27 June 2021

Luka Hati Karena Bully

Beberapa waktu lalu, aku sempat menonton sebuah video berjudul ‘Memori Pahit Masa Remaja Cinta Laura’ di kanal Youtube PUELLA ID. Aku menonton video itu, karena pada thumbnail video tersebut, terdapat tulisan ‘UDAH HUJAN, BECEK, GAK ADA OJEK’.

Diputarlah video itu. Dan lama-kelamaan, aku baru paham. Bahwa dalam video itu, Cinta Laura mengampanyekan untuk menghentikan tindakan bully, atau arti dalam bahasa Indonesianya, perundungan.

Rupanya, Cinta pernah di-bully ketika ia masih berusia 13 tahun. Di-bully karena apa? Karena celetukannya, “UDAH HUJAN, BECEK, GAK ADA OJEK.”

Jujur aku kaget mengetahui hal itu.

Jadi, kalimat itu dari Cinta Laura? Kok aku baru tahu, ya? Padahal, sering banget dengar kalimat itu.

Bukan sekali-dua kali saja aku mendengar kalimat itu dari teman sendiri. Tapi berkali-kali. Yah, memang sih. Terkadang, mereka berkata “UDAH HUJAN, BECEK, GAK ADA OJEK” dengan gaya bicara yang agak dilebai-lebaikan, lalu tertawa. Tapi, aku tak pernah mengetahui apalagi memikirkan berasal dari mana ‘kalimat khas’ tersebut.

Lalu, aku bertanya-tanya. Kenapa dengan kalimat tersebut, Cinta merasa di-bully? Padahal, isi kalimatnya biasa saja. Lagi pula, bukannya benar, ya? Kalau lagi hujan, otomatis becek. Dan kalau mau kebasahan ketika jalan dalam cuaca hujan atau setelah hujan, ya salah satu solusinya adalah naik ojek. Toh, aku juga pernah kok mengalami hal demikian.

Tapi, akhirnya aku memahami. Bahwa Cinta itu, diejek karena aksen Inggrisnya ketika mengucapkan kalimat tersebut. Di usia tiga belas tahun, yang masih terhitung sebagai anak-anak. Oleh hampir seluruh warga Indonesia, yang pasti banyak banget jumlahnya. Duh, pasti itu sakit hati banget sih. Anak seusia itu, harus menerima ejekan dari ribuan orang yang tidak dikenal. Yah, jalankan ribuan orang di Indonesia. Seorang anak SD, kalau diejek teman kelas saja, sudah bisa merasa sakit hati. Meskipun bukan karena akses bahasa Inggris, atau aksen bahasa daerahnya. Apalagi Cinta Laura yang diejek se-Indonesia.

Dalam video tersebut, Cinta juga menyebutkan bahwa ia membutuhkan waktu hingga sepuluh tahun lamanya untuk menyembuhkan luka hati akibat perundungan tersebut. Waktu yang sangat lama bukan untuk merasakan sakit hati?

Makanya, Cinta menyuarakan untuk menghentikan tindakan perundungan. Karena ia sendiri pernah mengalaminya, dan sangat merasakan dampak pada psikologisnya. Oleh karenanya, ia tidak ingin hal buruk yang dialaminya di masa lalu, teralami juga oleh anak-anak yang lainnya.

Omong-omong, sebelumnya aku sempat menyinggung tentang anak SD yang di-bully. Nah, temanku pernah mengalami hal itu. Bahkan, tidak hanya di SD. Tapi juga sampai di masa-masa setelah lulus dari SD.

Temanku, sebut saja namanya Lili (nama samaran). Ia bercerita, ketika bertemu denganku, jauh setelah hari kelulusan SD. Kalau tidak salah, saat kami sudah sama-sama SMA. Cerita sekilas sih. Gak panjang lebar. Sambil berdiri pula. Karena kami bertemunya secara tidak sengaja, di supermarket.

Ia menuturkan, bahwa ia sempat berpindah dari SMA satu ke SMA lain setelah menjalani masa orientasi siswa di sekolah pertama. Sebab utamanya, adalah karena ia satu sekolah dengan beberapa teman sekelas kami sewaktu SD. Tentu, teman itu bukan teman biasa yang baik-baik saja. Tapi teman itu adalah teman yang dulu suka mengejek Lili. Dan parahnya, masih juga mengejek saat itu.

Otomatis, Lili jadi gak betah dong. Karena kalau ada lebih dari satu orang mengejek seseorang di suatu lingkungan, orang lain yang sebenarnya gak tahu apa-apa, bisa ikut mengejek juga. Dan itu bisa menjadi gangguan bagi Lili ke depannya. Maka, Lili pun memutuskan untuk meminta kepada orang tuanya agar pindah sekolah saja.

Tapi, tentu saja orang tua Lili bertanya dulu apa alasan Lili sampai ingin pindah sekolah. Padahal, baru saja menjalani masa orientasi siswa. Akhirnya, karena sudah tidak kuat lagi, Lili menceritakan semua yang dipendamnya selama ini tentang teman-teman yang dulu dan saat itu mengejeknya. Dan untungnya, orang tua Lili mengerti. Mereka mengabulkan permintaan Lili untuk keluar dari sekolah itu dan masuk ke sekolah lain. Alhamdulillah. Setelah masuk ke sekolah baru, Lili mendapatkan teman-teman yang lebih baik sehingga ia bisa menjalani masa-masa SMA-nya dengan baik sampai lulus.

Nah, itu adalah kisah Cinta dan Lili. Keduanya sama-sama pernah diejek, diberi luka, dan memilih kabur ke lingkungan yang baru. Cinta, beberapa tahun setelah ejekan itu dimulai dan menyebar luas di Indonesia, pergi ke luar negeri sembari melanjutkan studinya. Sedangkan Lili, setelah mengetahui ternyata ia akan satu sekolah dengan teman yang masih juga mengejeknya, pindah ke sekolah baru. Dan bagiku, itu bukan hal yang sangat buruk. Karena bagaimana pun, mereka juga butuh ketenangan dan kenyamanan dari lingkungan yang ditempatinya. Sekaligus, untuk menyembuhkan luka hati secara berangsur-angsur tanpa harus berhadapan dengan sebab luka hati itu sendiri. Karena, kalau ingin ‘sembuh’ tapi masih dihadapkan pada sebab luka itu, ‘sembuh’nya mungkin akan memakan waktu yang lebih lama dari pada yang tidak dihadapkan sebab luka itu. Contohnya, kalau sakit hati karena putus dari pacar, sedangkan mantan pacar itu masih sering kali ditemui, move on-nya agak susah juga, kan?

Teman-Teman, luka hati karena bully, bisa betah lama-lama di hati. Kecil sekali kemungkinannya kalau ada orang yang di-bully habis-habisan, tapi langsung memaafkan. Ya, mungkin lisannya berkata, “Iya, aku maafin, kok.”. Tapi hatinya, mungkin berkata lain, “Sebenarnya aku gak suka diejek kayak gitu. Aku belum maafin kalian dari hati aku yang paling dalam. Aku benci kalian. Gak suka sikap kalian yang kayak gitu.”. Lalu esoknya, tiba-tiba orang itu gak mau masuk sekolah, misalnya. Atau, menangis sejadi-jadinya tanpa diketahui orang-orang yang mengejek.

Jadi, Teman-Teman, hentikan perundungan, ya. Soalnya, menyembuhkan lukanya tuh lama banget. Capek. Lelah. Stres. Apalagi kalau memorinya terputar lagi di otak. Itu makin susah. Dan, untuk membuat agar mengingatnya tanpa harus merasa sakit kembali itu, butuh waktu, butuh ikhlas, butuh mengerti diri sendiri yang gak cuma makan waktu sehari-dua hari.


Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: