Beberapa hari lalu, entah kenapa tiba-tiba aku sempat berpikir seperti ini : makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang atau makan setelah lapar, berhenti sebelum kenyang? Yang bener itu yang mana? Coba tanyain di medsos kali ya nanti.
Jadilah. Pada sore harinya, aku membuat polling di story Instagram dan Facebook. Dengan tulisan seperti berikut 'Menurut hadits nabi, yang benar itu yang mana? (Pilihan 1) Makan sebelum lapar (Pilihan 2) Makan setelah lapar'. Selain itu, aku juga membuat story WhatsApp dengan tulisan : Menurut hadits nabi, yang benar itu yang mana? Makan sebelum lapar atau makan setelah lapar?. Yang pastinya, aku berharap semoga banyak yang memilih atau merespon sih.
Beberapa jam hingga satu hari kemudian, aku mengecek hasil story tersebut. Tapi ternyata, orang yang memilih sangat sedikit. Di Instagram dua orang, Facebook 2 orang, sedangkan di WhatsApp, tidak ada yang merespon atau menjawab satu pun. Alasannya, mungkin karena memang jumlah followers dan teman medsosku yang sangat sedikit. Atau mungkin, mereka yang lebih pintar karena mengetahui bahwa kalimat itu bukanlah hadis nabi.
Iya. Ternyata itu bukan hadis nabi. Kalau pun dikatakan hadis, ya hadis daif. Atau malah, hadis palsu. Bahkan karena saking palsunya, di kitab hadis palsu pun tidak ada kalimatnya.
Nah, dari polling di story medsos itu, ternyata semua pemilih memilih makan sebelum lapar. Tidak ada yang memilih makan setelah lapar. Atau katakanlah, 'makan saat lapar'. Ya, ada sedikit kesalahan sih, ya. Seharusnya 'saat', bukan 'setelah'. Tapi hari itu, aku tak terpikir kata 'saat'. Jadi pakai kata 'setelah'.
Karena penasaran tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, aku pun mengetikkan kata 'makan sebelum lapar atau makan setelah lapar' di mesin pencarian daring Google dan Youtube. Baru tahulah aku ketika itu. Bahwa ternyata, kalimat yang berbunyi 'makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang' adalah hadis daif. Malah, kalimatnya juga salah. Seharusnya 'makan saat lapar, berhenti sebelum kenyang'.
Loh, kenapa ada kalimat yang benarnya? Katanya bukan hadis?
Ya, itu memang bukan hadis. Tapi ada kalimat yang benarnya. Tentu, bukan dari sabda Nabi Muhammad saw. Tapi dari seorang dokter dalam sebuah cerita di kitab Ar-Rahmah fii Ath-Thibb wa Ar-Rahmah karya Al-Imam As-Suyuti.
Baca juga :
Berikut adalah kutipan cerita (yang aku temukan dengan keterangan terlengkap di Google) dalam kitab tersebut.
Ada empat orang dokter ahli berkumpul di istana Raja Persia. Empat dokter ini masing-masing berasal dari Irak, Romawi, India, dan Sudan.
Kepada keempat dokter ini, raja meminta resep atau obat-obatan yang paling manjur dan tidak membawa efek samping. Dokter dari Irak mengatakan, obat yang tidak membawa efek samping adalah minum air hangat tiga teguk setiap pagi ketika bangun tidur.
Dokter dari Romawi mengatakan, obat yang tidak membawa akibat sampingan adalah menelan biji rasyad (sejenis sayuran) setiap hari.
Sedangkan dokter yang dari India mengatakan, obat yang tidak membawa efek samping adalah memakan tiga biji ihlilaj yang hitam tiap hari. Ihlilaj adalah sejenis gandum yang tumbuh di India, Afghanistan, dan China.
Ketika tiba giliran dokter dari Sudan bicara, dia diam saja. Kemudian raja bertanya, "Mengapa engkau diam saja?"
"Wahai Tuanku, air hangat itu dapat menghilangkan lemak ginjal dan menurunkan lambung. Biji rasyad dapat membuat kering jaringan tubuh. Dan ihlilaj juga dapat membuat kering jaringan tubuh yang lain," jawabnya.
"Kalau begitu menurut kamu, obat apa yang tidak mengandung efek samping?" Raja bertanya lagi.
Dokter dari Sudan itu menjawab, "Wahai Tuanku, obat yang tidak mengandung efek samping adalah Anda tidak makan kecuali sesudah lapar. Dan apabila Anda makan, angkatlah tangan Anda sebelum Anda merasa kenyang. Apabila hal itu Anda lakukan, maka Anda tidak akan terkena penyakit kecuali mati," tandasnya.
Perlu diketahui, kalimat 'angkatlah tangan Anda sebelum Anda merasa kenyang' itu bermaksud 'menghentikan makan sebelum kenyang'. Atau lebih singkatnya, berhenti sebelum kenyang.
Jadi, kesimpulannya sudah jelas, ya. Bahwa kalimat yang benar itu adalah "makan saat lapar, berhenti sebelum kenyang". Itu pun bukan hadis, tapi sebuah nasihat dari seorang dokter Sudan kepada Raja Persia dalam sebuah kisah yang ditulis Al-Imam As-Suyuti dalam karyanya, Ar-Rahmah fii Ath-Thibb wa Ar-Rahmah.
Semoga bermanfaat.
Referensi :
Makan Sebelum Lapar atau Setelah Lapar? dalam blog https://imanfirm1810.wordpress.com/2015/06/03/makan-sebelum-lapar-atau-setelah-lapar/amp/
Hadits Palsu "Makan Sebelum Lapar, Berhenti Sebelum Kenyang" di kanal Youtube Audio Dakwah dengan pengisi Ustaz Adi Hidayat - https://youtu.be/D5lUe1dUCz8
0 Comments: