06 June 2021

Kalau Mau SBMPTN, Harus...

Perguruan Tinggi Negeri adalah salah satu tujuan kebanyakan orang setelah lulus dari tingkat SMA. Namun sayang, kesempatan untuk masuk PTN hanya berlaku tiga tahun setelah lulus sekolah. Jika lebih dari itu, tidak ada kesempatan lagi untuk mendaftar, apalagi masuk PTN. Jadi bisa dibilang, ujian masuk PTN di tahun ketiga sejak lulus dari sekolah adalah ujian masuk PTN untuk terakhir kalinya. Dan itulah, yang kualami di tahun ini.

Sebenarnya, aku ingin ikut seleksi PTN sejak kelas duabelas. Tapi karena saat itu disarankan untuk tidak kuliah dulu oleh orangtua, akhirnya aku tidak mengikuti pendaftaran kuliah melalui jalur apapun, kecuali PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) karena tawaran dari seorang saudara. Jujur, saat itu aku sangat pesimis. Karena universitas yang aku tuju adalah UIN Bandung. Sedangkan persyaratan dari jurusan yang aku tuju, salah satunya yaitu sudah hafal 3 juz Al-Qur'an. Dan jika kamu bertanya kenapa tidak memilih jurusan lain, jawabannya adalah karena hanya itu satu-satunya jurusan di UIN Bandung yang menerima kuota mahasiswa dari jalur PBSB. Lalu jika kamu bertanya kenapa tidak memilih universitas lain, jawabannya adalah karena UIN Bandung adalah universitas terdekat dari rumah. Selain itu, orangtuaku juga menyarankan untuk tidak berkuliah di kampus-kampus yang letaknya jauh. Dan hasilnya, terduga sudah bahwa aku tidak lulus seleksi PBSB.

Lanjut, di tahun kedua aku mulai didukung untuk berkuliah. Dan berniat untuk mengikuti SBMPTN. Tapi, aku benar-benar tidak tahu bahwa harus memiliki akun LTMPT sebelum mengikuti UTBK. Di mana UTBK sendiri adalah ujian tulis berbasis komputer yang hasilnya dijadikan salah satu poin penilaian dalam SBMPTN. Jadi jika tidak mengikuti UTBK, maka SBMPTN pun tidak bisa diikuti. Dan karena hal itu, akhirnya aku memilih untuk mengikuti UM-PTKIN dan ujian mandiri. Tapi, aku belum beruntung. Tidak ada pernyataan bahwa aku lulus ujian di salah satu seleksi pada tahun itu. Meski setelah hasil ujian mandiri dikeluarkan, ada sebuah surat yang datang ke rumah menyatakan bahwa aku diterima di IKOPIN yang berlokasi di Jatinangor, Sumedang, sebagai salah satu bentuk kerja sama antara IKOPIN dan UIN Bandung. Yang sayangnya, harus aku abaikan karena biaya yang belum mencukupi.

Di tahun ketiga, tahun ini, aku baru mendaftar akun LTMPT. Dan dari awal, sudah mengalami kendala. Karena ternyata NISN yang tertera di kartu pelajar berbeda dengan NISN yang terdaftar di data Kemdikbud. Benar-benar aneh. Aku baru mengetahui hal ini. Tapi alhamdulillah, hal itu bisa teratasi dengan mudah. Aku hanya perlu melakukan verifikasi dan validasi data NISN di situs web Kemdikbud. Kemudian setelahnya, aku bisa melakukan pendaftaran akun LTMPT dengan mudah. Ya, pendaftarannya memang mudah. Meski setelah itu, ada kendala lagi yang harus ditemui.

Jika kamu termasuk salah satu orang yang pernah mendaftar akun LTMPT, pasti kamu pernah menemukan halaman yang mengharuskan untuk menyimpan data secara permanen di akun LTMPT. Tepatnya, di halaman kedua setelah halaman pengisian data diri. Halaman tersebut berisi data mengenai info tentang asal sekolah si pemilik akun. Yang sayangnya, sudah hal yang wajar jika info tersebut salah karena si pemilik akun berasal dari MA, bukan SMA. Hal ini disebabkan karena MA berada di bawah naungan kementerian agama. Berbeda dengan SMA yang langsung dinaungi kementerian pendidikan dan kebudayaan. Namun, meski wajar, hal itu tetap perlu diperbaiki dan menjadi sebuah masalah bagi lulusan MA. Termasuk aku.

Memang, jika diperhatikan, di halaman tersebut terdapat petunjuk untuk memperbaiki data asal sekolah. Yang pertama, yaitu menghubungi pihak sekolah asal. Sementara yang kedua, yaitu melakukan verifikasi dan validasi data diri di situs web kemdikbud. Dan di antara dua pilihan itu, aku memutuskan untuk melakukan verifikasi dan validasi data terlebih dulu meski sebelumnya sudah pernah melakukan hal serupa ketika mengkonfirmasi NISN. Aku pikir, jika ada cara yang bisa dilakukan secara mandiri, kenapa harus menghubungi pihak sekolah yang tidak aku ketahui kontaknya?

Tapi, rupanya hal itu tidak berjalan mulus. Karena walaupun berkali-kali aku melakukan verval data, hasilnya tetap sama. Tidak ada satu pun data yang berubah menjadi benar. Kalau pun berubah, hasilnya tidak sesuai dengan data yang seharusnya. Dan oleh karenanya, aku pun mencoba bertanya mengenai hal itu ke beberapa grup WhatsApp yang berkemungkinan memiliki anggota yang berusia tidak jauh dariku. Terutama, grup alumni sekolah. 

Maaf temen2 mau nanya. Di sini ada yang baru daftar LTMPT tahun 2020 atau 2021 ga?

Dalam waktu beberapa jam, pesan itu dibalas oleh sedikit orang baik di grup maupun japri. Salah satu penjawabnya adalah seorang teman yang satu sekolah denganku. Dan tanpa ragu, aku pun mengirim pesan japri untuk bertanya lebih jelas. Di mana dari pembicaraan daring itu, aku disarankan untuk menghubungi pihak BK dari sekolah sekaligus diberi salah satu kontak guru BK.

Dua hari kemudian, aku baru mengirim pesan ke guru BK tersebut melalui pesan biasa, bukan WhatsApp. Karena ternyata, nomor guru tersebut tidak terdaftar sebagai nomor WhatsApp. Dan aku pun baru menyusun pesan di hari sebelumnya.

Satu hari berlalu, tapi pesan itu tidak juga terbalaskan. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk menghubungi wali kelas kelas dua belasku yang merangkap sebagai guru BK setelah meminta kontaknya di grup alumni kelas dua belas. Astaghfirullah, sebelumnya aku lupa memiliki wali kelas yang merangkap sebagai guru BK.

Esok harinya, akhirnya pesan ke wali kelasku dibalas. Dan di pesan itu, beliau justru menyuruh untuk menghubungi guru lainnya. Baiklah, harus kucoba.

Beberapa jam kemudian, tepatnya di pagi hari keesokannya, aku pun mengirim pesan ke kontak guru yang dimaksud setelah meminta kontak beliau dari teman satu sekolah di grup alumni. Dan tepat tiga puluh menit kemudian, pesan pun dibalas dengan isi seperti di bawah ini.

 (Diteruskan) https://forms.gle/pzM49wxBqoEvzd8V7

(Diteruskan) Mohon bantuannya kepada rekan2, Alumni Aliyah yang terkendala pendaftaran LTMPT, bisa diarahkan mengisi link πŸ‘†

Waalaikum salam..mangga dicoba menggunakan link dia atasπŸ‘†πŸ»

Mendapat balasan demikian, tentulah aku senang. Apalagi, aku sudah membayangkan untuk bisa masuk UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), PTN yang kuimpikan di masa MA. Tapi sayangnya, saat aku akses tautan yang diberikan tersebut, justru muncul halaman seperti gambar di bawah ini.

Tapi kok perbaikan data LTMPT-nya sudah ditutup ya, Bu?

(Diteruskan)


Apa saya masih bisa melakukan perbaikan data, Bu?

Kalau dari informasi diatas, sdh ditutup tanggal 12 Maret.

Jadi penutupan pendaftaran itu sekaligus batas perbaikan data juga, Bu?

Kalau sdh tdk bisa diperbaiki berarti sdh ditutup

Ok, Bu. Terima kasih πŸ™.

Pupus. Pupus sudah harapan untuk mendaftar SBMPTN, terlebih mengikuti UTBK. Pupus juga harapan untuk masuk UPI. Ya, baiklah. Ini belum menjadi kesempatan bagiku untuk daftar SBMPTN. Karena jelas-jelas, saat aku mendapat informasi mengenai tautan itu, sudah jatuh di tanggal 18 Maret 2020.

Kesimpulan :

Untuk kamu, para lulusan MA yang mau ikut SBMPTN di tahun selanjutnya, jangan lupa daftar dulu akun LTMPT-nya. Setelah itu, hubungi juga pihak sekolah untuk memperbaiki data asal sekolah agar bisa segera menyimpan data permanen. Dengan catatan, batas perbaikan data tersebut sama dengan batas akhir pendaftaran akun LTMPT gelombang dua.

Semoga bermanfaat.

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: