Makanan pinggir jalan menjadi salah satu makanan favorit warga Indonesia. Selain karena harganya yang murah, makanan pinggir jalan juga memiliki rasa yang enak dan bisa menjadi pilihan sebagai penunda lapar. Misalnya batagor, sosis bakar, stik mozarella, sampai cilung yang ditambah telur.
Di tanah Sunda, makanan pinggir jalan yang paling sering ditemui yaitu cilok, cimol, cilor, cireng, cimin, sampai cilung. Di mana seperti yang kita ketahui pada umumnya, bahwa nama makanan Sunda yang diawali dengan ci-, biasanya terbuat dari aci. Misal, ambil dari contoh yang sudah disebutkan sebelumnya. Cilok, yaitu aci yang dicolok. Cimol, yaitu aci yang digemol (dibentuk bulat-bulat). Cilor, yaitu aci yang dibentuk bulat kecil, lalu ditusuk dengan tusuk sate, kemudian dibaluri dengan telur saat digoreng. Cireng, yaitu aci yang digoreng, tanpa ketentuan seperti apa bentuknya. Cimin, yaitu aci yang dibentuk kecil-kecil (baik bulat, kubus, atau bentuk lainnya), sehingga diakhiri -min, bermaksud mini. Sedangkan cilung, yaitu aci yang digulung.
Tapi, itu baru di tanah Sunda. Di tanah lain, pasti masih banyak makanan pinggir jalan yang tak kalah nikmatnya. Meski memang, makanan tersebut tidak hanya dijajakan di daerah asalnya sih. Karena terkadang, mungkin kita juga sering menjumpai makanan pinggir jalan di kota selain Bandung, tapi di gerobaknya tertulis Cilok Bandung. Atau di kota selain Palembang, tapi di gerobaknya tertulis Pempek Palembang. Bukan begitu?
Namun, sebenarnya aku sempat kebingungan sih. Karena saat sekolah di Cirebon lima tahun lalu, aku pernah menemui makanan bernama Papeda yang kelihatannya, seperti Cilung.
Iya. Seperti cilung. Bahkan, cara membuatnya pun 98% sama. Sedikit adonan dituangkan ke wajan kecil. Lalu diratakan dengan menggoyang-goyang wajan. Setelah itu, adonan dibalik menggunakan tusuk sate. Diberi bumbu bubuk (asin, keju, balado, kacang, dll) dan saos atau sambal, kemudian digulung menggunakan tusuk sate. Tapi bedanya, papeda ini tidak dilapisi lagi dengan bumbu kacang setelah matangnya. Karena dari cilung yang kutahu di waktu SD sih, setelah matang, cilungnya dilapisi dengan bumbu kacang lagi. Jadi tambah nikmat! Pantesan deh tukang cilungnya ramai terus setiap hari. Udah enak, cilungnya tebal, murah lagi. Hehe.
Baca juga : Makan Sebelum Lapar, Apa Benar?
Kembali lagi ke papeda.
Awalnya, aku mengira bahwa papeda itu berbeda dengan cilung. Ya, aku ngikutin teman-teman bilang itu jajanan apa sih. Kalau kata mereka itu papeda, aku nurutin juga nyebut jajanan itu papeda. Karena kalau aku nyebut itu cilung, kayaknya mereka gak ngerti deh. Mereka pada gak tahu kata cilung.
Namun, pemikiran itu seketika berubah ketika salah seorang temanku, menyebut bahwa papeda adalah cilung. Padahal setahuku, dia orang Cirebon asli. Bukan orang Sunda. Jadi aku mikir gini, kok dia tahu kata cilung ya? Padahal selama aku di sini (Cirebon) aja, gak pernah dengar orang bilang kata cilung? Tapi ya, aku gak mikir keras juga sih. Cuma heran aja. Jadi, nama jajanan itu adalah papeda atau cilung?
Oke. Sekarang, aku mau bahas keduanya.
Beberapa waktu lalu, aku pernah bikin story WhatsApp dan story Instagram. Isinya : Apa bedanya cilung sama papeda?. Dan dari pertanyaan tersebut, ada dua jawaban yang hampir sama. Intinya sih, kalau cilung gak pakai telur, sedangkan papeda pakai telur. Tapi, aku kurang sepakat sih sama jawaban itu. Karena kalau dari yang aku tahu, cilung juga pakai telur. Walaupun telur puyuh, bukan telur ayam atau bebek yang jelas lebih besar.
Terus, aku pernah browsing di google dengan kata kunci yang hampir sama seperti story sebelumnya. Dan di salah satu situs web, aku membaca bahwa cilung terbuat dari aci, sedangkan papeda terbuat dari tepung kanji. Padahal setelah aku browsing lagi, ternyata tepung kanji atau bahasa komposisinya itu tepung tapioka, ya sama saja dengan aci. Terbuat dari pati singkong, dan bisa diolah menjadi boba untuk versi lebih modern-nya. Jadi dapat disimpulkan, bahwa bahan dasar dari cilung maupun papeda itu sama, yaitu aci.
Lalu, apa bedanya cilung dan papeda?
Sebelumnya, aku mau kasih tahu bahwa ini hanya pendapatku saja. Jadi kalau teman-teman tidak setuju pun, itu gak masalah.
Seperti kita ketahui sebelumnya, bahwa papeda dan cilung terbuat dari bahan dasar yang sama, yaitu aci. Cara pembuatannya sama, digulung setelah diberi bumbu bubuk dan saos. Tapi terkadang, kalau beli di pinggir jalan, ada pilihan pakai telur, tanpa telur, sosis, atau pilihan lainnya. Harganya, menyesuaikan juga dong. Misal kalau tanpa telur harganya berapa, ditambah telur harganya ditambah sekian, lalu jika ditambah sosis harganya ditambah sekian, dan seterusnya. Sedangkan dilapisi bumbu bubuk kacang setelah matangnya atau tidak, itu tergantung penjual. Ada yang menawarkan, ada juga yang tidak.
Jadi ya, menurut aku sih, cilung dan papeda itu sama. Hanya saja, kata cilung lebih sering terdengar di Bandung. Sedangkan kata papeda, lebih sering terdengar di Cirebon. Meski memang, aku sendiri tidak tahu kata papeda itu berasal dari bahasa apa.
Bagaimana menurutmu?
[edit 19 Januari 2022]
Dari komentar dari blog ini --yang mungkin teman-teman sudah membacanya juga--, kita tahu kalau Papeda itu adalah makanan khas dari Indonesia Timur, seperti Papua dan Maluku. Kalau lihat di KBBI sih, Papeda itu diartikan makanan tradisional Papua berupa bubur sagu, biasanya dicampur dengan ikan dan sayur.
Dan beberapa hari lalu, aku nonton acara TV Siapa Mau Jadi Juara di stasiun TV Trans TV. Ada pertanyaan kurang lebih begini, makanan tradisional yang berasal dari Papua adalah... Si peserta yang diharuskan menjawab, yakin bahwa jawabannya adalah Papeda. Tapi ia mendeskripsikan Papeda itu seperti cilung. Dan Yuki Kato selaku pembawa acara di program tersebut, berusaha sedikit menggoyahkan keputusan peserta. Hingga akhirnya, jawaban yang benar pun diberitahukan. Jawaban yang benar itu papeda. Otomatis peserta juga benar dengan jawabannya. Tapi Yuki Kato mengoreksi, bahwa yang peserta deskripsikan itu adalah cilung, makanan dari tanah Sunda. Sedangkan Papeda itu terbuat dari tepung sagu, berbeda dengan cilung.
Dari situ, aku semakin yakin. Kalau papeda itu jelas berbeda dari cilung. Hanya saja, karena teksturnya yang sama-sama lengket dan menggunakan tusuk sate dalam penyajiannya, maka terdapat kesalahpahaman sehingga ada orang yang menyebut cilung dengan sebutan papeda. Kurang lebih begitu.
Biar lebih tahu, aku sih menyarankan kamu untuk menonton salah satu video di kanal YouTube GENKI BANGET! bertajuk 'Papua vs Jepang' yang membahas makanan khas Papua tersebut. Setidaknya, biar kamu tahu, seperti apa sih makanan lengket yang terbuat dari tepung sagu itu? Katanya sih, rasanya hambar, tapi lebih nikmat dimakan bersama kuah kuning.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Cimol
https://travelingyuk.com/jajanan-pinggir-jalan/73095/
https://fibercreme.com/serupa-tapi-tak-sama-ini-bedanya-tepung-sagu-tapioka-dan-maizena/