14 March 2021

Kurir Bernama Firmansyah

Siang hari. Sekitar jam 2 siang.

Ponsel ayahku berbunyi. Bertanda panggilan WhatsApp masuk di ponselnya. Mama - panggilan ayahku - menjawab panggilan itu.

Ternyata, panggilan itu berasal dari seorang kurir. Karena dua hari yang lalu, mama memang sempat membeli beberapa barang secara daring. Setelah panggilan itu selesai, mama mengecek riwayat panggilan di WhatsApp-nya.

"Bib, nahanya kurir nu bieu nelpon teh geus aya ngaranan di hp mama? (Bib, kenapa ya kurir yang tadi nelpon udah ada namanya di hp mama?)"

"Apa, Ma?"

"Ieu kurir nu bieu nelpon. Naha geus aya ngaranan nya? (Ini kurir yang tadi nelpon. Kenapa udah ada namanya ya?)"

"Nu mana kitu? (Yang mana gitu?)" Aku menengok riwayat panggilan WhatsApp mama yang ditunjukkan padaku.

"Nu Firmansyah tah ieu. (Yang Firmansyah nih)."

"Eh iya sih. Haha."

Aku hanya tertawa kecil. Karena tentu saja aku tidak tahu kenapa nama kurir itu sudah bernama di ponsel mama. Dan kata mama pun, mama tidak pernah menyimpan kontak apalagi mengenal seseorang bernama Firmansyah. Terkecuali, seorang tukang sate di pasar. Itupun, hanya Firman saja. Tanpa tambahan -syah di belakangnya.

"Saha nya? (Siapa ya?)"

---

Baca juga :

10 Bulan Pandemi Covid 19 di Indonesia

Game Tanpa Kuota di Chrome - PC

---

Di waktu maghrib.

Ponsel mama berbunyi lagi. Bertanda ada panggilan WhatsApp yang masuk. Dan seperti tadi siang, ternyata panggilan itu berasal dari sebuah kontak bernama Firmansyah. Karena memang masih ada satu paket lagi yang akan diantar hari ini. Namun, mama sedang pergi ke masjid. Aku yang tadinya ingin mengangkat panggilan itu pun, kalah cepat dengan tetehku yang sudah mengambil ponsel mama yang tergeletak di lantai. Jadi, aku lebih baik pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Setelah berwudhu, aku kembali ke kamar untuk melaksanakan sholat. Sambil bersiap memakai mukena, aku mendengar mama yang sedang mengobrol dengan teteh di ruang tengah mengenai kontak kurir bernama Firmansyah di ponsel mama.

Firmansyah. Firmansyah siapa ya? Aku bertanya-tanya sendiri dalam hati. Lalu, tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Teh, yang nganternya bapak-bapak?" Aku bertanya pada teteh yang sedang membuka sebuah paket melalui kaca jendela kamar.

"Bukan da. Aa-aa. (Bukan kok. Aa-aa)"

"Masih muda?"

"Iya."

"Temen aku gitu ya?"

"Kok temen kamu sih, De?"

"Soalnya aku teh punya temen yang namanya Firmansyah."

"Temen Bibah ceunah, Ma. (Teman Bibah katanya, Ma.)"

"Hah? Naha, Bib? Temen Bibah? (Kenapa, Bib? Teman Bibah?)" Mama langsung bertanya.

"Iya kayaknya."

"Naha kontakna aya di mama? (Kenapa kontaknya ada di (ponsel) mama?)"

"Kan aku nyimpen nomernya di gmail. Terus gmail aku login kan di hp mama?"

"Oh enya nya. (Oh iya ya)." Mama mengotak-atik ponselnya kembali. Kemudian mendekati kaca jendela kamarku dan menunjukkan sebuah foto profil WhatsApp sebuah kontak bernama Firmansyah itu. "Nu ieu lain jelmana? (Yang ini bukan orangnya?)"

"Iya kayaknya." Aku menjawabnya sedikit ragu setelah melihat foto profil seorang lelaki muda yang sedang duduk. Wajahnya memang jelas. Tapi aku memang tidak tahu bentuk wajah temanku bernama Firmansyah itu sekarang. Bagaimana bisa tahu? Aku saja terakhir kali ketemu dia di hari kelulusan SD. Sudah hampir delapan tahun lamanya dari hari ini. 

"Naha jigana Bibah mah? (Kenapa kayaknya Bibah?)"

"Ya gak tau sekarang gimana mah. Da udah lama gak ketemu."

"Temen di mana kitu ieu? (Teman di mana memangnya?)"

"Temen SD."

"Oh.. baturan SD."

Mama menjauh dari kaca jendela kamarku. Kemudian duduk di kursi ruang tamu.

"Ai Bibah naha nyaho nomerna? (Ai Bibah kenapa tau nomornya?)"

"Iya aku nyimpen nomornya. Da dia pernah gabung di grup alumni SD." Kayaknya dia udah keluar dari grup sih.

Adzan isya belum berkumandang. Tapi wudhuku sudah batal. Jadi aku pergi ke ruang tamu dan mengecek ponselku. Membuka WhatsApp lebih tepatnya. Dan disitu, aku mencari kontak bernama Firmansyah. Benar saja. Ternyata aku memang menyimpan kontak Firman. Kulihat lebih rinci lagi, ternyata dia juga masih bergabung di grup alumni SD. Bahkan dia adalah salah satu adminnya. Ya, walaupun anggotanya cuma empat orang sih. Haha.

"Teh, bener tau itu teh temen aku."

"Oh iya?"

"Iya. Ini juga masih gabung di grup ternyata."


Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: