15 July 2019

Poin Pelanggaran 3 : Poin Pelanggaran

Poin Pelanggaran 3 : Poin Pelanggaran
Pertengahan kelas sebelas.
Bu Lilis memasuki kelas sesegera mungkin. Membuat para siswa terkejut dan mengambil posisi duduk dengan rapi. Lalu membaca doa bersama.
"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh" para siswa mengakhiri pembacaan doa mereka.
"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh" Bu Lilis menjawab salam dengan ekspresi dingin. Membuat semua siswa terdiam kaku.
Duh, kok tegang gini, sih? Kan gak enak suasananya, gumam Rina dalam hatinya. Karena suasana yang terlalu tegang tidaklah Rina sukai.
"Baik anak-anak, pada kesempatan bimbingan kali ini, Ibu akan mengumumkan poin-poin pelanggaran yang sudah kalian raih dari kelas 10 hingga kelas 11 sekarang" Bu Lilis memulai bimbingannya pada hari Senin kedua bulan Maret ini.
What? Poin pelanggaran? Gawat, Rina bergumam. Rina kembali teringat kejadian yang dialaminya pada awal kelas 11 lalu. Saat dibonceng oleh kakak kelas yang tidak ia kenali wajah dan rupanya.
"Sebelum itu, Ibu akan memberitahu kriterianya" Bu Lilis membolak-balikkan beberapa kertas yang dipegangnya sambil berdiri. "Pertama, seorang siswa dinyatakan mendapat peringatan awal jika poin pelanggarannya telah mencapai 20 dan akan dikenakan kartu kuning."
Para siswa bertepuk tangan sejenak.
"Yang kedua, seorang siswa dinyatakan mendapat Surat Peringatan 1 dan dipanggil orang tuanya serta bertanda tangan diatas materai jika poinnya mencapai 40 poin"
Para siswa bertepuk tangan lagi.
"Yang ketiga, seorang siswa mendapat Surat Peringatan kedua jika poinnya mencapai 80 poin, dan dipanggil orangtuanya serta bertanda tangan di atas materai. Dan yang terakhir, siswa dinyatakan dikeluarkan dari sekolah jika poinnya telah mencapai 100" Bu Lilis menarik nafas dan melepaskannya kembali. "Untuk jumlah poin dari masing-masing pelanggaran, kalian bisa lihat sendiri di tata tertib yang akan dipajang di kelas, istirahat nanti"
"Baik, Bu"
"Selanjutnya, Ibu akan bacakan jumlah poin pelanggaran dari masing-masing siswa yang telah diperoleh sejak kelas 10 sampai kelas 11"
Perasaan beberapa siswa mulai dag dig dug tak karuan. Takut namanya disebut sebagai siswa yang memiliki poin pelanggaran yang cukup banyak. Seperti Rina, yang memang merasa sudah memiliki banyak absen telatnya.
"Dimulai dari absen pertama" Bu Lilis memulai. "Agus Rifa'i, 13 poin terdiri dari 1 kali alfa, 2 kali telat, dan 1 kali pelanggaran atribut"Bu Lilis diam sejenak."Ahmad Hamdan, ……."
Dan seterusnya. Bu Lilis benar-benar menyebutkan satu persatu siswa dan jumlah poin pelanggaran yang dimilikinya. Juga merinci apa saja pelanggaran yang dilakukan oleh masing-masing siswa kelas XI IPA 5. Hingga akhirnya, nama Rina Natasya benar-benar disebut.
"Rina Natasya, 42 poin terdiri dari 4 kali alfa, 6 kali telat dan 2 kali pelanggaran atribut"
Hah? Dapet dari mana aku alfa sebanyak itu? Perasaan aku selalu masuk kelas, deh, batin Rina.
Selang beberapa nama temannya disebut, Rina dikejutkan dengan Ila--sepupunya, yang ternyata juga memiliki jumlah poin yang tak jauh berbeda dengannya.
"Thufaila Ufaira, 44 poin terdiri dari…."
"Ila?" Rina bertanya-tanya.
"Ih, 44? Atuhlah ih.." sama halnya dengan Rina, Ila pun merasa aneh dengan poinnya yang ternyata cukup besar. Walaupun ia juga sadar ia seringkali telat sedari kelas 10
Setelah Bu Lilis selesai mengabsen semua siswa kelas XI MIPA 5 dan menyebutkan jumlah poin pelanggaran yang didapat masing-masing siswa.
"Anak-anak, tadi kalian telah mendengarkan jumlah poin pelanggaran yang kalian miliki masing-masing" Bu Lilis menjeda perkataannya. "Sekarang, Ibu akan menyebutkan 5 anak yang memiliki poin pelanggaran tertinggi di kelas ini.
Yang pertama, Thufaila Ufaira, 44 poin"
Semua siswa bertepuk tangan, dan beberapa diantaranya bersorak sorai.
"Kedua, Rina Natasya, 42 poin"
Semua siswa bertepuk tangan lagi.
"Ketiga, Ahmad Farisi 38 poin. Keempat, Laila Nabila 36 poin. Dan kelima, Raisya Humairoh 32 poin"
Serentak, semua siswa bertepuk tangan. Dan sebagiannya berteriak menyoraki.
"Jadi, untuk Rina dan Ila siap-siap dipanggil orang tuanya dan menerima surat peringatan pertama”
"Uh…" Ila mengeluh.
"Uy, Rina Ila bestel!" ucap Farisi dengan suara keras.
"Iih" Rina mendumel sendiri.
"Kok kamu bisa sampe 42 poin sih, Rin?" tanya Kayla, teman sebangku Rina.
"Gak tau, ih. Alfa sampe empat kali juga kapan" Rina menjawab dengan ekspresi sebal.

Keluar dari kelas, setelah guru mata pelajaran terakhir menyatakan kelas XI MIPA 5 boleh untuk pulang. Rina duduk di kursi semen samping koridor kelas 12 MIPA. Karena ia
masih harus menunggu Pasha, sahabatnya yang masih satu pesantren dengannya.
Rina menatap kosong ke arah lapangan basket. Masih berpikir kenapa ia bisa mendapat poin pelanggaran hingga berjumlah 42.
Alfa? Kapan sih aku alfa? Perasaan aku masuk sekolah terus, deh. Bolos juga nggak. Nggak ikut pelajaran, ya paling kalau telat doang, Rina merenungkan diri.
"Rina, kamu kenapa? Kok sampe dapet 42 poin?" Lili menyapa Rina dan ikut duduk disampingnya.
"Gak tau, Li. Padahal aku mah ngerasanya gak pernah alfa, deh" mata Rina sedikit berair.
"Rina jangan nangis" Lili menengok wajah Rina.
"Ah, gak taulah. Aku gak nangis, kok"
"Itu matanya berkaca-kaca"
"Nggak" Rina mengelak.
"Lili!" seseorang memanggil Lili dari koridor seberang.
"Rin, aku cabut dulu ya" Lili berpamitan.
"Iya""Udah jangan nangis"
"Nggak."
Lili berjalan melewati lapangan ke koridor seberang. Meninggalkan Rina yang masih memikirkan tentang Surat Peringatan yang akan diterimanya entah kapan.

Malam harinya.
Tidak. Ini tak pernah kuduga sebelumnya. Rina menyandarkan punggungnya di dinding berwarna biru. Sedangkan kedua kakinya diselonjorkan di atas kasur lipat berwarna merah. Pikirannya membayangkan kejadian-kejadian yang mungkin akan dialaminya di masa yang akan datang. Tiba-tiba dapat poin tinggi, dikeluarkan dari sekolah, pindah pesantren ke Bandung yang dulu disarankan Ayahnya, dan harus beradaptasi di lingkungan yang baru lagi.
Aah. Harus ngerjain sesuatu ini mah. Akhirnya, Rina memutuskan untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Yah, hanya menyalin dan merangkum satu halaman LKS. Setidaknya, itu bisa memulihkan pikiran Rina yang terlalu stres. Walaupun hasilnya, tulisan Rina menjadi sedikit berantakan.
Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: