14 February 2022

Jangan Follow Akun Tokoh Publik! Kalau ...

Sudah bukan rahasia lagi, bahwa hampir setiap tokoh publik memiliki akun media sosial. Termasuk juga pejabat, selebritis, penulis, motivator, pendakwah, dan macam-macam tokoh publik lainnya. Bahkan, banyak di antaranya yang memiliki ribuan hingga jutaan pengikut. Baik akun pribadi, akun berita, akun gosip, akun brand, dan tak jarang, akun haters pun mengikutinya. Lebih tepatnya, haters yang menyamar jadi followers. Karena di media sosial, kan, gak ada pembagian antara haters dan followers. Adanya, followers dan following. Hehe.

Tapi, kenapa sih, kok bisa ada haters? Haters itu apa?

Haters itu--mungkin kamu sudah mengetahuinya juga-- berarti 'para pembenci'. Asal katanya, hate yang berarti 'benci'. Kemudian ditambah 'r' menjadi hater yang berarti orang yang membenci. Lalu karena jumlahnya banyak, ditambah 's' yang menandakan jamak sehingga menjadi haters yang berarti 'para pembenci' atau 'orang-orang yang membenci'.

Biasanya, haters ini suka mengomentari si tokoh publik dengan komentar-komentar yang negatif atau kurang pantas. Pokoknya, apa saja yang dilakukan si tokoh publik, ada saja komentar negatif darinya.

Lalu, siapa sih haters itu?

Haters di media sosial itu, tak lain adalah orang-orang yang bermain internet. Ya, manusia juga pastinya. Bahkan bisa jadi kita termasuk di dalamnya. Tapi semoga tidak. Karena tentu tidak semua netizen (pengguna atau warga internet) dibilang haters si tokoh publik. Buktinya, masih ada orang-orang yang mengagumi si tokoh publik dengan cara positif. Misalnya, ia mendukung dan turut mendoakannya, meski sekadar lewat virtual.

Nah, sekarang pertanyaannya, kenapa orang-orang menjadi haters si tokoh publik? Apa penyebabnya?

Barangkali, ada banyak alasan mengapa seseorang membenci orang lain. Namun berdasarkan pengamatanku pribadi, setidaknya ada dua hal yang menjadi sebab mengapa netizen membenci seseorang di dunia maya. Pada tulisan ini, fokuskanlah ke seorang tokoh publik

Yang pertama, yaitu karena kekayaan, prestasi, atau sikap si tokoh publik.

Tak jarang, kekayaan, prestasi, dan sikap seorang tokoh publik disorot media. Dan karena hal itu, sebagian orang merasa iri kepada si tokoh publik. Akibatnya, tak sedikit orang yang tanpa sadar mengekspresikan rasa irinya itu dengan komentar-komentar negatif berupa hujatan.

Yang kedua, yaitu karena pengaruh dari netizen yang menjadi komentator akun si tokoh publik.

Ketika melihat postingan seorang tokoh publik, barangkali seseorang merasa biasa saja. Namun begitu melihat komentar-komentar netizen yang berupa hujatan, orang itu bisa saja ikut terpengaruh sehingga ikut menghujat juga meski ia tidak tahu kebenaran yang sebenarnya.

Sejujurnya, dua hal di atas adalah alasan yang tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya, rasa tidak suka atau benci seseorang akibat dorongan dari diri sendiri atau pengaruh dari orang lain, bisa muncul kapan saja. Maka untuk meminimalisirnya, sebaiknya kita tidak perlu follow akun tokoh publik jika belum bisa merespon prestasi dan kekayaan mereka secara positif, juga mudah terpengaruh komentar atau pikiran orang lain. Karena dengan TIDAK MENGIKUTI media sosial mereka, kita bisa meminimalisir terlontarnya komentar-komentar negatif lewat tulisan dan meminimalisir terpengaruhnya pikiran oleh komentar-komentar negatif orang lain.

Selain itu, kita juga belajar untuk menjaga kesehatan mental dengan tidak membenci atau iri pada orang lain. Toh makin membenci, hidup juga tidak makin tenang, kan?

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: