10 June 2022

Tahu Pocong

 Sore hari, aku pulang dari indekos Haikal yang berlokasi di dekat MAN 2 Bandung. Aku berjalan kaki dari tempatnya ke jalan raya. Kemudian berbelok ke arah SDN Cipadung untuk membeli tahu pocong yang gerobaknya berada di depan SD. Tanpa basa-basi, aku pun langsung memesan tahu pocong begitu sampai di sana.

“Mang, yang pedes 2, yang gak pedes 2.”

Pedagang lelaki itu langsung melayani dengan mengambil wadah berupa kertas yang dilipat sedemikian rupa, kemudian mengambil tahu yang dimaksud. Sedangkan aku mengambil selembaran uang lima puluh ribu rupiah dari dalam tas.

“Teh, yang gak pedes disobek kertasnya, ya,” pesan pedagang tersebut. Karena rasa tahu pocong yang berbeda, maka pedagang tersebut memisahkan tahu pocong pedas dan tidak pedas di dua wadah yang berbeda.

“Iya, Mang.”

Baca juga: Pemilu 2024: Tinta Ungu Pertama di Hidupku

Lalu, pedagang itu memberikan pesanan yang kupinta sedang aku membayarnya dengan uang yang sudah berada di tangan.

“Kembalian delapan belas ribu, Teh.”

“Nuhun, Mang.”

Uang kembalian yang diberi pedagang tersebut kumasukkan ke saku celana. Tak lupa, aku juga menyiapkan ongkos angkot dan langsung pulang ke rumah.

Sesampai di rumah, aku menaruh tahu pocong di atas meja makan. Kemudian mengabarkan pada kakak perempuanku, karena dialah yang memesan tahu pocong. Namun karena terlalu tanggung jika hanya beli satu tahu pocong untuknya, maka aku membeli empat tahu pocong sekaligus, masing-masing untukku, kakak, ibu, dan bapak.

“Teh, itu tahu pocongnya di atas meja makan.”

“Iya. Makasih, Dek.”

Tak lama setelah itu, Teteh berniat mengambil tahu pocong untuk dimakan. Namun dia bertanya, “Dek, ini yang mana yang pedes yang mana yang enggak?”

“Yang pedes kertasnya disobek, Teh,” jawabku.

Namun ketika Teteh makan, dia bertanya lagi padaku, “Dek, kamu bener yang pedes yang disobek kertasnya?”

“Iya.”

“Kenapa gak pedes? Gak ada rasa pedesnya sama sekali ini mah.”

“Ketuker mungkin, Bib.” Ibuku ikut menyahut.

“Oh iya gitu? Perasaan kata mang-nya yang pedes yang disobek.”

Merasa tak sesuai keinginan, Teteh kembali ke meja makan untuk mengambil tahu pocong pedas di wadah yang berbeda. Dan ternyata benar, tahu pocong yang dia ambil sebelumnya adalah tahu pocong yang tidak pedas.

“Bib, tahu pocong Teteh tadi tuh bener ketuker.” Ibu memberitahu.

“Berarti tadi aku salah denger mang tahu pocongnya ya.”

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: