21 July 2019

Poin Pelanggaran 2 : Fingerprint

Poin Pelanggaran 2 : Fingerprint
Rina memasuki gerbang belakang sekolahnya. Eits, ini bukan seperti kebanyakan sekolah lainnya. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Gerbang belakang sekolahku ini memang dibuka untuk mempercepat siswa memasuki kelas. Dan itu sangat menguntungkan untuk siswa yang pesantrennya lebih dekat dengan gerbang belakang. Termasuk Rina.
Beberapa siswa aktivis berjejeran di belakang gerbang. Menyambut semua siswa yang silih berdatangan dan memeriksa kedisiplinan mereka.
"Pagi, Kak" sapa salah seorang diantara mereka pada Rina.
Rina hanya membalasnya dengan senyum yang sedikit terpaksa. Lalu berjalan menuju mesin fingerprint yang terpasang di dinding dan dibungkus sebuah kayu balok.
"Silakan coba lagi" fingerprint itu menjawab begitu Rina menempelkan ibu jarinya.
"Silakan coba lagi" mesin fingerprint masih menjawab dengan perkataan yang sama setelah Rina menempelkan ibu jari kanannya kedua kali.
Kemudian, Rina mengganti ibu jari kanannya dengan telunjuk kanan untuk ditempelkan di mesin fingerprint. Tapi jawaban yang diterima masih "Silakan coba lagi"
"Iih!" keluh Rina.
Siswa kelas 11 silih berdatangan dan ingin menyatakan dirinya ’hadir' melalui mesin fingerprint. Terpaksa, Rina sedikit menyingkir agar orang lain tak melihat dirinya yang selalu mendapat jawaban "Silakan coba lagi" setiap kali menempelkan jarinya di mesin fingerprint itu.
"Silakan coba lagi"
"Silakan coba lagi"
"Ah, kesel! Dasar fingerprint."
Rina memutuskan untuk meninggalkan mesin fingerprint itu. Dan langsung masuk ke kelas tanpa 'menghadirkan diri' melalui mesin fingerprint yang ada di lingkungan sekolah.

Sepulang sekolah, Rina langsung menuju koperasi pesantren. Ingin membeli makanan untuk teman makan nasi siang ini.
"Mba, perkedelnya berapaan?"
"Lima ratus, Rin." jawab Sitoh, penjaga koperasi pesantren.
"Beli dua deh, Mba" Rina memutuskan untuk membeli 2 perkedel. Mengingat ia makan bersama 2 orang teman lainnya.
"Oh ya, Rin. Tadi Rina sekolah, kan?"
"Iya, Mba. Ini aku masih pake baju sekolah. Emang kenapa?"
"Tadi Ibu kamu telpon, Rin. Nanyain kamu. Katanya kamu sekolah gak? Tapi ya setahu mba Sitoh kan kamu emang sekolah hari ini. Mba cek ke kamar-kamar juga gak ada yang gak sekolah" jelas mba Sitoh panjang lebar.
"Hah? Kok gitu, ya?" Rina bertanya-tanya heran pada dirinya sendiri. Sambil menerima perkedel yang telah dibungkus plastik dari tangan Sitoh.
”Gak cuma Ibu kamu malah. Kang Firman juga nanyain kamu. Tadi sms."
"Kang Firman?"
"Iya"
"Hp pondok mana, Mba?"
"Tuh dipegang Nisa" Sitoh menunjuk Nisa yang sedang duduk bersila di lantai.
"Apa, mba?" Nisa merasa dirinya dipanggil oleh Sitoh.
”Dua ribu" Sitoh menjawab santri lain yang menanyakan harga aqua botol.
"Itu Rina, Nis"”Nisa, aku mau pinjem hp juga"
"Oke, mba. Bentar" jawab Nisa tak mengalihkan pandangannya dari hp.
"Ini jadi seribu ya, mba? Bayarnya sekalian bayar nelpon nanti"
"Iya"
"Ini, mba Rina" Nisa memberikan hp nokia  yang masih berisi game snake itu pada Rina.
"Mba Sitoh, sms 3. Jadi seribu lima ratus, kan?"
"Iya"
"Nih mba hpnya" Nisa menyodorkan hp milik pesantren pada Rina.
"Iya" Rina menerimanya. "Mba, bayarnya sekalian sms, ya?" tanya Rina pada Sitoh.
"Iya, Rin. Hpnya jangan dibawa ke kamar, ya"
"Oke"
Rina mengambil bungkusan perkedel yang tadi dibelinya. Menyimpannya ke tas kemudian duduk di atas kursi hijau yang berada di samping kanan koperasi pondok.

Bu, ada apa tadi telpon? Ibu nanyain aku sekolah ngga?
Send

Rina selesai mengetikkan SMS untuk ibunya. Tak lama, nada dering dari hp nokia itu berbunyi.
KLIK!
"Assalamu'alaikum” Rina memulai.
"Wa'alaikumussalam" Desi–ibu kandung Rina, menjawab dari seberang telpon.
”Ibu?
"Rina?" Desi mencoba menjernihkan suara telepon.
"Ibu tadi SMS ke hp pondok?"
"Iya, Rin. Tadi pagi kamu sekolah gak?"
"Sekolah"
"Kenapa?"
"Aih? Kok kenapa, Bu? Kan emang jadwalnya sekolah"
"Ibu tadi dapet sms dari sekolah kamu. Katanya kamu gak berangkat hari ini"
"Ooh. Itu mah kerjaan fingerprint, Bu”
"Apa maksudnya?"
"Jari akunya teh gak kedeteksi fingerprint"
"Apa gak ngerti"
"Bu, di sekolah aku kan ada fingerprint. Nah, fingerprint itu teh buat kaya ngabsen gitu, Bu. Jadi absennya pake mesin kalau masuk teh."
"Oh, gimana itu teh?"
"Gini, Bu. Kalau setiap kali masuk gerbang teh akunya harus absen ke fingerprint dulu. Telunjuk atau jempolnya ditempelin ke fingerprintnya. Kalau dari fingerprintnya 'Terima kasih' berarti udah ke absen. Udah kedetek jarinya. Terus kalau belum, ya belum keabsen. Belum kedetek juga jarinya. Jadi dianggepnya nggak masuk sekolah kalau gitu teh. Terus nanti dikirimin sms dari sekolah ke orang tuanya, katanya mah."
"Ooh"
"Nah, pas tadi teh jempol akunya gak kedetek terus. Jadi bikin males. Terus dibiarin gak kedetek sama akunya. Jadi Ibu dapet sms deh"
"Oh. Dikirainnya apa atuh sama Ibu teh. Barangkali Rinanya sakit atau kenapa gak masuk sekolah. Tadi Ibu sampe nge-wa ke kang Firman. Suruh nengok Rina ke pondok."
"Hehe"

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: