13 September 2020

Salam 

"Assalamu'alaikum wa rohmatullohi wa barokatuh" Mba Mun mengucap salam untuk membuka kelas ngaji pasaran siang itu setelah duduk di atas sebuah kursi kayu.

"Wa'alaikum salam wa rohmatullohi wa barokatuh" jawab para santri yang telah menunggu kehadiran Mba Mun di ruangan yang sama.

Beberapa saat, seisi ruangan kelas menjadi hening. Menunggu Mba Mun mengucapkan kata 'Al-Faatihah' sebagai isyarat agar kami membaca surah Al-Fatihah setelah beliau membacakan hadhoroh.

"Al-Faatihah"

"A'udzubillahi minasysyaithoonirrojiim. Bismilaahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillahi robbil 'aalamiin....." 

Para santri meneruskan bacaan surah Al-Fatihahnya. Kemudian mulai menyiapkan pena dan membuka kita Durorul Bayan yang mereka miliki masing-masing.

"Sebelum lanjut ke nadzom berikutnya, ada sedikit koreksi dulu dari materi yang kemarin" ucap Mba Mun membuka pelajaran. "Jadi di huruf 'mim' jawaban salam itu harokatnya dhommah. Bukan sukun. Coba dilihat dari kitabnya masing-masing. Halaman yang kemarin dipelajari"

Serempak, para santri pun mencari-cari halaman yang dimaksud Mba Mun.  Halaman yang terakhir kali kami pelajari dalam kitab Durorul Bayan yang telah kami kaji selama sepuluh hari pertama bulan Ramadhan tahun ini.

"Halaman berapa, Mba Mun" tanya Nia yang duduk dibarisan paling depan.

"Halaman lima puluh empat, Ni" Keke yang sudah menemukan halaman yang dimaksud lebih dulu memberitahu.

"Nah iya. Halaman lima puluh empat" Mba Mun membenarkan.

”Oh iya. Udah ketemu”

”Yang lain udah pada ketemu halamannya?”

"Belum, Mba Mun. Nanti dulu."  Mohon salah seorang temanku.

"Udah" aku ikut bersuara.

"Win, bener yang ini bukan?"" Lala yang duduk disebelahku bertanya sembari menunjukkan halaman yang ia maksud.

"Iya, La. Bener."

"Oke makasih."

"Lala udah ketemu belum?"

"Udah, Mba Mun" 

"Ibad, Opa, udah ketemu?"

"Udah, Mba Mun."

"Bagus. Sekarang lihat halaman yang sebelah kanan."

"Iya, Mba Mun.” 

"Coba perhatikan kalimat Wa'alaikumussalam di baris ketiga dari atas."

"Oh iya, Mbak Mun. Ada."

"Nah, harakat yang ada di atas huruf mim di  wa 'alaikum itu adalah dhommah. Bukan sukun."

"Tapi kaya sukun, Mba Mun."

”Iya memang seperti harakat sukun. Tapi setelah diperhatikan di kalimat lainnya, ternyata bentuk harakat sukun di kitab ini itu bulat lingkaran seperti donat. Bukan melengkung seperti bulan sabit atau huruf dammah. Sehingga jika ada yang mengucapkan salam, maka jawabannya Wa'alaikumussalam bukan Waalaikum salam" Mba Mun menjelaskan dengan kata-kata yang cukup sederhana dan memberi penekanan ketika mengucapkan kalimat Wa ’alaikumussalam.

"Oh iya ya, Mbak Mun. Bentuk sukunnya bulat-bulat di sini mah."

"Nah iya.  Jadi seterusnya, kalau kamu jawab salam dari orang lain, jawaban yang benar itu adalah Wa'alaikumussalam. Atau kalau mau lebih lengkap, tambah lagi. Wa'alaikumussalam wa rohmatulloh. Kalau mau yang paling lengkap, jawabannya Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Tidak perlu ditambah embel-embel lainnya seperti menjadi Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Ta'ala Wabarakatuh. Baik dalam memberi ataupun menjawab salam. Fahimtum?"

"Fahimna?"

"Bagus. Sekarang, kita lanjut ke nadzom berikutnya."

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: