Aku tiba di depan kantor cabang bank dalam negeri yang berada tak jauh dari kediamanku. Tapi tunggu. Aku melihat dua orang pengunjung lain sedang menulis sesuatu di atas selembar kertas. Padahal, aku tak pernah melakukan itu ketika terakhir kali mengunjungi kantor cabang bank ini. Terkecuali ketika di dalam ruangan.
Kertas apa ya itu?, tanyaku dalam hati.
Namun karena
kedua orang itu masih menulis, akhirnya aku memutuskan untuk meminta cairan
antiseptik terlebih dulu dari botolnya yang juga berada di luar ruangan.
Kemudian, mencabut tisu untuk mengeringkan tanganku dan membuangnya ke tempat
sampah yang berada di pojok kiri.
Kedua
pengunjung yang sebelumnya sedang menulis telah memasuki ruangan. Dan tak
banyak membuang waktu, aku pun mengambil pena yang tersedia dan memperhatikan
tulisan yang tertera pada kertas tersebut. Ternyata, kertas tersebut berisi
daftar nasabah yang berkunjung beserta tujuannya. Dan aku pun menuliskan hal
yang sama seperti nasabah yang lain.
Setelah
menuliskan nama, aku langsung memasuki ruangan tanpa dicek suhu tubuh. Karena
kebetulan, sedang tidak ada satpam yang menjaga sedari tadi. Aku pun heran.
Padahal, biasanya selalu ada seorang satpam yang stand by di depan pintu setiap kali kantor cabang ini dibuka. Tapi
ya sudahlah, aku tak memikirkannya.
Di dalam
ruangan, aku menunggu beberapa saat di samping pintu masuk. Karena kebetulan
meja tempat kertas formulir berada yang aku tuju sedang ditempati nasabah lain
yang sedang mengisi formulir juga. Hingga akhirnya, aku pun bisa mengambil
formulir penyetoran uang yang aku tuju dan mengisi formulir tersebut setelah
nasabah sebelumnya menyerahkan kertas formulir ke sebuah kotak kecil yang
berada di atas meja teller. Dan setelah aku mengisi formulir, aku pun melakukan
hal yang sama seperti nasabah sebelumnya. Meletakkan kertas itu di sebuah kotak
kecil yang berada di atas meja teller dan duduk di kursi yang telah disediakan sembari
menunggu namaku dipanggil teller. Namun ketika menunggu, aku melihat seseorang
berseragam satpam yang muncul dari ruangan dalam kantor berjalan ke arah pintu.
Ya, mungkin itu memang satpam yang
bertugas hari ini. Pantas saja dari tadi tidak ada yang menjaga pintu, pikirku.
“Habibah”
Tak lama
setelah aku melihat satpam itu muncul dari ruangan dalam, seseorang dibalik
meja teller memanggilku. Dan seperti biasa, aku berdiri menuju meja teller
untuk menyerahkan sejumlah uang yang ingin aku setorkan beserta buku
tabungannya.
“Sekian?”
teller tersebut menyebutkan jumlah uang yang ingin aku setorkan setelah
membacanya di formulir.
“Iya.”
Dengan
cekatan, teller tersebut menghitung uang yang aku serahkan. Kemudian menginput
saldo rekeningku dengan berbagai mesin yang berada di balik meja teller.
“Sudah
selesai. Ada yang bisa dibantu lagi?” tawar teller tersebut setelah menyerahkan
buku tabungan beserta formulir ‘versi abu’ dari formulir yang telah aku isi
sebelumnya.
“Tidak ada.”
jawabku dengan gelengan kepala.
“Baik.
Terima kasih.”
Setelah
ucapan ‘terima kasih’ dari teller tersebut, aku membalikkan badan menuju arah
pintu keluar. Namun, langkahku terhenti ketika memeriksa jumlah saldo yang
tertera di buku tabunganku.
Terakhir kali buka m-banking, uang
aku di rekening ada berapa ya?, tanyaku pada diri sendiri.
Karena
penasaran, akhirnya aku kembali duduk di sebuah kursi yang telah disediakan.
Mengambil gawai dari dalam tas selendang kemudian membuka m-banking yang aku
maksud. Dan benar saja, ternyata uang yang aku setorkan hari ini terinput dua
kali. Sehingga pantas saja jika jumlah saldo yang tertera di buku tabungan
menjadi lebih besar dari yang ‘seharusnya’.
Setelah mengetahui
itu, aku segera berjalan menuju meja teller kembali setelah nasabah lainnya
selesai berurusan dari meja teller.
“Teh, maaf.
Ini ternyata saldonya ke-input dua kali. Soalnya tadi ngerasa aneh sih sama
jumlah saldonya, terus liat di m-banking ternyata ke-input dua kali” ucapku
pada teller perempuan itu dengan memberikan penjelasan dan menyodorkan buku
tabunganku beserta formulir ‘versi abu’ kembali.
“Oh maaf, teh.
Diperiksa dulu ya” teller itu menerima buku tabungan dan formulir ‘versi abu’
yang kusodorkan. Kemudian memeriksa kebenarannya melalui mesin yang berada di hadapannya.
“Win, itu
saldonya keinput double?” tanya partner kerja teller yang berada di sudut
ruangan lain.
“Iya.
Padahal ini ke-print-nya mah cuma sekali” teller tersebut menjawab pertanyaan
temannya. Kemudian sedikit berbincang dari kejauhan.
“Teh, ini
sudah diperbaiki. Sudah diberi keterangan tambahan di formulirnya. Terima kasih
sudah diberitahu sebelumnya ya, Teh” ucap teller tersebut padaku dan
mengembalikan buku tabungan beserta formulir ‘versi abu’ yang telah diberi
keterangan tambahan lain.
“Oh, iya.
Terima kasih.”
0 Comments: