31 January 2021

Pembagian-Pembagian Doa

Islam mendefinisikan doa sebagai permintaan, permohonan atau harapan yang dipanjatkan oleh hamba kepada Allah Swt.. Dimana ketika berdoa, kita perlu menyertakan hati yang ikhlas dan yakin bahwa doa yang kita panjatkan akan dikabulkan oleh Allah Swt.. Karena, Allah tidak akan mengabulkan doa seorang hamba yang hatinya lalai. Seperti sabdanya Rasulullah Saw., "Ketahuilah oleh kalian semua, sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari orang yang hatinya lalai." (H. R. Tirmidzi).

Dikutip dari situs republika.co.id, Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri dan Syekh Ragip Frager memiliki pendapat tersendiri mengenai pembagian doa. Pendapat kedua tokoh tersebut dituangkan dalam buku karyanya masing-masing.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri

Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, menulis dalam buku karyanya yang berjudul Ensiklopedia Islam Al Kamil bahwa doa terbagi menjadi dua macam, yaitu doa ibadah dan doa permintaan.

1. Doa Ibadah.

Doa Ibadah yaitu tawasul kepada Allah Swt. untuk meraih apa yang diminta, menolak yang dibenci atau menyingkirkan bahaya dengan cara mengikhlaskan  ibadah hanya kepada Allah Swt.. Bentuk tawasul tersebut bisa berupa pujian atau zikir kepada-Nya. Contohnya seperti yang difirmankan Allah Swt. dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya ayat 87 sampai 88. 

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka ia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, 'Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim'.(87). Maka Kami Kabulkan (doa)nya dan Kami Selamatkan dia dari  kedukaan. Dan demikianlah Kami Menyelamatkan orang-orang yang beriman.(88).”

Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa Nabi Yunus a.s. mengucapkan kalimat "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim." (Laa ilaaha illa anta, Subhaanaka. Innii kuntu minadz dzoolimiin). Lalu, kalimat selanjutnya menjelaskan bahwa "Kami (Allah) memperkenankan (doa)nya" walaupun Nabi Yunus a.s. tidak mengucapkan secara jelas untuk meminta ampunan kepada Allah Swt.. Padahal secara tujuan, Nabi Yunus a.s. ingin meminta ampunan kepada Allah Swt. melalui zikir yang beliau ucapkan berulang kali dengan hati yang penuh keikhlasan.

2. Doa Permintaan.

Berbeda dengan doa ibadah, doa permintaan merupakan permohonan sesuatu yang bermanfaat bagi seseorang yang berdoa atau dan orang lain untuk mendapatkan manfaat atau menolak bahaya. Dalam hal ini, orang yang berdoa tersebut benar-benar mengungkapkan tujuan doa yang dimaksud. Baik itu diucapkan melalui lisan atau hanya dalam hati. Tentu, dengan hati yang ikhlas dan  pasrah. Contohnya seperti firman Allah Swt. berikut.

"Dan (ingatlah kisah) Zakariyya, ketika dia berdoa kepada Tuhan-nya, 'Ya Tuhan-ku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah Ahli waris yang terbaik.'(89). Maka Kami Kabulkan (doa)nya, dan Kami Anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami Jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.(90)". (Q. S. Al-Anbiya : 89 - 90)

Jelas dalam ayat tersebut, bahwa Nabi Zakariyya a.s. memohon kepada Allah Swt. untuk diberikan keturunan. Lalu dalam ayat selanjutnya, dijelaskan pula bahwa Nabi Zakariyya a.s. berdoa dengan penuh harap dan cemas juga selalu bersegera dalam kebaikan sehingga doanya dikabulkan. Dengan demikian, Allah juga secara halus menganjurkan umat Islam untuk berdoa seperti yang dilakukan Nabi Zakariyya terdahulu. Yaitu dengan penuh harap, cemas dan senantiasa melakukan kebaikan.

Syekh Ragip Frager

Syekh Ragip Frager atau yang juga dikenal sebagai Robert Frager, membagi doa menjadi dua macam dalam sebuah buku karyanya yang berjudul Obrolan Sufi untuk Transformasi Hati, Jiwa dan Ruh. Dimana dua macam doa yang dimaksud tersebut ialah doa formal dan doa pribadi.

1. Doa Formal.

Doa formal yaitu doa-doa di dalam shalat. Karena di dalam sholat, lafal bacaan dan gerak tubuhnya harus sesuai seperti yang sudah ditentukan. Sehingga kita tidak dapat mengubah, mengurangi, menambah atau bahkan menerjemahkan bacaan sholat ke bahasa lain ketika sedang melaksanakan sholat (bukan dalam rangka pembelajaran). Selain itu, kita juga sangat diharuskan untuk menghadap kiblat (kecuali jika sholat dalam kendaraan) dan melafalkan beberapa ayat Al-Qur'an, terutama surah Al-Fatihah.

2. Doa Pribadi.

Doa pribadi yaitu doa permohonan untuk meminta pertolongan kepada Allah Swt., baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Dalam doa pribadi ini, seseorang yang berdoa boleh memohon apapun, tanpa dibatasi oleh bacaan-bacaan atau waktu-waktu tertentu. Bahkan, kita pun boleh berdoa sesuai bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. Karena sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui dan selalu mengerti bahasa apapun yang digunakan makhluk-Nya baik itu yang terucap dengan lisan maupun dalam hati.

Pembagian Doa Berdasarkan Waktu Dilakukannya.

Selain pembagian-pembagian doa menurut dua tokoh tersebut, disini penulis juga berpendapat bahwa doa bisa digolongkan menjadi tiga macam berdasarkan waktu dilakukannya. Yaitu doa sehari-hari, doa pada waktu-waktu tertentu dan doa yang bisa diucapkan tanpa batasan waktu.

1. Doa sehari-hari.

Doa sehari-hari adalah doa-doa yang biasa diucapkan pada setiap kegiatan sehari-hari.  Bisa diucapkan oleh siapapun dan disesuaikan dengan kegiatan yang sedang dilakukannya. Bacaannya pun berbeda-beda dan sudah ditetapkan pada setiap kegiatan tersebut. Contohnya yaitu doa sebelum tidur, doa bangun tidur, doa sebelum makan, doa sesudah makan dan doa keluar rumah.

2. Doa pada waktu-waktu tertentu.

Doa pada waktu-waktu tertentu adalah doa-doa yang hanya diucapkan pada waktu, situasi dan kondisi tertentu dan tidak diucapkan setiap hari oleh sebagian orang. Contohnya, yaitu doa-doa dalam sholat. Karena tentunya, doa-doa dalam sholat hanya dibaca ketika kita sedang sholat. Tapi walaupun sholat dilaksanakan lima kali sehari, doa-doa dalam sholat tidak bisa disebut sebagai doa sehari-hari. Karena sebagian perempuan tentunya tidak boleh melaksanakan sholat ketika sedang berhalangan. Sehingga doa-doa dalam sholat lebih cocok digolongkan dalam doa pada waktu-waktu tertentu.

Contoh lain dari doa pada waktu-waktu tertentu yaitu doa thawaf, doa idul fitri, doa istisqo dan doa berbuka puasa.

3. Doa yang bisa diucapkan tanpa batas waktu.

Yang terakhir, yaitu doa yang bisa diucapkan tanpa batas waktu. Doa-doa yang termasuk golongan terakhir ini bisa diucapkan kapan saja tanpa tergantung waktu, situasi dan kondisi. Biasanya, doa-doa ini berupa doa permintaan pribadi atau dan orang lain. Contohnya, doa untuk keselamatan dunia dan akhirat, doa untuk diberikan rezeki yang berkah, doa untuk diberikan jodoh yang sholeh/sholehah, dan lain-lain.

Dari ketiga poin pembagian-pembagian doa tersebut, pada dasarnya doa tetaplah perlu menyertakan keikhlasan dan hanya mengharap ridho Allah Swt.. Karena dengan penuh keikhlasan, Allah akan semakin segan untuk mengabulkan tanpa peduli apa jenis doa yang dipanjatkan.

----------------------------------------------------

Tulisan diatas merupakan hasil tugas yang aku kerjakan untuk memenuhi tugas mingguan dari program kelas menulis artikel yang diadakan Lingkar Penulis. - Minggu Keempat.

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: