29 August 2021

Cerita-Cerita Islam di Buku 'Tuhan Ada di Hatimu'

Buku Tuhan Ada di Hatimu

Judul buku : Tuhan Ada di Hatimu. Tak di Ka'bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan.

Penulis : Husein Ja'far Al-Hadar

Tahun terbit : 2020

Jumlah halaman : 204

Harga buku : Rp64.000 (di Pulau Jawa)

Cetakan ke- : 6, Maret 2021

Nomor ISBN : 978-623-242-147-9

Alhamdulillah, tanggal 6 Juni 2021, aku berhasil checkout sebuah buku yang sudah diincar sejak beberapa hari sebelumnya. Buku tersebut adalah buku karya Habib Husein Ja'far, dengan judul 'Tuhan Ada di Hatimu. Tak di Ka'bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan'. Ketika checkout, harga yang kudapat untuk mendapatkan buku itu adalah sebesar Rp34.132. Padahal, harga aslinya adalah Rp64.000. Namun karena sedang ada promo 6.6 di Shopee-marketplace tempatku membeli buku itu-, ditambah klaim voucher 10.000 di toko penerbit, voucher gratis ongkos kirim, dan koin Shopee yang terkumpul, jadilah harga yang perlu dibayarkan menjadi hanya Rp34.132.

Tapi jujur, sebenarnya aku juga tidak menyangka akan benar-benar membeli buku tersebut. Karena jauh-jauh hari sebelumnya, buku yang menjadi incarakanku adalah 'Oase Al-Qur'an' karya Dr. K. H. Ahsin Sakho Muhammad. Dan, sudah memasukkan produknya juga ke keranjang. Hanya saja, ketika melakukan checkout buku tersebut di minggu-minggu sebelumnya, sering kali muncul pemberitahuan seperti gambar di bawah ini.


Jadi ya, akhirnya proses checkout pun diurungkan. Meski menurutku, syarat dan ketentuan voucher tersebut sudah sesuai dengan apa yang aku lakukan. Mulai dari memilih toko Star dan berlogo gratis ongkir, belanja minimal sekian ribu, dan memilih metode pembayaran ShopeePay. Tapi ya, sudahlah. Mungkin memang sudah seharusnya aku membeli buku 'Tuhan Ada di Hatimu'. Bukan buku 'Oase Al-Qur'an' . Padahal, aku sudah menanyakan beberapa hal loh sama penjualnya. Dan penjualnya juga gercep banget. Jadi, kadang ada rasa enggak enakan gitu loh, meski enggak kenal penjualnya. Hehe. *Mungkin, kamu mengganggap aku adalah salah satu tipe calon pembeli yang cukup menyebalkan*, ya? Maaf-maaf. Aku doain deh, semoga kita diberikan kelancaran rezeki, terutama bagi para seller yang pernah di-PHP-in aku, dan bagi akunya juga. Aamiin.

Kembali lagi ke buku 'Tuhan Ada di Hatimu', karya Habib Husein Ja'far Al-Hadar. Rupanya, buku tersebut adalah buku ketiga karya beliau, lo. Dan disebut sebagai buku beliau yang paling dikenal dan best seller sejak pertama kali diterbitkan. Padahal aku sangka sebelumnya, buku tersebut adalah buku pertama karya Habib Husein. Karena memang belum pernah mendengar buku karya beliau yang sebelumnya.

Baca juga : Transfer Antar Beda Bank Pakai Flip, Apakah Aman?

Sekadar berbagi cerita, buku 'Tuhan Ada di Hatimu' tersebut tiba di rumah pada sore hari, tepatnya beberapa saat setelah azan Maghrib. Begitu dibuka kemasannya, jujur ada rasa tak menyangka bisa membeli buku karya seorang habib. Kenapa? Karena itu adalah pertama kalinya aku membeli sebuah buku religi, benar-benar karena keinginan sendiri, bukan karena paksaan, apalagi tugas sekolah atau pesantren. Padahal biasanya, buku yang kubeli itu berupa novel, cerpen, ya udah sih itu aja. Hehe. Cielah... beli buku religi nih? Tumben apa?

Meski begitu, buku terbitan Nourabooks ini memang benar membuat aku menyukainya sejak pertama ditengok. Desain isinya didominasi dengan warna putih-biru, dengan beberapa kalimat bijak yang dicetak tebal dengan warna biru pula. Bahkan dalam beberapa halaman, ada juga kalimat bijak yang dipisah dalam suatu kolom persegi panjang di sela-sela tulisan. Lalu, ada lagi halaman-halaman khusus untuk satu-dua kalimat bijak dengan huruf yang dicetak lebih besar, hampir di setiap subbabnya. Kalau orang-orang yang kurang suka membaca nih, kemungkinan besar akan membaca halaman-halaman kalimat bijaknya dulu deh. Hehe.

Namun secara isi, nyatanya tak sesuai ekspektasi yang aku kira. Karena kalau dilihat dari judulnya, aku berpikir bahwa isi buku ini hanya seputar akidah.

Tuhan Ada di Hatimu.

Mungkin, Habib Husein akan berbagi mengenai bagaimana caranya agar kita selalu mengingat Allah dari hati dalam buku tersebut. Mungkin, penjelasannya cukup panjang. Mungkin, isinya benar-benar tentang cara mendekatkan diri kepada Allah secara spesifik. Tapi ternyata, judul dari buku tersebut hanya dibahas di bagian prolog saja. Bukan keseluruhan buku. Dan itu menjadi salah satu kekecewaan tersendiri yang aku temukan pertama kali.

Kelebihan Buku.

Namun secara keseluruhan, sebenarnya isi buku ini sangat bagus. Banyak hal yang dibahas di dalamnya. Dari mulai akidah, akhlak, hijrah, dakwah, dan fakta-fakta tentang Islam yang mungkin belum diketahui banyak orang. Dan istimewanya lagi, sering kali ada cerita-cerita Islam yang terselip di setiap subbabnya. Bahkan ada beberapa cerita yang baru aku tahu dari buku tersebut. Salah satunya adalah seperti cerita tentang pasukan Abrahah yang tertulis di halaman 72-73, subbab 'Bisakah Agama Dinista dan Tuhan Dibela?', berikut ini :

Pada saat itu orang-orang Quraisy yang menganggap Ka'bah sebagai tempat bersemayamnya berhala mereka, berkumpul memikirkan cara untuk menghentikan upaya Abrahah tersebut. Akhirnya, mereka bersepakat mengutus Abdul Muthalib-kakek Nabi, salah seorang yang paling tersohor dan berwibawa, menemui Abrahah untuk menghadang rencananya itu. Namun, ketika Abdul Muthalib menemui Abrahah, justru ia meminta Abrahah untuk mengembalikan dua ratus untanya yang telah dirampas oleh pasukan Abrahah. Abrahah mengabulkan permintaan Abdul Muthalib dengan keheranan, karena Abdul Muthalib hanya mengurusi unta dan tidak mempertahankan Ka'bah yang hendak dihancurkannya.

Setelah dua ratus untanya dikembalikan dan Abdul Muthalib hendak pergi, Abrahah yang masih tertegun dengan permintaan Abdul Muthalib, menegurnya, "Mengapa engkau tidak mempertahankan rumah Tuhanmu dan hanya fokus mengurusi urusan-urusan ekonomimu saja?" Abdul Muthalib menjawab, "Sesungguhnya aku pemilik dua ratus unta ini, maka hak dan sekaligus kewajibanku untuk mempertahankannya. Sedangkan Ka'bah adalah rumah Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan mempertahankannya nanti." Abrahah berkata, "Tapi Tuhanmu sudah tidak bisa mempertahankan Ka'bahmu. Aku akan menghancurkannya beberapa saat lagi." Abdul Muthablib menjawab, "Lihatlah nanti!" Kemudian seperti kita ketahui, Allah mengutus burung Ababil untuk menghancurkan Abrahah dan pasukannya.

Dari situ, bertambahlah rasa sukaku pada buku ini. Karena jujur, membaca cerita lebih aku sukai daripada membaca teks eksposisi yang lebih sering membosankan. Hehe.

Selain dilengkapi banyak cerita menarik, kalimat-kalimat dalam buku ini juga ditulis dengan bahasa yang ringan sehingga mudah diserap dan dimengerti anak muda. Dan dalam beberapa tulisannya pun, ada kejadian-kejadian yang sangat relate dengan kehidupan zaman sekarang, baik bagi anak muda ataupun orang tua. Pokoknya, pertanyaan-pertanyaan dan keragu-raguan yang ada dalam benakmu tentang Islam, mungkin bisa terjawab di buku ini. 

Namun, apakah tidak ada kekecewaan lagi bagiku selain pembahasan judul yang hanya ada di prolog?

Nyatanya ada. Karena sebagai salah satu orang yang belakangan ini sering bolak-balik aplikasi KBBI, aku menjadi mengetahui beberapa kata baku dan tidak baku. Nah, di buku 'Tuhan Ada di Hatimu' ini, kata solat ditulis shalat. Padahal, kata baku dari kata shalat sendiri adalah salat. Bukan sholat, solat, maupun shalat. Meski secara pribadi, memang cukup mengherankan jika kata yang lebih sering diucap solat dalam keseharian, justru harus dituliskan salat dalam sebuah buku karena nyatanya itulah kata yang baku dalam bahasa Indonesia. Dan dalam sebuah buku, apalagi buku terbitan penerbit mayor, mungkin sudah semestinya ditulis dengan kata baku. Ya kalaupun bukan kata baku, bisa dicetak miring. Atau mungkin diubah menjadi kata baku oleh editor sebelum masuk proses pencetakan buku. Tapi ya, aku tahu kok. Editor masih punya tugas yang lainnya dan tidak hanya mengurusi kata baku dan tidak baku.

Selain kata salat, ada juga kata nggak. Aku masih bingung juga nih soal kata yang satu ini. Karena dalam beberapa media cetak, kata nggak lebih sering ditulis ketimbang kata enggak. Padahal di aplikasi KBBI, aku tidak pernah menemukan kata nggak dan malah menemukan kata enggak.

Loh, memangnya kenapa? Segitu saja kok dipermasalahkan?

Hehe. Maaf nih. Curhat ya curhat, wkwk.

Jadi gini. Aku tuh sebenarnya lagi nulis buku juga, ea... Dan sekarang, sedang proses editing. Nah, proses editing itu tidak memakan waktu yang sebentar loh. Harus bolak-balik aplikasi KBBI, PUEBI, lalu membenarkan lagi kalimat yang kurang pas, kata yang salah, tanda baca yang kurang tepat, dan masih banyak lagi. Pokoknya, ingin sampai sesempurna mungkin menurut aku. Minimal, tidak ada kalimat yang mengganjal dan katanya sudah benar semua gitu. Haha.

Nah, kata-kata yang tidak baku itu, jujur membuatku merasa tidak diperlakukan secara adil. Karena kan, aku itu sebagai manusia biasa, bukan siapa-siapa, bukan penulis senior, bukan pula influencer, melakukan self editing secara serius. Masa, seorang yang siapa-siapa, tokoh publik, bisa menerbitkan buku dengan kata yang kurang disaring? Hehe. Sudah sih, itu saja.

Jadi, satu kekecewaan lagi yang aku dapat dari buku ini adalah, adanya kata-kata yang tidak sesuai KBBI, padahal sudah ada bentuk kata bakunya. Begitu.

Oke. Pada kesimpulannya, buku ini cukup bagus dan sangat recommended untuk dibaca semua kalangan. Ya setidaknya, untuk usia 13 tahun ke atas yang sudah mulai bisa menyerap ilmu agama lebih luas. Di samping itu, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya. Bahwa buku 'Tuhan Ada di Hatimu' ini dihiasi dengan cerita-cerita Islam yang mungkin belum diketahui banyak orang. Sehingga pesan yang disampaikan, bisa lebih mudah diserap pembaca. Sedangkan letak kekurangannya, bagi aku pribadi, terdapat kekecewaan karena pembahasan judul hanya ada di bagian prolog. Bukan keseluruhan. Lalu, ada kata-kata yang setidaknya harus ditulis baku, malah ditulis tidak baku. Ya mungkin, penulis belum mengetahuinya, atau editor yang kurang teliti.

Baiklah. Jadi, apakah ini review buku atau sebuah curhatan? Haha. Entahlah. Mungkin dua-duanya. Yang terpenting, aku berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi siapa pun.

Terima kasih,

Miliki buku Tuhan Ada di Hatimu dengan cover terbaru di sini!


Previous Post
Next Post

post written by:

2 comments:

  1. Apapun buku yang dibaca, yang paling baik dan mungkin saja terjelek dan provokator sekalipun, tidak jadi masalah bagi yang membaca. Tapi yang paling uatama dan pertama adalah kata hati, apakah mau berubah kearah yang lebih baik sesuai Alqur'an dan as Sunnah atw membaca hanya sebagai hobi yang tidak membawa perubahan untuk ke yang lebih baik. Dan satu yang disebut para ustadz, selalu menyalahkan ummat Islam sehingga membuat nyinyir orang diluar islam terhadap ummat islam. Sebaiknya hindari kata menyalahkan ummat islam untuk membela orang kafir. Tapi pakailah kata orang munafik, karena kata munafik itu sebutan Allah dan Rasul orang yang mengaku islam kaffah.

    ReplyDelete