12 February 2023

Masjid Al-Jabbar itu Bagus, Tapi ...

Sejak diresmikan beberapa pekan lalu, Masjid Al-Jabbar selalu ramai dikunjungi banyak orang. Desain masjidnya yang menarik membuat banyak orang terkagum-kagum sehingga penasaran ingin melihatnya secara langsung.

Termasuk salah satu di antara banyak orang yang penasaran tersebut, akhirnya aku mengunjungi Masjid Al-Jabbar di akhir Januari lalu. Saat sampai di sana, hari sudah sore bahkan menjelang magrib. Namun keadaan itu membuat aku menjadi orang yang beruntung karena dapat menyaksikan pemandangan masjid saat langit masih cerah tapi disertai cukup cahaya di serambi masjid.

Tampak Masjid Al-Jabbar di sore hari

Seperti masjid pada umumnya, Masjid Al-Jabbar juga memberlakukan batas suci di mana pengunjung harus melepas alas kaki ketika hendak menapaki area masjid. Beruntungnya, di sana banyak pengasong kantong kresek yang menjual kantong kresek kepada pengunjung di dekat pintu masuk dan keluar. Jadi, pengunjung bisa mengamankan alas kakinya dengan bantuan kantong kresek, bahkan meski lebih dari satu pasang alas kaki. Tapi ya tidak enaknya, pintu masuk dan keluar jadi penuh dengan pedagang, belum lagi pengunjung yang berdesakan masuk atau keluar. Ditambah, masih ada pedagang lain di sisi kanan-kiri dekat pintu masuk dan keluar.

Setelah mengamankan alas kaki, aku dibuat terkagum dengan desain masjid yang berbeda dari yang lain. Karena terdapat beberapa tempat wudu yang berdiri dengan bentuk lingkaran di serambi masjid dengan desain yang indah dan diterangi cahaya kuning. Sayangnya, tempat wudu ini terbuka sehingga tidak direkomendasikan bagi perempuan yang berjilbab. Selain itu, karena jumlahnya yang agak banyak, muncul kekhawatiran tersendiri bagi pengunjung karena ada genangan di sektitar tempat wudu.

Tempat wudu di serambi masjid

Masih di serambi masjid, ada tempat duduk melingkar yang mengelilingi sebuah pohon. Aku kurang tahu betul sih itu pohon apa. Tapi yang pasti, tempat duduknya enakeun karena ada sandarannya. Hehe.

Baca juga: Pecinta Buku, Yuk ke Perpus BCH!

Karena kebelet pipis di sore itu, jadi jelas aku pergi ke toilet perempuan. Tapi yang bikin kecewa, toilet perempuan malah mampet sehingga perempuan dipersilakan buang air di toilet laki-laki. Itu sih, di kunjungan pertama kali. Karena beberapa hari setelah kunjungan pertama, aku ke Masjid Al-Jabbar lagi. Dan alhamdulillah toilet perempuan sudah tidak mampet.

Positifnya, penjaga toilet perempuan itu perempuan juga. Bukan laki-laki. Ya, karena kan, pas kunjungan pertama, aku buang air di toilet laki-laki tuh. Yang jaga toiletnya itu laki-laki. Jadi ya, risilah gitu.

Tidak jauh dari toilet, ada tempat wudu yang sangat luas. Keran airnya juga banyak. Hehe. Dan di atas keran, ada tempat penyimpanan barang. Yaa.. masa sih bepergian keluar gak bawa barang banget? Ya setidaknya ada tas kecillah. Atau mukena. Kan Namanya juga ke masjid. Masa gak bawa mukena, wkwk. Dan ini juga jadi poin positif. Karena di beberapa masjid, ada tuh yang gak ada tempat penyimpannnya. Jadi hanya disediakan beberapa paku di sekitar tempat wudu.

Baik untuk laki-laki atau perempuan, toilet dan tempat wudunya terletak di bawah. Sedangkan tempat salatnya berada di atas. Dan untuk menuju tempat salat, harus keluar dulu dari tempat wudu dan melalui serambi masjid yang ramai oleh banyak orang. Keadaan ini sangat memungkinkan adanya sentuhan fisik antara laki-laki dan perempuan, yang jelas dapat membatalkan wudu. Terlebih jika berkunjung di waktu-waktu dekat, di mana pengunjung masih membludak. Ya, sebenarnya, dari tempat wudu, ada tangga juga yang tidak mengharuskan kita melewati pelataran masjid. Tapi aku kurang tau itu tangga menuju ke mana. Karena memang tangganya ditutup juga.

Menuju tempat salat, ada banyak pintu masuk yang bisa dilewati. Tapi ya… terkadang hanya beberapa yang benar-benar dibuka. Di kunjunganku ke sana kedua kalinya, pintu yang terbuka hanya satu. Atau, ada dua, ya? Aku kurang tau tepatnya. Tapi begitu masuk, memang bagian dalam masjidnya cukup bagus. Sayangnya, aku tidak bisa keliling bagian dalam masjid. Karena buru-buru salat ashar, dan orang lain udah diusir buat keluar masjid kalau sudah melaksanakan salat asar. Jadi ya, salat dulu deh. Sehabis itu, tak ada momen untuk mengabadikan bagian dalam masjid karena beberapa petugas yang memburu-buru untuk keluar masjid. Dan fyi, petugas bilang, pintu masjid baru akan dibuka lagi ketika waktu magrib tiba. Sedangkan saat itu, aku dan orang lain diusir sekitar pukul 4 lebih.

Begitu keluar, sebenarnya mikir juga. Kenapa ya, harus diburu-buru? Kan niatnya mau salat. Jadi kasihan sama orang lain yang mau salat. Jadinya mereka salat di luar, dekat pintu masjid. Tapi ya di satu sisi, mungkin memang banyak juga orang yang masuk masjid tapi bukan untuk salat. Melainkan untuk berswafoto, atau bahkan tidur. Jika ada.

Balik lagi ke serambi masjid.

Di sisi kanan dan kiri masjid, terdapat lorong yang dikelilingi perairan. Di sisi-sisinya, terdapat tempat duduk yang menghadap perairan. Kalau masjidnya tidak terlalu ramai sih, tempat ini bisa jadi tempat favorit buat merenung sambil menikmati suasana perairan yang sejuk.

Lorong Masjid Al-Jabbar

Danau buatan

Oh ya, mungkin kamu juga pernah membaca berita, bahwa di awal pembukaan Masjid Al-Jabbar terdapat anak-anak yang berenang di kolam, bukan? Nah, tak jauh dari tempat wudu, sebenarnya memang benar ada beberapa kolam yang mengelilingi air mancur. Tapi saat ke sana, kolam tersebut kering dan diberi penghalang. Mungkin ini sebagai bentuk antisipasi juga barangkali ada anak-anak yang berenang di kolam lagi, ya.

Selain tentang kolam, museum nabi juga menjadi fasilitas yang dikabarkan ada di Masjid Al-Jabbar. Tapi sayangnya aku belum menemukan museum nabi itu berada di sebelah mana. Hiks ☹

Terakhir, taman di Masjid Al-Jabbar. Ya karena masjid ini termasuk salah satu masjid besar yang dapat menampung banyak jemaah, jadi tamannya juga memang cukup luas. Disertai tempat-tempat duduk yang membuat kita nyaman duduk di sana kala sore hari. Lahan parkirnya juga luas, jadi jelas dapat menampung banyak kendaraan.

Foto dari taman Masjid Al-Jabbar

Kesimpulannya, Masjid Al-Jabbar itu memang nyaman kalau dilihat dari fasilitas yang disediakan. Tapi karena belakangan ini pengunjungnya masih membludak, jadi kurang nyaman aja di beberapa sisi.  Semoga yang aku tuliskan ini bisa jadi pertimbangan kamu untuk memutuskan jadi berkunjung ke Masjid Al-Jabbar atau enggak, ya. Hehe.







Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: