27 July 2019

Poin Pelanggaran 4 : Keajaiban

Poin Pelanggaran 3 : Keajaiban
"Rin, temenin aku, yuk" pinta Ila menghampiri Rina.
”Kemana?"
"Ada mamah aku di kantor"
"Oh, ayo" Rina bangun dari duduknya. Lalu berjalan di belakang Ila menuju kantor guru.
Di kantor, mereka melihat Irma-ibu dari Ila, sedang duduk berhadapan dengan  Lilis.
"Mah" Ila menyapa ibunya. Dan yang dipanggil menengok."Ila, Rina” Ila dan Rina mencium punggung tangan kanan Irma bergantian.
     Lalu terjadilah perbincangan antara Lilis, Irma, dan Ila. Sedangkan Rina hanya sempat melihat daftar absen siswa yang ada di atas meja Lilis. Dan ternyata, absen itu adalah data pelanggaran siswa kelas XI MIPA 5 yang terbaru.     
     Farisi sama Laila udah ditandain merah tuh namanya. Berarti mereka udah sp 1 dong? Atau jangan-jangan, waktu itu Farisi ada orang tuanya juga karena dipanggil Bu Lilis?, Rina bertanya-tanya dalam hati.
"Rin, kamu kelas aja, ya?" Ila mengalihkan pikiran Rina.
"Oh, oke""Makasih ya, Rin""Iya"
     Rina kembali ke kelas. Tapi bukan ke dalam kelas, melainkan duduk di kursi semen depan kelasnya.     
     Ila udah dapet sp 1. Kalau gitu, kemungkinan aku juga bakal dapet satu dalam waktu dekat ini, renung Rina. Kedua matanya menatap kosong lapangan basket yang ada di depannya. Sesekali menengok ke kanan-kiri. Dan kebetulan, Pasha-teman dekat Rina, sedang keluar dari kelasnya menghirup udara segar.
"Ca.." teriak Rina memanggil Pasha dengan sebutan Caca.
"Hai, Rin" Pasha menyapa dari jauh.
"Ca.. sini" Rina meminta Pasha agar mendekati dirinya.
"Ada apa?" Tanya Pasha masih belum mendekat.
"Sini dulu, ih"
"Kenapa?"
"Sini!"
     Akhirnya, Pasha mengalah. Ia berjalan mendekati Rina. Lalu duduk disamping Rina berlawanan arah.
"Kenapa?" Pasha bertanya lembut. 
"Ca"
"Hm?" 
"Ila udah dapet satu tau.”
"Terus?"
"Ya sedih."
"Dia yang dapet sp kok kamu yang sedih?"
"Kalau gitu kan kemungkinan aku juga bakal dapet sp 1"
"Ohh. Ya jangan dong. Kamu juga dikurangi tuh telatnya"
"Aah" Rina mengeluh.
"Kan kamu juga tau, ca. Aku kalau fingerprint tuh jarang kedeteksi jarinya. Kan nyebelin. Sampe sms ke ibu aku segala lagi. Bikin khawatir aja"
"O iya. Kamu udah cerita soal itu, ya?"
"Iya, sms ke kang Firman juga"
      Rina mencari posisi duduk yang nyaman. Menyelonjorkan kedua kakinya di atas kursi semen dan menyandarkan punggungnya ke saka. Menghadap Pasha.
"Ada ada aja, ya"
"Iya. Terus yang bikin sebel lagi tuh, ya. Ini coba. Waktu bu Lilis ngumumin poin, masa aku banyak alfanya? Kapan coba kapan"
"Gara gara jari kamu gak kedeteksi kali"
"Tau, ah. Nyebelin."
"Udah. Simpelnya, nanti ke depannya kamu harus lebih rajin lagi. Terutama soal telat sama fingerprint itu, lo. Kalau jarinya basah dikeringin dulu. Kalau kotor juga dibersihin."
"Emang jari aku sekotor apa sih, Ca. Kan gak mungkin kalau pas mau sekolah aku main tanah dulu. Paling debu."
"Terserah kamu deh, Rin"
"Aku tuh emang susah dibilangin ya, Ca?"
"Tuh tau"
"Aku nakal, ya?
""Ih, saking aja kurang disiplin."
"Gitu, ya?"
"Menurut aku sih iya"
     Rina menarik nafas dalam-dalam. Dan kembali mengeluarkannya.
"Rin, aku masuk kelas ya? Ada pak Bayu."
"Oke, deh. Makasih, Ca"
"Santai aja kali"
     Rina tersenyum. Bersyukur dirinya memiliki teman seperti Pasha, yang bersedia mendengarkan keluh kesahnya saat dia sedang galau sekalipun. Seperti saat ini. Dan setelah ia sadar, ia segera menurunkan kedua kakinya mengingat ada pak Bayu yang akan melewati koridor  kelasnya.
    Sepulang sekolah, ia menelpon ibunya di wartel depan sekolah. Menceritakan perihal dirinya yang memiliki banyak poin pelanggaran dan hampir mendapatkan Surat Peringatan pertama. Dan sama seperti Caca, ibunya menasihati Rina soal jarinya agar dibersihkan ketika ingin absen fingerprint. Tapi tak lupa, ibunya juga berdoa agar Rina tidak mengalami hal serupa seperti Ila, yang mendapatkan sp 1 di kelas 11.     
     

     Waktu terus berganti. Rina kini menginjak kelas 12. Bahkan sudah hampir selesai. Tapi anehnya, Rina tidak pernah sama sekali mendapat panggilan dari wali kelasnya-pak Ali. Ya, panggilan soal Surat Peringatan pertama itu. Padahal, Rina sudah menyiapkan mental untuk mendapat panggilan itu sejak pertama masuk kelas 12. Dan ingin panggilan itu di dapatnya pada hari ulang tahun, 3 September. Yang masih termasuk minggu-minggu awal bersekolah. Tidak apa-apa, sebagai kenangan yang menghiasi masa SMA-nya.
     Namun semua itu tidak didapatkannya. Masa kelas 12 dijalaninya dengan normal tanpa ada gangguan apapun. Aneh, sungguh aneh semua ini. Apa guru GDM salah hitung saat mendata poin pelanggaran Rina? Atau karena doa ibunya? Padahal kalau diingat, terakhir bu Lilis mengumumkan bahwa Rina punya 37 poin. 3 poin lagi untuk mendapatkan sp 1. Dan itu sungguh sulit dipercaya. Rasanya Rina pernah telat lagi setelah poin terakhir diumumkan. Tapi ya sudahlah. Semuanya telah berlalu dan Rina ditakdirkan untuk tidak mendapatkan sp 1 di masa SMA-nya. Dan Rina sangat bersyukur. Terima kasih jika memang guru GDM memang benar salah hitung, dan terima kasih juga jika ini berkat doa ibunya.


Segala kejadian mungkin saja terjadi. Meski kita tak pernah terpikirkan itu akan terjadi.
Jangan lupa, mintalah doa Ibumu. Karena sungguh, doa seorang Ibu sangat mudah dikabulkan.



Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: