca, ya dibaca. Meski memang, setiap orang punya kecenderungan tersendiri apakah ia lebih suka membaca buku fisik, koran fisik, situs web daring, ebook, atau koran digital, berdasarkan beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki media tersebut. Begitu pula dengan aplikasi KBM App, yang menjadi salah satu aplikasi baca di Indonesia.

Sebenarnya, aplikasi KBM App ini tidak berfungsi sebagai aplikasi baca saja, tapi juga aplikasi menulis. Karena sesuai namanya, bahwa KBM itu merupakan singkatan dari Komunitas Bisa Menulis. Maka, di aplikasi ini pun kita bisa berperan sebagai pembaca dan penulis sekaligus.

Awalnya, nama aplikasi ini adalah Ketix dan dipelopori oleh Tendi Murti dan Dewa Eka Prayoga. Lalu entah di tahun 2019 atau 2020, aplikasi ini berubah nama menjadi KBM App. Aku sendiri, menggunakan aplikasi ini dari pertengahan tahun 2020 ketika namanya telah berubah menjadi KBM App. Sedangkan di tanggal 1 Mei 2021, KBM App berulang tahun yang kesatu. Itu artinya, kemungkinan perubahan nama ini baru resmi terjadi di tahun 2020. Dan dengan perubahan ini juga, Isa Alamsyah dan istrinya, Asma Nadia, ikut andil dalam pertumbuhan KBM App selanjutnya.

Namun sebelum itu, singkatan KBM sebenarnya sudah ramai di media sosial Facebook. Karena di sana, sudah ada grup dengan nama serupa, Komunitas Bisa Menulis (KBM), yang diprakarsai oleh Isa Alamsyah dan Asma Nadia. Bahkan, pernah juga grup tersebut tiba-tiba dihapus oleh Facebook  sehingga dibuatlah grup baru dengan nama hampir serupa setelahnya, KOMUNITAS BISA MENULIS (KBM.OFFICIAL).

Setelah membahas awal mula munculnya, mari kita lanjut dengan membahas kekurangan dan kelebihannya. Namun di karena KBM App ini aku berperan sebagai pembaca sekaligus penulis, maka di tulisan kali ini, aku akan membahas kekurangan dan kelebihan KBM App dari sudut pandang  pembaca lebih dulu.

Kekurangan KBM App dari Sudut Pandang Pembaca

Unlock Setiap Bab

Sebagai pembaca, sejujurnya ada rasa agak berat ketika mau unlock (buka kunci) setiap bab. Karena pada awalnya, aku mengunduh aplikasi ini dengan tujuan mencari bacaan gratis sih. Hehe. Dan ternyata aplikasi ini bukanlah tempatnya.

Di KBM App, pembaca perlu membuka kunci bab yang ingin dibaca yang telah di-monetize oleh penulisnya. Lebih tepatnya, ketika ingin membaca bab 8 sampai seterusnya. Karena di bab 1-7, memang diatur untuk tidak bisa di-monetize. Lalu bab 8-10, akan ada pilihan antara membuka bab dengan koin emas atau koin perak. Tentu, koin emas harganya lebih tinggi dari koin perak. Koin perak bisa didapat secara gratis dengan melakukan misi harian, sedangkan koin emas hanya bisa didapat dengan top up koin emas menggunakan uang. Nah, untuk membuka sebuah bab, diperlukan 15 koin emas atau 15 koin perak (khusus bab 8-10). Sedangkan jika dirupiahkan, 15 koin emas itu setara dengan uang Rp1.500. Ya, sebenarnya, tarif sebesar itu cukup murah untuk membuka sebuah bab dalam buku digital. Tapi ya, malasnya, harus top up berulang kali. Belum lagi, kalau dalam satu buku itu terdiri dari puluhan bab. Misalnya, 60 bab saja. Dari bab satu sampai sepuluh, bolehlah kita katakan gratis. Itu artinya, masih ada lima puluh bab lagi yang perlu di-unlock. Sedangkan 50 (jumlah bab) × 1.500 (tarif per bab) = 75.000. Dan menurutku, harga sebesar itu sudah cukup untuk membeli buku fisik. Jadi kalau memang harga totalnya bisa sampai segitu, ya mending beli buku fisiknya deh. Tapi semestinya sih, bagi orang yang memang senang membaca dan memiliki uang, hal itu bukanlah halangan untuk membaca buku-buku di KBM App. Tidak seperti aku, yang masih hitung-hitungan.

Konten Buku

Salah satu hal yang kurang aku suka dari aplikasi ini, adalah konten ceritanya yang lebih banyak condong ke arah pernikahan, perselingkuhan, dan cerita-cerita rumah tangga lainnya. Malahan, cerita seperti itu paling banyak dilihat dan terpampang di beranda aplikasi. Sedangkan aku yang jelas masih remaja --biar ngerasa muda walau umur terus menua--, lebih berminat cerita teenlit, persahabatan, keluarga, dan sebagainya. Namun bukan berarti cerita-cerita remaja tidak ada. Karena dari sepengamatan aku sih, sebenarnya memang ada, tapi kurang terekspos di beranda. Salah satunya adalah Gadis Korban Bullying dan Pangeran dari Masa Lalu.

Risiko Cerita Tidak Ditamatkan

Di KBM App, penulis dibolehkan mengunggah konten kapan pun, tanpa terikat kontrak, dan tidak mengharuskan untuk menamatkan tulisan. Namun bagi pembaca, hal itu menjadi suatu kekhawatiran kalau-kalau buku yang sedang dibacanya tidak segera dituntaskan oleh penulis. Kan pembaca kecewa juga dong. Sudah unlock bab berkali-kali, tapi tidak tahu ending ceritanya akan seperti apa karena cerita belum juga dituntaskan penulis. Selain itu, ada risiko juga jika kita membuka kunci bab dengan koin emas, tapi isinya sangat sedikit. Hal itu karena KBM App belum secara tegas memberi batasan minimal kata untuk bab premium (bab 8 dst.). Meski sebenarnya, aku sendiri pernah baca di syarat dan ketentuan, bahwa minimal kata dalam cerita bab premium adalah 1000 kata, agar tidak merugikan pembaca. Jadi buat penulis di KBM App--termasuk aku juga pastinya--, tolonglah, buat cerita yang sedikit lebih panjang agar pembaca tidak terlalu merasa dirugikan. Hehe.

Kelebihan KBM App dari Sudut Pandang Pembaca

Koleksi Buku Asma Nadia yang Eksklusif

Selain berperan sebagai salah satu founder KBM App, Asma Nadia juga mengunggah buku terbarunya di aplikasi ini. Beberapa di antaranya bahkan benar-benar eksklusif, hanya ada di KBM App dan belum ada versi cetaknya. Maka, pengguna KBM App diberi kesempatan untuk menjadi pembaca pertama bukunya. Tentu, sama dengan buku tulisan pengguna lainnya. Sama-sama harus dibuka dengan koin emas. Adapun beberapa buku yang eksklusif tersebut antara lain Nikah Tanpa Pacaran, Pertama Bilang Cinta, Bidadari untuk Dewa, dan Assalamu'alaikum Beijing 2: Lost in Ningxia.

Bagaimana? Belum tahu 'kan cerita keempat buku tersebut? Jadi kalau mau jadi pembaca pertama buku -buku karya Asma Nadia, bolehlah unduh aplikasi KBM App. Sekalian menulis juga nantinya. Oh ya, buku Nikah Tanpa Pacaran, belakangan ini baru diterbitkan versi cetaknya oleh Penerbit Republika. Beli bukunya di sini yuk!

Tidak Akan Menemukan Tulisan yang Berbau Porno

Meski kebanyakan konten bukunya berupa cerita-cerita rumah tangga, tapi KBM App tidak akan membiarkan adanya pornoliterasi dan pornografi dalam konten. Karena memang, pihak KBM App melarang hal demikian. Bahkan jika ada yang melanggar, konten tersebut bisa saja diubah atau dihapus.

Untuk yang belum tahu, pornografi itu berupa gambar porno. Ya, sudah tahu 'kan maksudnya bagaimana?

Loh, kenapa dilarang pornografi? Kan kontennya juga tulisan semua?

Tidak semua konten berupa tulisan. Di KBM App, penulis juga bisa mengunggah gambar, misalnya untuk ilustrasi atau keterangan tulisan. Atau, penulis juga bisa mengunggah komik yang dibuatnya sendiri. Selain itu, cover buku juga diperhatikan. Intinya, tidak boleh ada pornografi dalam bentuk apapun. Baik itu sebagai ilustrasi, komik, cover, dan sebagainya.

Selanjutnya, pornoliterasi. Sederhananya, pornoliterasi yaitu tulisan yang mendeskripsikan adegan porno. Misalnya, --mohon maaf-- membuka kancing ketika ingin melakukan jima'. Jadi, walaupun ceritanya berupa cerita rumah tangga, tetap saja adegan demikian tidak diperbolehkann. Karena pada intinya sih, KBM App itu ingin membuktikan, bahwa tulisan itu bisa bagus, lo, tanpa adegan demikian. Tulisan itu bisa menarik minat pembaca, lo, walau tanpa adegan mengundang syahwat. Cukup mengundangnya tuh mengundang emosi pembaca saja untuk menangis, tertawa, dan merasakan apa yang dirasa tokoh dalam cerita. Tidak perlu mengundang syahwat. Jadi, KBM App ingin menjadi wadah yang 'sehat' bagi pembaca dan penulis.

Promo Top Up Koin Emas

Dalam kesempatan tertentu, KBM App cukup sering mengadakan promo top up koin emas. Bisa itu berupa koinnya yang bertambah sekian persen, beli koin tapi cashback sekian persen, dan sebagainya. Namun, tentu ada syarat-syaratnya. Misalnya, promo hanya berlaku selama sekian jam. Atau, promo berlaku untuk metode pembayaran OVO, DANA, dan Gopay. Namun, ketentuan setiap promo yang diadakan berubah-ubah. Dan kalau mau update terus tentang info promonya, follow saja instagram @kbmapp dan subscribe kanal Telegram KBM App. Karena di sana, ada banyak info menarik seputar KBM App.

Perkiraan Waktu Baca

Di bagian kekurangan KBM App, aku membahas bahwa ada risiko ketika kita membuka kunci bab dengan koin emas, tapi isinya sangat sedikit. Nah, hal itu bisa sedikit teratasi dengan adanya perkiraan waktu baca yang diperkirakan oleh pihak KBM App berdasarkan panjang tulisannya. Perkiraan waktu baca itu akan muncul ketika kita membuka bab, bahkan sebelum membuka bab dengan koin emas, di sisi atas di bawah judul bab.

Pengaturan Tampilan Tulisan Ketika Membaca

Di sini, pembaca juga bisa mengatur tampilan tulisan sesuai kenyamanannya. Latar belakangnya bisa diubah menjadi hitam, putih, atau kuning. Ukuran tulisannya juga bisa diatur, apakah mau diperbesar, atau diperkecil. Bahkan jenis hurufnya pun memiliki pilihan, ada serif, sans serif, source sans pro, dan monospace. Pokoknya, kita bisa atur itu semua sesuai kenyamanan.

Merchandise Gift

Selain untuk membuka bab 8-10, koin perak juga memiliki kegunaan lain, lo. Yaitu ditukar dengan merchandise gift KBM App. Jadi kalau kita cukup sering melakukan misi harian dan memiliki banyak koin perak, tukar saja dengan merchandise gift yang tersedia. Di antaraya yaitu buku, gantungan kunci, manicure set, dan pajangan klompen. Gantungan kuncinya juga macam-macam. Ada yang dari luar negeri malahan. Pokoknya, keren-keren deh. Namun tentu, harus memenuhi persyaratan koin peraknya, nih. Karena masing-masing merchandise gift bisa didapat dengan menukar jumlah koin perak yang berbeda-beda. Misalnya, buku Humortivasi bisa didapat dengan menukar 38.000 koin perak, gantungan kunci Germany bisa didapat dengan menukar 90.000 koin perak, dan sebagainya. Jadi, semangat menjalankan misi hariannya, ya!

Bagaimana? Dari beberapa kekurangan dan kelebihan KBM App yang telah disebutkan di atas, apa kamu berminat menggunakan aplikasi ini? Kalau iya, yuk unduh aplikasi KBM App sekarang di sini!

18 January 2022

Melihat Cerminan Dunia di Masa Depan dari Buku 'Dunia Anna'

Buku Dunia Anna

Judul               : Dunia Anna

Penulis            : Jostein Gaarder

Penerjemah     : Irwan Syahrir

Penerbit           : Mizan, Bandung

Cetakan           : XIX, 2020

Tebal               : 248 halaman

ISBN               : 978-979-433-842-1

Harga              : Rp65.000,00

Jenis buku       : Fiksi 

Terjadinya pemanasan global di muka bumi tidak dapat dianggap ringan. Suhu bumi yang kian panas, menjadi salah satu akibat terjadinya pemanasan global. Maka dalam buku Dunia Anna ini, penulis menggambarkan prakiraan apa yang terjadi pada bumi di masa depan, dengan cerita fiksi yang sederhana dan menyadarkan pembaca.

Cerita Fiksi dengan Tokoh Gadis Berumur 16 Tahun

Buku Dunia Anna ini bercerita tentang seorang gadis yang akan berulang tahun ke-16 di 12 Desember 2012. Di usianya yang masih remaja, Anna menyadari kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Tentang rusa kutub yang menghampiri pedesaan, tiadanya musim salju di bulan Desember, sampai tikus dan hamster yang mati di hutan. Hingga akhirnya ia memahami, bahwa itu adalah salah satu akibat dari terjadinya pemasanan global.

Sedari kecil, Anna memang suka sekali berfantasi dan bercerita panjang lebar jika ditanya. Namun di tahun itu, ia merasa mendapatkan cerita-cerita yang seperti kisah nyata, dan ia merasakan cerita itu memang dikirim untuknya. Cerita itu tak lain berasal dari mimpi-mimpinya yang terus berkelanjutan tentang seorang gadis seusia dirinya bernama Nova. Dalam mimpinya itu, diceritakan bahwa Nova adalah cicit Anna di masa depan, tepatnya di tahun 2082. Di mana mimpi-mimpinya itu menggambarkan keadaan bumi yang gersang, panas, dan punahnya binatang-binatang yang masih ada di waktu Anna masih remaja.

Penulis buku Dunia Anna, Jostein Gaarder, mengemas pesan mendalam dalam cerita fiksi yang dibuatnya ini. Karena secara tak langsung, pembaca diajak berkaca dan memikirkan nasib bumi di masa depan dari bab ke babnya. Bahkan dalam cerita ini pula, penulis merinci beberapa binatang dan tumbuhan yang telah punah di masa kini, diperkirakan punah di masa depan, sampai pembaruan teknologi yang mungkin terjadi di masa depan. Misalnya, tikus dan hamster yang diceritakan mati di hutan karena tidak turunnya salju di bulan Desember pada bab pertama. Lalu di bab-bab selanjutnya, diceritakan tentang kupu-kupu yang mati, hutan tropis Amazon yang berubah menjadi padang rumput terbesar di dunia, layar lebar di langit-langit kamar, sampai mesin otomat hijau yang diceritakan bisa menampilkan video-video tentang binatang yang telah punah dengan tampilan yang amat jernih.

Baca juga: Bedanya Emoji dan Emotikon

Selain itu, pembaca juga diajak memikirkan tentang lingkungan akibat terjadinya perubahan iklim yang sangat drastis di masa depan. Misalnya, ketinggian air sungai yang berada dalam taraf membahayakan, kota-kota yang terendam pasir, sampai atmosfer bumi yang tidak lagi ‘sebersih’ dulu. Diceritakan, jika ingin mengotori atmosfer bumi, seseorang perlu membayarnya dengan sejumlah uang. Tentu hal ini sangat kontras dengan masa kini yang di mana manusia bisa mengotori atmosfer bumi dengan seenaknya. Baik itu mengotori dengan asap kendaraan, asap pabrik, asap kebakaran, dan sebagainya. Hal ini menjadi sebuah cerminan bahwa kita yang di masa kini, seharusnya lebih peduli pada generasi yang akan menempati bumi dan kondisi bumi di masa depan. Baik itu generasi anak kita, cucu, cicit, dan keturunan-keturunan seterusnya. Adapun caranya, bisa dengan cara tidak menebang pohon sembarangan, tidak membakar hutan, mengurangi penggunaan plastik, bepergian dengan kendaraan umum, dan sebagainya.

Sedangkan dari segi terjemahan, Irwan Syahrir berhasil menerjemahkan novel bahasa Inggris karya Jostein Gaarder ini dengan terjemahan yang cukup sempurna. Kalimat deskripsi dan percakapan demi percakapannya terasa mengalir seperti halnya novel Indonesia pada umumnya. Sehingga pembaca bisa membaca dengan nyaman tanpa terjanggal kata-kata yang kurang pas dan ketidaktersambungan kalimat dengan topik yang sedang dibicarakan.

Namun, dari segi alur, novel ini cukup membingungkan pembaca. Hampir selalu ada alur maju-mundur di setiap pergantian babnya. Untuk pembaca yang baru pertama kali membaca novel ini, mungkin akan bingung dengan alur ceritanya. Atau mungkin malah belum bisa menangkap pesan sesungguhnya yang terdapat dalam novel ini. Meski sebenarnya, jika diselidiki lagi, atau misalkan membaca buku ini kedua kalinya, alur maju-mundur dapat dibedakan dengan mudah. Ciri utamanya, yaitu pada jenis huruf yang digunakan. Pada cerita di masa kini, di situ diceritakan pada tahun 2012, menggunakan jenis huruf yang kemungkinan berupa Calibri. Sedangkan untuk cerita di masa depan, tepatnya di tahun 2082, menggunakan jenis huruf yang kemungkinan berupa Times New Roman.

Kekurangan lainnya dalam novel ini, yaitu terdapat beberapa kata yang mungkin asing bagi pembaca awam atau pembaca yang masih kurang mengerti tentang lingkungan hidup. Tapi, memang itulah intinya. Kita perlu mempelajarinya sehingga mengerti maksud dari apa yang tertulis dalam buku ini. Namun, itu justru menjadi tolok ukur pembatasan usia pembaca. Menurut saya sendiri, buku ini lebih cocok dibaca oleh remaja berusia 15 tahun ke atas, agar isinya bisa tertangkap dengan baik. Meski memang, memahami buku ini rasanya tidak cukup hanya dengan sekali membaca. Setidaknya, perlu dua kali membaca buku ini untuk benar-benar memahami pesan yang terkandung dalam buku Dunia Anna.

Miliki buku Dunia Anna di sini!


29 August 2021

Cerita-Cerita Islam di Buku 'Tuhan Ada di Hatimu'
Buku Tuhan Ada di Hatimu

Judul buku : Tuhan Ada di Hatimu. Tak di Ka'bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan.

Penulis : Husein Ja'far Al-Hadar

Tahun terbit : 2020

Jumlah halaman : 204

Harga buku : Rp64.000 (di Pulau Jawa)

Cetakan ke- : 6, Maret 2021

Nomor ISBN : 978-623-242-147-9

Alhamdulillah, tanggal 6 Juni 2021, aku berhasil checkout sebuah buku yang sudah diincar sejak beberapa hari sebelumnya. Buku tersebut adalah buku karya Habib Husein Ja'far, dengan judul 'Tuhan Ada di Hatimu. Tak di Ka'bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan'. Ketika checkout, harga yang kudapat untuk mendapatkan buku itu adalah sebesar Rp34.132. Padahal, harga aslinya adalah Rp64.000. Namun karena sedang ada promo 6.6 di Shopee-marketplace tempatku membeli buku itu-, ditambah klaim voucher 10.000 di toko penerbit, voucher gratis ongkos kirim, dan koin Shopee yang terkumpul, jadilah harga yang perlu dibayarkan menjadi hanya Rp34.132.

Tapi jujur, sebenarnya aku juga tidak menyangka akan benar-benar membeli buku tersebut. Karena jauh-jauh hari sebelumnya, buku yang menjadi incarakanku adalah 'Oase Al-Qur'an' karya Dr. K. H. Ahsin Sakho Muhammad. Dan, sudah memasukkan produknya juga ke keranjang. Hanya saja, ketika melakukan checkout buku tersebut di minggu-minggu sebelumnya, sering kali muncul pemberitahuan seperti gambar di bawah ini.


Jadi ya, akhirnya proses checkout pun diurungkan. Meski menurutku, syarat dan ketentuan voucher tersebut sudah sesuai dengan apa yang aku lakukan. Mulai dari memilih toko Star dan berlogo gratis ongkir, belanja minimal sekian ribu, dan memilih metode pembayaran ShopeePay. Tapi ya, sudahlah. Mungkin memang sudah seharusnya aku membeli buku 'Tuhan Ada di Hatimu'. Bukan buku 'Oase Al-Qur'an' . Padahal, aku sudah menanyakan beberapa hal loh sama penjualnya. Dan penjualnya juga gercep banget. Jadi, kadang ada rasa enggak enakan gitu loh, meski enggak kenal penjualnya. Hehe. *Mungkin, kamu mengganggap aku adalah salah satu tipe calon pembeli yang cukup menyebalkan*, ya? Maaf-maaf. Aku doain deh, semoga kita diberikan kelancaran rezeki, terutama bagi para seller yang pernah di-PHP-in aku, dan bagi akunya juga. Aamiin.

Kembali lagi ke buku 'Tuhan Ada di Hatimu', karya Habib Husein Ja'far Al-Hadar. Rupanya, buku tersebut adalah buku ketiga karya beliau, lo. Dan disebut sebagai buku beliau yang paling dikenal dan best seller sejak pertama kali diterbitkan. Padahal aku sangka sebelumnya, buku tersebut adalah buku pertama karya Habib Husein. Karena memang belum pernah mendengar buku karya beliau yang sebelumnya.

Baca juga : Transfer Antar Beda Bank Pakai Flip, Apakah Aman?

Sekadar berbagi cerita, buku 'Tuhan Ada di Hatimu' tersebut tiba di rumah pada sore hari, tepatnya beberapa saat setelah azan Maghrib. Begitu dibuka kemasannya, jujur ada rasa tak menyangka bisa membeli buku karya seorang habib. Kenapa? Karena itu adalah pertama kalinya aku membeli sebuah buku religi, benar-benar karena keinginan sendiri, bukan karena paksaan, apalagi tugas sekolah atau pesantren. Padahal biasanya, buku yang kubeli itu berupa novel, cerpen, ya udah sih itu aja. Hehe. Cielah... beli buku religi nih? Tumben apa?

Meski begitu, buku terbitan Nourabooks ini memang benar membuat aku menyukainya sejak pertama ditengok. Desain isinya didominasi dengan warna putih-biru, dengan beberapa kalimat bijak yang dicetak tebal dengan warna biru pula. Bahkan dalam beberapa halaman, ada juga kalimat bijak yang dipisah dalam suatu kolom persegi panjang di sela-sela tulisan. Lalu, ada lagi halaman-halaman khusus untuk satu-dua kalimat bijak dengan huruf yang dicetak lebih besar, hampir di setiap subbabnya. Kalau orang-orang yang kurang suka membaca nih, kemungkinan besar akan membaca halaman-halaman kalimat bijaknya dulu deh. Hehe.

Namun secara isi, nyatanya tak sesuai ekspektasi yang aku kira. Karena kalau dilihat dari judulnya, aku berpikir bahwa isi buku ini hanya seputar akidah.

Tuhan Ada di Hatimu.

Mungkin, Habib Husein akan berbagi mengenai bagaimana caranya agar kita selalu mengingat Allah dari hati dalam buku tersebut. Mungkin, penjelasannya cukup panjang. Mungkin, isinya benar-benar tentang cara mendekatkan diri kepada Allah secara spesifik. Tapi ternyata, judul dari buku tersebut hanya dibahas di bagian prolog saja. Bukan keseluruhan buku. Dan itu menjadi salah satu kekecewaan tersendiri yang aku temukan pertama kali.

Kelebihan Buku.

Namun secara keseluruhan, sebenarnya isi buku ini sangat bagus. Banyak hal yang dibahas di dalamnya. Dari mulai akidah, akhlak, hijrah, dakwah, dan fakta-fakta tentang Islam yang mungkin belum diketahui banyak orang. Dan istimewanya lagi, sering kali ada cerita-cerita Islam yang terselip di setiap subbabnya. Bahkan ada beberapa cerita yang baru aku tahu dari buku tersebut. Salah satunya adalah seperti cerita tentang pasukan Abrahah yang tertulis di halaman 72-73, subbab 'Bisakah Agama Dinista dan Tuhan Dibela?', berikut ini :

Pada saat itu orang-orang Quraisy yang menganggap Ka'bah sebagai tempat bersemayamnya berhala mereka, berkumpul memikirkan cara untuk menghentikan upaya Abrahah tersebut. Akhirnya, mereka bersepakat mengutus Abdul Muthalib-kakek Nabi, salah seorang yang paling tersohor dan berwibawa, menemui Abrahah untuk menghadang rencananya itu. Namun, ketika Abdul Muthalib menemui Abrahah, justru ia meminta Abrahah untuk mengembalikan dua ratus untanya yang telah dirampas oleh pasukan Abrahah. Abrahah mengabulkan permintaan Abdul Muthalib dengan keheranan, karena Abdul Muthalib hanya mengurusi unta dan tidak mempertahankan Ka'bah yang hendak dihancurkannya.

Setelah dua ratus untanya dikembalikan dan Abdul Muthalib hendak pergi, Abrahah yang masih tertegun dengan permintaan Abdul Muthalib, menegurnya, "Mengapa engkau tidak mempertahankan rumah Tuhanmu dan hanya fokus mengurusi urusan-urusan ekonomimu saja?" Abdul Muthalib menjawab, "Sesungguhnya aku pemilik dua ratus unta ini, maka hak dan sekaligus kewajibanku untuk mempertahankannya. Sedangkan Ka'bah adalah rumah Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan mempertahankannya nanti." Abrahah berkata, "Tapi Tuhanmu sudah tidak bisa mempertahankan Ka'bahmu. Aku akan menghancurkannya beberapa saat lagi." Abdul Muthablib menjawab, "Lihatlah nanti!" Kemudian seperti kita ketahui, Allah mengutus burung Ababil untuk menghancurkan Abrahah dan pasukannya.

Dari situ, bertambahlah rasa sukaku pada buku ini. Karena jujur, membaca cerita lebih aku sukai daripada membaca teks eksposisi yang lebih sering membosankan. Hehe.

Selain dilengkapi banyak cerita menarik, kalimat-kalimat dalam buku ini juga ditulis dengan bahasa yang ringan sehingga mudah diserap dan dimengerti anak muda. Dan dalam beberapa tulisannya pun, ada kejadian-kejadian yang sangat relate dengan kehidupan zaman sekarang, baik bagi anak muda ataupun orang tua. Pokoknya, pertanyaan-pertanyaan dan keragu-raguan yang ada dalam benakmu tentang Islam, mungkin bisa terjawab di buku ini. 

Namun, apakah tidak ada kekecewaan lagi bagiku selain pembahasan judul yang hanya ada di prolog?

Nyatanya ada. Karena sebagai salah satu orang yang belakangan ini sering bolak-balik aplikasi KBBI, aku menjadi mengetahui beberapa kata baku dan tidak baku. Nah, di buku 'Tuhan Ada di Hatimu' ini, kata solat ditulis shalat. Padahal, kata baku dari kata shalat sendiri adalah salat. Bukan sholat, solat, maupun shalat. Meski secara pribadi, memang cukup mengherankan jika kata yang lebih sering diucap solat dalam keseharian, justru harus dituliskan salat dalam sebuah buku karena nyatanya itulah kata yang baku dalam bahasa Indonesia. Dan dalam sebuah buku, apalagi buku terbitan penerbit mayor, mungkin sudah semestinya ditulis dengan kata baku. Ya kalaupun bukan kata baku, bisa dicetak miring. Atau mungkin diubah menjadi kata baku oleh editor sebelum masuk proses pencetakan buku. Tapi ya, aku tahu kok. Editor masih punya tugas yang lainnya dan tidak hanya mengurusi kata baku dan tidak baku.

Selain kata salat, ada juga kata nggak. Aku masih bingung juga nih soal kata yang satu ini. Karena dalam beberapa media cetak, kata nggak lebih sering ditulis ketimbang kata enggak. Padahal di aplikasi KBBI, aku tidak pernah menemukan kata nggak dan malah menemukan kata enggak.

Loh, memangnya kenapa? Segitu saja kok dipermasalahkan?

Hehe. Maaf nih. Curhat ya curhat, wkwk.

Jadi gini. Aku tuh sebenarnya lagi nulis buku juga, ea... Dan sekarang, sedang proses editing. Nah, proses editing itu tidak memakan waktu yang sebentar loh. Harus bolak-balik aplikasi KBBI, PUEBI, lalu membenarkan lagi kalimat yang kurang pas, kata yang salah, tanda baca yang kurang tepat, dan masih banyak lagi. Pokoknya, ingin sampai sesempurna mungkin menurut aku. Minimal, tidak ada kalimat yang mengganjal dan katanya sudah benar semua gitu. Haha.

Nah, kata-kata yang tidak baku itu, jujur membuatku merasa tidak diperlakukan secara adil. Karena kan, aku itu sebagai manusia biasa, bukan siapa-siapa, bukan penulis senior, bukan pula influencer, melakukan self editing secara serius. Masa, seorang yang siapa-siapa, tokoh publik, bisa menerbitkan buku dengan kata yang kurang disaring? Hehe. Sudah sih, itu saja.

Jadi, satu kekecewaan lagi yang aku dapat dari buku ini adalah, adanya kata-kata yang tidak sesuai KBBI, padahal sudah ada bentuk kata bakunya. Begitu.

Oke. Pada kesimpulannya, buku ini cukup bagus dan sangat recommended untuk dibaca semua kalangan. Ya setidaknya, untuk usia 13 tahun ke atas yang sudah mulai bisa menyerap ilmu agama lebih luas. Di samping itu, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya. Bahwa buku 'Tuhan Ada di Hatimu' ini dihiasi dengan cerita-cerita Islam yang mungkin belum diketahui banyak orang. Sehingga pesan yang disampaikan, bisa lebih mudah diserap pembaca. Sedangkan letak kekurangannya, bagi aku pribadi, terdapat kekecewaan karena pembahasan judul hanya ada di bagian prolog. Bukan keseluruhan. Lalu, ada kata-kata yang setidaknya harus ditulis baku, malah ditulis tidak baku. Ya mungkin, penulis belum mengetahuinya, atau editor yang kurang teliti.

Baiklah. Jadi, apakah ini review buku atau sebuah curhatan? Haha. Entahlah. Mungkin dua-duanya. Yang terpenting, aku berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi siapa pun.

Terima kasih,

Miliki buku Tuhan Ada di Hatimu dengan cover terbaru di sini!


07 February 2021

Kenapa Suka Menulis?

Jika aku ditanya kenapa aku suka menulis, maka sebenarnya aku pun bingung untuk menjawabnya. Tapi jika aku ditanya dari mana kesenangan ini bermula, maka aku punya jawaban yang luas. Jawaban yang tak pernah aku duga sebelumnya.

Kala itu, kira-kira aku masih duduk di kelas lima atau enam SD. Aku belum suka membaca. Apalagi menulis. Kecuali, untuk pelajaran di sekolah/madrasah yang tentu harus dilakukan. Haha. Memang begitu bukan?

Suatu hari, Salsa -sepupu seusiaku- menawarkan aku untuk membaca buku-buku bacaan miliknya. Tapi, aku juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menawarkan. Mungkin, tawaran itu berawal ketika aku bermain ke rumahnya. Karena memang semasa SD, kami seringkali mengunjungi rumah satu sama lain. Kami kan saudara sepupu. Rumah kami juga tak terlalu berjauhan. Tak perlu berkendara sepeda motor untuk ke rumahnya. Dan ketika Salsa menawarkan, aku pun mengiyakan. Mencoba membaca salah satu buku miliknya. Tentu, bukan buku dengan ketebalan 300 halaman. Masih buku-buku sederhana untuk anak seusia aku dan Salsa yang masih 11 tahun. Seperti buku-buku CCPK (Cilik-Cilik Punya Karya), KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) dan Pinkberry.

Setelah menerima tawaran untuk membaca salah satu buku milik Salsa, beberapa minggu kemudian aku meminjam buku lainnya ke rumah. Aku ketagihan. Ingin membaca lagi. Tapi, aku lupa apa judul buku yang aku pinjam. Dan buku itu pun habis dibaca olehku dalam beberapa jam saja di siang hari. Inginnya, aku membaca buku lain lagi. Sayang, aku hanya meminjam satu buku. Mulai dari situ, aku memohon pada orang tuaku untuk membeli buku yang semacam dengan buku milik Salsa. Hingga akhirnya, aku pun membeli buku bacaan pertama yang berjudul The Story in Coffee Cafe karya Haldhianty Fitri yang kubeli di bazar mizan. Karena kebetulan, Mizan sempat mengadakan bazar sederhana di halaman Masjid Agung Ujungberung untuk beberapa hari.

-

Jauh setelah hari itu, tepatnya ketika liburan pesantren, aku, Teteh, Salsa, Nida dan Rahma (sepupu² yang berusia tak jauh dariku) pergi ke Mizan. Karena katanya, sedang ada bazar untuk berbagai buku. Dan kami pun bersepakat untuk pergi ke Mizan hari itu. Sampai di sana, ternyata benar. Beberapa tenda berdiri dengan banyaknya rak yang diisi deretan buku beraneka macam. Jadi, kami hanya memilih-milih buku di luar. Tidak masuk ke dalam gedung. Dan ketika memilih-milih buku, aku tak menyangka karena harga yang ditawarkan dalam bazar itu sangat murah. Mulai dari Rp7.500 - Rp35.000 untuk buku CCPK, KKPK dan Pinkberry. Sedangkan untuk buku-buku dewasa, aku tak meliriknya. Belum tertarik. Hehe 😂.

Beberapa jam kemudian, kami sudah memilih buku yang akan dibeli masing-masing. Aku membeli buku berjudul Fotografer Cilik dan 24 Hours Stay at School. Sedangkan yang lainnya, aku lupa lagi. Tapi aku ingat saat itu Salsa membeli buku berjudul Rio de Renairo. Karena setelah membeli buku itu, Salsa bercerita bahwa ia membawa bukunya ke pesantren lalu terkena razia hingga akhirnya dirampas. Duh, sayang sekali bukunya.

-

Seiring berjalannya waktu, aku juga mulai tertarik untuk menjadi seorang penulis. Karena dalam banyak buku bacaan yang pernah kubaca, hampir selalu ada tawaran beserta persyaratan-persyaratan untuk mengirim naskah. Terlebih di buku-buku Pinkberry, ada pengantar penerbit yang memotivasi pembaca untuk ikut menulis buku. Jadi, aku ikut termotivasi juga untuk menulis buku. Ingiiin sekali. Kemudian di kelas tujuh, aku juga menjadikan 'penulis' sebagai cita-citaku. Aku ingat. Ketika aku dan teman-teman belajar bahasa Inggris dibimbing kakak-kakak PPL, kami disuruh untuk menyebutkan cita-cita menggunakan bahasa Inggris. Dan saat itu aku tidak tahu terjemah bahasa Inggris dari kata 'penulis'. Sehingga aku bertanya pada seorang kakak PPL, Kak Faisal. Lalu Kak Faisal memberitahukan bahwa terjemah kata 'penulis' dalam bahasa Inggris adalah 'writer'.

Selain mengatakan bahwa aku bercita-cita menjadi penulis dalam pelajaran bahasa Inggris, aku juga menulis cita-citaku menjadi penulis di sebuah buku diary kecil. Bahkan, di situ juga aku menulis bahwa aku ingin menjadi penulis seperti Raditya Dika dan Asma Nadia. Tapi setelah sekarang dipikir-pikir lagi, aku juga heran kenapa saat itu aku bercita-cita menjadi penulis seperti Raditya Dika dan Asma Nadia. Padahal, aku tak pernah membaca satu pun buku karya mereka. Haha. Salah satu hal yang lucu untuk dipikirkan sekarang. Tapi, sudahlah. Anggap saja semoga, karya-karyaku kelak ikut sukses seperti karya-karya mereka.

-

28 Agustus 2020, seperti biasanya mimi menyalakan TV di rumah untuk menonton Islam itu Indah. Lalu setelah acara Islam itu Indah selesai, Insert menyapa dengan kabar duka. Tampak di layar televisi, tayangan proses pemakaman yang sedang berlangsung silih berganti dengan beberapa foto seorang lelaki yang masih cukup muda. Dan dari suara voice over yang kudengar dan tulisan di layar, barulah aku mengerti bahwa seorang lelaki yang meninggal tersebut adalah almarhum Barli Asmara, seorang desainer yang terkenal dan baik hati di Indonesia. Aku sendiri tak pernah mengenalinya. Mendengar namanya saja tidak pernah. Baru saat itu. Tapi aku tetap menyimak kabar yang disiarkan mengenai sosok Barli Asmara dan perjalanan karirnya. Dan dari suara voice over, aku mengetahui bahwa sosok Barli Asmara adalah seseorang yang sangat bersemangat untuk menggapai cita-citanya sebagai desainer. Dimana Barli Asmara sendiri ternyata sudah bercita-cita menjadi seorang desainer ketika dia masih duduk di bangku SMP. Bahkan, almarhum juga ternyata pernah menulis dan berhasil menerbitkan sebuah buku tentang perjalanan karirnya. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri. Cita-cita aku dari MTs, apa ya?