18 January 2022

Melihat Cerminan Dunia di Masa Depan dari Buku 'Dunia Anna'

Buku Dunia Anna

Judul               : Dunia Anna

Penulis            : Jostein Gaarder

Penerjemah     : Irwan Syahrir

Penerbit           : Mizan, Bandung

Cetakan           : XIX, 2020

Tebal               : 248 halaman

ISBN               : 978-979-433-842-1

Harga              : Rp65.000,00

Jenis buku       : Fiksi 

Terjadinya pemanasan global di muka bumi tidak dapat dianggap ringan. Suhu bumi yang kian panas, menjadi salah satu akibat terjadinya pemanasan global. Maka dalam buku Dunia Anna ini, penulis menggambarkan prakiraan apa yang terjadi pada bumi di masa depan, dengan cerita fiksi yang sederhana dan menyadarkan pembaca.

Cerita Fiksi dengan Tokoh Gadis Berumur 16 Tahun

Buku Dunia Anna ini bercerita tentang seorang gadis yang akan berulang tahun ke-16 di 12 Desember 2012. Di usianya yang masih remaja, Anna menyadari kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Tentang rusa kutub yang menghampiri pedesaan, tiadanya musim salju di bulan Desember, sampai tikus dan hamster yang mati di hutan. Hingga akhirnya ia memahami, bahwa itu adalah salah satu akibat dari terjadinya pemasanan global.

Sedari kecil, Anna memang suka sekali berfantasi dan bercerita panjang lebar jika ditanya. Namun di tahun itu, ia merasa mendapatkan cerita-cerita yang seperti kisah nyata, dan ia merasakan cerita itu memang dikirim untuknya. Cerita itu tak lain berasal dari mimpi-mimpinya yang terus berkelanjutan tentang seorang gadis seusia dirinya bernama Nova. Dalam mimpinya itu, diceritakan bahwa Nova adalah cicit Anna di masa depan, tepatnya di tahun 2082. Di mana mimpi-mimpinya itu menggambarkan keadaan bumi yang gersang, panas, dan punahnya binatang-binatang yang masih ada di waktu Anna masih remaja.

Penulis buku Dunia Anna, Jostein Gaarder, mengemas pesan mendalam dalam cerita fiksi yang dibuatnya ini. Karena secara tak langsung, pembaca diajak berkaca dan memikirkan nasib bumi di masa depan dari bab ke babnya. Bahkan dalam cerita ini pula, penulis merinci beberapa binatang dan tumbuhan yang telah punah di masa kini, diperkirakan punah di masa depan, sampai pembaruan teknologi yang mungkin terjadi di masa depan. Misalnya, tikus dan hamster yang diceritakan mati di hutan karena tidak turunnya salju di bulan Desember pada bab pertama. Lalu di bab-bab selanjutnya, diceritakan tentang kupu-kupu yang mati, hutan tropis Amazon yang berubah menjadi padang rumput terbesar di dunia, layar lebar di langit-langit kamar, sampai mesin otomat hijau yang diceritakan bisa menampilkan video-video tentang binatang yang telah punah dengan tampilan yang amat jernih.

Baca juga: Bedanya Emoji dan Emotikon

Selain itu, pembaca juga diajak memikirkan tentang lingkungan akibat terjadinya perubahan iklim yang sangat drastis di masa depan. Misalnya, ketinggian air sungai yang berada dalam taraf membahayakan, kota-kota yang terendam pasir, sampai atmosfer bumi yang tidak lagi ‘sebersih’ dulu. Diceritakan, jika ingin mengotori atmosfer bumi, seseorang perlu membayarnya dengan sejumlah uang. Tentu hal ini sangat kontras dengan masa kini yang di mana manusia bisa mengotori atmosfer bumi dengan seenaknya. Baik itu mengotori dengan asap kendaraan, asap pabrik, asap kebakaran, dan sebagainya. Hal ini menjadi sebuah cerminan bahwa kita yang di masa kini, seharusnya lebih peduli pada generasi yang akan menempati bumi dan kondisi bumi di masa depan. Baik itu generasi anak kita, cucu, cicit, dan keturunan-keturunan seterusnya. Adapun caranya, bisa dengan cara tidak menebang pohon sembarangan, tidak membakar hutan, mengurangi penggunaan plastik, bepergian dengan kendaraan umum, dan sebagainya.

Sedangkan dari segi terjemahan, Irwan Syahrir berhasil menerjemahkan novel bahasa Inggris karya Jostein Gaarder ini dengan terjemahan yang cukup sempurna. Kalimat deskripsi dan percakapan demi percakapannya terasa mengalir seperti halnya novel Indonesia pada umumnya. Sehingga pembaca bisa membaca dengan nyaman tanpa terjanggal kata-kata yang kurang pas dan ketidaktersambungan kalimat dengan topik yang sedang dibicarakan.

Namun, dari segi alur, novel ini cukup membingungkan pembaca. Hampir selalu ada alur maju-mundur di setiap pergantian babnya. Untuk pembaca yang baru pertama kali membaca novel ini, mungkin akan bingung dengan alur ceritanya. Atau mungkin malah belum bisa menangkap pesan sesungguhnya yang terdapat dalam novel ini. Meski sebenarnya, jika diselidiki lagi, atau misalkan membaca buku ini kedua kalinya, alur maju-mundur dapat dibedakan dengan mudah. Ciri utamanya, yaitu pada jenis huruf yang digunakan. Pada cerita di masa kini, di situ diceritakan pada tahun 2012, menggunakan jenis huruf yang kemungkinan berupa Calibri. Sedangkan untuk cerita di masa depan, tepatnya di tahun 2082, menggunakan jenis huruf yang kemungkinan berupa Times New Roman.

Kekurangan lainnya dalam novel ini, yaitu terdapat beberapa kata yang mungkin asing bagi pembaca awam atau pembaca yang masih kurang mengerti tentang lingkungan hidup. Tapi, memang itulah intinya. Kita perlu mempelajarinya sehingga mengerti maksud dari apa yang tertulis dalam buku ini. Namun, itu justru menjadi tolok ukur pembatasan usia pembaca. Menurut saya sendiri, buku ini lebih cocok dibaca oleh remaja berusia 15 tahun ke atas, agar isinya bisa tertangkap dengan baik. Meski memang, memahami buku ini rasanya tidak cukup hanya dengan sekali membaca. Setidaknya, perlu dua kali membaca buku ini untuk benar-benar memahami pesan yang terkandung dalam buku Dunia Anna.

Miliki buku Dunia Anna di sini!


Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: