06 July 2024

Perpustakaan Batu Api, Perpustakaan Favorit Mahasiswa Bandung Timur dan Jatinangor

Perpustakaan Batu Api

Mahasiswa semester akhir, biasanya sibuk mencari referensi untuk mendukung tugas akhirnya. Sekarang ini, bisa dibilang, cukup mudah untuk mendapat referensi yang menyangkut mata kuliah. Di online, kita bisa menemukan referensi melalui jurnal, ebook di Play Book, ebook di ipusnas, atau di perpustakaan online masing-masing kampus. Sedangkan di offline, kita bisa menemukan referensi melalui perpustakaan-perpustakaan di sekitar tempat tinggal atau kampus.

Nah, jika kamu adalah mahasiswa di kampus Bandung Timur atau sekitar Sumedang, ada satu perpustakaan kecil yang bisa jadi incaran kamu untuk mendapatkan referensi. Ialah Perpustakan Batu Api, yang berlokasi di Jalan Pramoedya Ananta Toer 142A, Jatinangor, Sumedang.

Letak perpustakaan ini sangat dekat dengan Jatoz (Jatinangor Town Square) yang berada di pinggir jalan raya. Untuk ke perpustakaan ini, hanya terhalang oleh satu toko buku dari Jatoz. Jadi bisa dibilang, perpustakaan ini sangat bisa diakses oleh pengendara sepeda motor maupun pengguna angkutan umum.

Sekilas, perpustakaan ini tampak seperti bangunan rumah biasa. Tak heran, banyak orang yang tak menyadarinya bahwa bangunan tersebut adalah sebuah perpustakaan. Tapi jika kamu adalah orang yang suka memperhatikan bangunan sekitar, mungkin kamu akan menyadari adanya tulisan “Perpustakan Batu Api” di balik pagar bangunan tersebut ketika melewatinya.

Baca juga: Museum Gedung Sate, Wisata Sejarah di Kota Kembang

Tampak Depan Perpustakaan Batu Api

Untuk memasuki perpustakaan ini, kita tidak harus membayar biaya apapun. Kita bisa langsung masuk dan memilih buku mana yang akan dibaca. Namun, kita tidak boleh memfoto isi buku sembarangan. Jika ingin memfoto isi buku, maka kita harus bayar Rp500 per halamannya kepada penjaga perpustaakaan tersebut, Pak Anton.

Jika ingin membaca buku di perpustakaannya, kita bisa membaca di dalam ruangannya ataupun di teras perpustakaan. Teras perpustakaan tersebut serupa dengan teras rumah untuk menyambut tamu. Terdapat sofa, meja, dan sebuah papan putih bertuliskan “PERPUSTAKAAN BATOE API”.

Teras Perpustakaan

Namun, bangunan perpustakan tersebut tidak terlalu luas untuk menampung banyak pengunjung. Oleh karenanya, pengunjung tidak disarankan untuk mengerjakan tugas di perpustakaan. Sebagai gantinya, pengunjung bisa memfoto isi buku dengan membayar Rp500 per halaman atau meminjam buku dengan membayar Rp5000 untuk satu pekan.

Sebelum diperbolehkan meminjam buku, pengunjung harus mendaftar sebagai anggota perpustakaan terlebih dulu. Untuk mendaftar sebagai anggota, kita harus mengisi formulir pendaftaran anggota dan membayar sebesar Rp20.000. Setelah terdaftar, kita akan diberikan kartu keanggotaan. Ini adalah kartu anggotaku di Batu Api. Di sini, tercatat bahwa aku adalah anggota yang ke 16.830 di perpustakaan ini.

Sebenarnya, tak heran juga ketika mengetahui bahwa aku adalah anggota yang kesekian ribu. Karena rupanya, Perpustakaan Batu Api ini telah berdiri sejak tahun 1999. Tepatnya, di tanggal 1 April. Jadi tahun ini, Batu Api tepat telah berusia 25 tahun.

Meski memiliki bangunan yang tidak terlalu luas, tetapi buku yang dikoleksi di perpustakaan ini sangat banyak, lo. Banyak jenis buku yang dikoleksi di sini, mulai dari buku fiksi hingga nonfiksi, seperti sejarah, seni, budaya, bahasa, hingga teori, dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Tak heran, banyak mahasiswa yang mampir ke perpustakaan ini untuk menambah sumber bacaannya.

Jika kamu ingin ke sini, silakan datang di hari Senin – Sabtu pukul 10 pagi hingga 6 sore. Jangan lupa, ajak juga temanmu untuk ke sini.




16 April 2024

Curug Panjang: Wisata Curug di Puncak Bogor

Curug menjadi salah satu tujuan bagi banyak orang untuk menghabiskan waktu liburan atau akhir pekan. Kesegaran dan keindahan alam di sekitar curug menjadi salah satu alasan mengapa wisata curug diminati banyak orang. Ditambah lagi, biasanya, air di curug juga lebih jernih dibanding air yang kita lihat di sungai-sungai tengah kota. Benar-benar membuat otak dan diri kita menjadi lebih segar ketika menghindari hiruk-pikuk ramainya perkotaan.

Salah satu curug yang mesti dikunjungi adalah curug panjang yang berlokasi di Kampung Situhiyang, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, tepatnya di lereng Gunung Paseban. Lokasi ini termasuk puncak bogor, loh.

Seperti halnya menempuh perjalanan menuju curug-curug lainnya, kita mesti melewati jalanan yang hanya cukup untuk 1 mobil, disertai belokan-belokan di antara kebun dan jurang. Yang jelas, tidak ada kendaraan umum untuk sampai ke sana. Kalau pun ada, mungkin sedikit sekali. Jadi sebaiknya kita gunakan kendaraan pribadi. Kalau tidak ada, ya bisa sewa kendaraan seharianlah.

Untuk memasuki curug panjang, kita hanya perlu membayar tiket sebesar Rp15.000 per orang dengan biaya parkir motor Rp5.000 dan mobil Rp10.000. Tapi khusus turis asing, biaya tiketnya menjadi Rp50.000 per orang.

Baca juga: Inggit Garnasih, Calon Ibu Negara Indonesia

Setelah melewati loket tiket, kita mesti berjalan kaki untuk sampai ke curug. Tenang saja. Jaraknya tidak terlalu jauh kok. Sedangkan untuk trek jalannya, memang agak licin. Tapi masih ada jalan yang memiliki pijakan-pijakan bebatuan dan aman untuk dilewati. Setidaknya, tidak terlalu curam.

Begitu sampai curug, kita akan disuguhkan dengan pemandangan air terjun yang begitu indah dan asri. Air terjunnya begitu lebat dengan warna air yang sangat bening, bersih dari kotoran. Tak heran banyak orang yang meramaikan curug panjang di akhir pekan.

Meski begitu, kita mesti berhati-hati ketika bermain di sekitar curug. Bahkan jika kamu ingin benar-benar berenang, sebaiknya gunakan pelampung yang disediakan di sana. Karena katanya, kedalaman curugnya sampai 7 meter loh. Pokoknya, stay safe ya selama di sana.

Selain disuguhi suasana yang asri dan sejuk, kita juga bisa membeli makanan atau minuman di beberapa warung sekitar curug. Mulai dari minuman hangat, mie, dan makanan lainnya. Hanya saja, sudah menjadi rahasia umum ya, kalau harga jajanan di tempat wisata itu, cenderung agak tinggi dari biasanya. Jadi ya, alangkah baiknya kalau kita bawa bekal makan dan minum sendiri dari rumah, hehe.

Jika kamu merasa cukup lelah setelah bermain air sepuasnya, jangan lupa mandi! Haha. Tapi tenang aja. Tarif kamar mandi di sana masih normal kok. Rp3000 saja untuk sekali mandi. Jangan lupa bawa pakaian ganti dan sabun dari rumah ya. Karena tidak ada tempat pembelian baju dan sabun di sana, hehe.

Biar agak terbayang dengan keindahan curugnya, aku mau spill beberapa foto yang diambil di sana. Semoga kamu suka!






 

 

 

11 February 2024

Inggit Garnasih, Calon Ibu Negara Indonesia
Foto Bu Inggit dalam Rumah Bersejarah

Selama ini, mungkin kamu telah mengenali sosok Fatmawati sebagai istri Insinyur Soekarno yang menjahit bendera merah putih. Namun tak banyak orang tahu, sebelum Fatmawati, masih ada perempuan lain yang tak kalah banyak berkontribusi dalam kemerdekaan Indonesia.

Ialah Inggit Garnasih, istri kedua Insinyur Soekarno. Yap, Fatmawati adalah istri ketiga dari Insinyur Soekarno setelah Oetari yang merupakan anak dari HOS Tjokroaminoto; dan Inggit Garnasih yang menyediakan tempat tinggal untuk Soekarno semasa kuliah.

Soekarno dan Inggit terpaut usia yang cukup jauh. Ketika Soekarno menikahi Inggit, dirinya masih berumur 22 tahun. Berbeda jauh dengan Inggit yang telah berumur 35 tahun saat itu. Karena faktor itu pula, dalam rumah tangganya, justru Inggitlah yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar biaya kuliah Soekarno. Pekerjaan apapun ia lakukan, mulai dari membuat bedak, lulur, jamu, hingga kutang.

Selain mencari nafkah, Inggit juga tetap setia dan sering menjenguk ketika Soekarno dipenjara. Bahkan ia rela bolak-balik penjara untuk mengantarkan buku kepada Soekarno agar suaminya tidak tertinggal informasi. Benar-benar kesetiaan yang tulus dari wanita hebat dalam keadaan apapun.

Sayangnya, kisah cinta Soekarno dan Inggit mesti berakhir, kala Soekarno menemukan sosok Fatmawati di Ende dan jatuh cinta padanya. Ditambah lagi, Inggit belum bisa memberinya keturunan. Mereka pun bercerai setelah 20 tahun mengarungi pernikahan yang diwarnai perjuangan.

Namun, setelah bercerai dan suaminya menikahi wanita lain, Inggit justru tidak menyimpan dendam. Ia masih menerima istri-istri baru Soekarno sebagai tamu di rumahnya dan memberi wejangan/nasihat kepada mereka dalam menjalin rumah tangga bersama Soekarno. Sungguh, betapa tulusnya hatimu, Bu.

Setidaknya, itulah ringkasan cerita yang aku tangkap setelah mengunjungi Rumah Bersejarah Inggit Garnasih di Jalan Ibu Inggit Garnasih No. 8, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung.

Baca juga: Crisbar Space, Tempat Ngopi Murah di Ujungberung

Meski dikatakan sebagai rumah bersejarah, rumah tersebut tidak lagi seperti rumah zaman dulu karena telah dilakukan perbaikan. Selain itu, tidak ada perabotan rumah tangga apa pun di dalamnya. Tetapi kita bisa menemukan kisah Ibu Inggit di setiap sudut ruangannya, tepatnya di papan yang dipasang pada dinding rumah.

Dari sudut ke sudut, kita disuguhkan cerita Ibu Inggit yang menakjubkan sekaligus menyentuh hati. Dalam rumah itu pula, terdapat replika batu pipisan yang digunakan untuk membuat bedak dan jamu pada zaman dulu.

Di sini, aku termenung. Mengapa sosok setulus Ibu Inggit, justru jarang dilirik dalam sejarah? Mengapa seolah, hanya Fatmawati, yang berjasa besar dalam hidup Soekarno?

Jika saja, pada tahun 1943, Inggit dan Soekarno tidak bercerai, mungkin ialah yang menjadi ibu negara dan dibanggakan lebih banyak warga Indonesia. Tapi ya, kenyataan berkata lain. Kita tak bisa menyanggah hal itu.

Selain Oetari, Inggit, dan Fatmawati, sebenarnya masih ada beberapa perempuan lagi yang dinikahi Soekarno. Siapa saja persisnya, aku pun kurang tau. Tapi di sini aku sadar, bahwa aku cukup mengagumi Soekarno sebagai sosok pahlawan kemerdekaan Indonesia, bukan sebagai lelaki yang mudah menikahi wanita.

Rumah Bersejarah Inggit Garnasih

04 February 2024

Museum Gedung Sate, Wisata Sejarah di Kota Kembang

Tanpa direncanakan, beberapa temanku tiba-tiba mengajak jalan-jalan di suatu hari. Setelah berpikir berulang kali tempat apa yang akan dikunjungi, kami pun memilih Museum Gedung Sate sebagai tujuan jalan-jalan di hari itu.

Namun setibanya di Gedung Sate, kami dipusingkan dengan keberadaan tempat parkir motor dan pintu masuk menuju Museum Gedung Sate. Ternyata, tempat parkir motor terpisah dengan pintu masuk. Kami harus berjalan kaki sampai tiba di gerbang selanjutnya untuk menuju Museum Gedung Sate.

Setelah memasuki gerbang, ternyata kami masih juga dibingungkan dengan keberadaan museum Gedung Sate. Setelah berjalan-jalan di sekitar Gedung Sate dan bertanya pada beberapa petugas, ditemukan jugalah museum Gedung Sate yang kami cari.

Rupanya, museum Gedung Sate berada di sisi kanan kantor utama Gedung Sate. Jika kamu juga ingin berkunjung ke sana, kamu tinggal cari tempat yang di sana terdapat kursi-kursi ala kafe dengan payung di atasnya, dan ada tulisan Gesa Cafe di sekitar tempat tersebut. Jika tempat tersebut sudah ditemukan, kamu juga akan menemukan pintu masuk museum Gedung Sate.

Pintu masuk sudah ditemukan, maka kita tinggal memasuki museumnya dan membeli tiket di resepsionis. Untuk mengelilingi Museum Gedung Sate ini, kita hanya perlu membeli tiketnya dengan harga Rp5000 saja. Tapi perlu diingat, kita hanya bisa memasuki museum ini di hari Selasa-Minggu pada pukul 09.30-16.00. Meski begitu, sebaiknya hindari mengunjungi museum di pukul 12 sampai jam 1 siang, ya. Karena waktu tersebut merupakan waktu istirahat.

Baca juga: Inggit Garnasih, Calon Ibu Negara Indonesia

Jika tiket sudah dibeli, kita sudah bisa mengelilingi Museum Gedung Sate sepuasnya. Di dalamnya, tercatat sejarah Gedung Sate yang disusun dengan begitu apik dan rapi pada dinding di sekeliling ruangan. Dan jika bicara sejarah, tentu tidak terlepas dengan para tokoh yang ikut membangun dan mempertahankan Gedung Sate. Namun jika ingin beralih dari tulisan sejarah, kamu bisa memperhatikan beberapa miniatur Gedung Sate yang dipajang dengan lapisan kaca di sekitar ruangan.

Tak hanya menawarkan penyajian sejarah melalui tulisan, gambar, dan miniatur, pengunjung juga bisa menyaksikan film berdurasi kurang dari 10 menit mengenai sejarah Gedung Sate beserta 7 tokoh pahlawan Gedung Sate. Namun, aku tidak tahu apakah pemutaran film tersebut dilakukan di waktu-waktu tertentu saja atau dalam kurun waktu sekian jam sekali saja. Tapi jika boleh berbagi, saat aku dan teman-teman berkunjung ke sana, film diputar sekitar pukul 13.25 WIB. Dan ketika film diputar pun, ruang studio tidak harus dipenuhi pengunjung terlebih dulu. Jadi kita tidak akan lama menunggu.

Beralih dari film, kita akan menemukan lorong yang lebih gelap setelah keluar dari ruang pemutaran film. Namun, lorong tersebut tidak benar-benar gelap. Karena terdapat cahaya dari bawah lantainya yang berupa animasi bergerak dengan warna yang berganti-ganti. Tapi, bukan animasi orang-orangan kayak Upin dan Ipin atau Boboiboy, ya. Hehe.

Masih di sekitar lorong, kita akan menemukan pintu ruang visual. Di ruang visual ini, ada semacam layar LED yang menunjukkan seolah-olah di ruangan tersebut terdapat beberapa orang yang bekerja. Dan jika kita bergabung di sana, maka kita akan tampak juga seolah-olah kita memang sedang bersama orang-orang bekerja. Padahal, orang yang bekerja itu ya hanya animasi. Dan agar terlihat seperti zaman dulu, tampilan layar LED tersebut hanya menyajikan warna hitam, putih, dan cokelat.

Kalau sudah puas di ruang visual dan keluar dari lorong gelap, selanjutnya kita akan disambut lukisan-lukisan keren karya warga Bandung di lorong yang lebih terang. Lukisan-lukisan tersebut tersaji di atas kanvas sepanjang lorong. Mulai dari lukisan Gedung Sate sampai kesenian khas Jawa Barat, tersaji di lorong ini.

Buat kamu yang masih bingung di weekend ini mau ke mana, Gedung Sate bisa jadi tujuan yang pas untukmu menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga. Selain karena lokasinya yang strategis dan cukup dikenal, harga tiketnya pun masih di bawah harga seporsi seblak yang biasa kamu makan. Hayo ngaku??

Jadi, yuk berwisata sambil menyelami sejarah Gedung Sate di Museum Gedung Sate!


12 March 2023

Crisbar Space, Tempat Ngopi Murah di Ujungberung

Mencari tempat nongkrong yang murah dan asik barangkali jadi suatu pertimbangan bagi sebagian orang sebelum benar-benar mengunjunginya. Selain itu, akses jalan yang mudah dilewati juga jadi salah satu poin penting ketika pertama kali mengunjungi tempat tersebut.

Di Bandung Timur, khususnya Ujungberung, tentu banyak tempat yang sering dijadikan tempat ngopi baik bersama teman-teman atau sendirian untuk sekadar me time. Salah satunya adalah Crisbar Space-yang juga disebut Kopi Pabrik Sukahati-, yang letaknya tepat berada di sisi jalan, tak jauh dari Ubertos.
Ketika mengunjunginya, kamu akan melihat plang berwarna putih yang disertai tulisan CRISBAR SPACE berwarna kuning. Kemudian masuk, dan kamu akan menjumpai tempat parkir motor. Setelah itu, barulah akan ditemui bagian kasir untuk memesan makanan atau minuman.

Kalau membicarakan menu, sebenarnya di sini tidak terlalu banyak menu yang ditawarkan. Tapi kamu tetap bisa memilih untuk makan makanan berat atau ringan, atau mungkin sekadar minuman misalnya. Untuk harga sendiri, cukup terjangkau kok untuk standar kafe. Aku sendiri pernah membeli camilan sekaligus minumannya dengan total harga Rp19.000.

Dari segi fasilitas, Crisbar Space memiliki wastafel yang bisa dijumpai dengan mudah. Ya setidaknya, tidak harus ke toilet dulu untuk menemukan wastafel. Hal ini memang diutamakan sekali karena menu yang dihidangkan di sini tidak disertai sendok atau garpu. Jadi kalau tanganmu kotor sebelum makan, ya bisa cuci tangan dulu pakai sabun.

Baca juga: Curug Panjang: Wisata Curug di Puncak Bogor

Selain wastafel, fasilitas yang tak kalah penting dari tempat nongkrong adalah wifi. Hehe. Sebagai salah satu orang yang mengincar tempat-tempat ber-wifi, fasilitas ini cukup penting bagiku yang senang ngopi sambil mengerjakan tugas. Untuk password wifi sendiri bisa kita tanyakan pada kasir atau pelayan yang ada di sana.

Sedangkan untuk konsep tempatnya sendiri, kafe ini mengusung konsep semi outdoor di mana pengunjung bisa duduk disertai atap, tapi tidak dalam ruangan tertutup. Namun karena hal ini pula, kita jadi akan menemui kucing-kucing di sana. Yang terkadang, sedikit mengganggu karena mereka sering mengincar makanan daging yang kita beli. Jadi kalau kamu makan di sana dan masih tersisa makanan di piringmu, siap-siap jadi incaran kucing deh. Hehe.



Karena tempatnya yang tidak terlalu luas, beberapa fasilitas lain seperti toilet dan musala bisa dengan mudah terlihat tanpa harus berjalan ke sana kemari. Sayangnya, tempat wudunya cukup terbuka. Jadi mudah terlihat para akhi, hehe. Dan sayangnya lagi, tidak ada peminjaman mukena di sana. Jadi untuk para perempuan yang terbiasa salat mengenakan mukena, mending bawa mukena sendiri ya.

Oke, jadi sekian sedikit ulasan dariku tentang Crisbar Space. Terlepas dari plus minusnya, tempat ini bisa jadi rekomendasi untukmu yang sedang mencari tempat berkumpul bersama teman atau menugas sekaligus me time. Selamat berkunjung. 

19 February 2023

Masjid Al-Azwia, Tempat Singgah untuk Salat di Tengah Perjalanan

Perjalanan jauh tentu merupakan hal yang melelahkan. Entah itu naik kendaraan umum atau kendaraan pribadi, keduanya memiliki ketidakenakannya tersendiri.

Naik kendaraan umum misalnya, ya tentu saja ongkos yang mahal. Apalagi, baru-baru ini kan harga BBM naik. Lalu kita juga tidak bisa berhenti di sembarang tempat. Misalnya, kita sudah membayar ongkos penuh sampai tujuan di tempat sewaktu menaiki kendaraannya. Namun saat masih di tengah jalan, waktu salat hampir berakhir. Atau misalkan, ingin salat dulu saja walaupun waktu salatnya masih lama.

Lain lagi kalau naik kendaraan pribadi. Kalau kita yg mengendarai, fokus harus selalu terjaga dan menghindari lamunan. Tapi ya enaknya, kita bisa berhenti atau mampir-mampir dulu. Misalnya berhenti di rumah makan, jajan di pinggir jalan, atau salat di masjid atau musala terdekat. Apalagi kan, masjid di pinggir jalan sudah banyak sekali kita lihat.

Namun, meski aku termasuk tim yang naik kendaraan umum, berhenti di tengah jalan untuk menunaikan salat jadi keputusanku kala perjalanan pulang dari Cirebon ke Bandung beberapa hari lalu. Memang tidak salat di awal waktu juga sih. Karena saat itu, kondisinya mobil baru jalan dari Kadipaten pukul setengah dua belas. Ya, gara-gara kelamaan ngetem sebenarnya. Dan sayangnya, aku bayar ongkos penuh. Jadi agak disayangkan kalau harus berhenti di tengah jalan di awal waktu salat. Sedangkan ongkos sebenarnya saja masih jauh dari ongkos yang dibayar. 

Akhirnya, aku memutuskan untuk berhenti kira-kira pukul setengah dua lebih ketika sampai di Tanjungsari. Dan setelah melihat-lihat beberapa masjid di pinggir jalan dari balik jendela, Masjid Al-Azwia jadi pilihanku untuk singgah dan salat di sana. Dari luar, masjidnya tampak cukup luas. Lahan parkirnya juga cukup untuk beberapa mobil dan motor.

Masjid Al-Azwia, Tanjungsari

Dekat parkiran, sudah bisa terlihat pintu menuju toilet dan tempat wudu bagi laki-laki dan perempuan. Tapi sebelum menuju toilet, ada pula rak penyimpanan alas kaki yang letaknya tak jauh dari pintu toilet perempuan. Setidaknya, kita bisa meneduhkan alas kaki yang dipakai di sini kala cuaca hujan.

Tempat penyimpanan alas kaki

Setelah menyimpan alas kaki, tentu wudu dulu sebelum salat, ya. Kalau mau ke toilet, ya boleh juga.

Yang menarik, bagian dalam toilet di masjid ini sangat bersih, lo. Tidak ada sampah berserakan sedikit pun. Bahkan meski tisu di pojok toilet. Karena terkadang, kan, ada tuh masjid yang dari luar kelihatannya megah dan bersih, tapi ada sampah-sampah kecil di toiletnya.

Baca juga: Masjid Al-Jabbar itu Bagus, Tapi ...

Di toilet perempuan sendiri, ada 4 toilet yang menyatu dengan tempat wudu. Dan di salah satu sisi dindingnya terpasang cermin besar. Sangat bermanfaat sih buat perempuan kalau mau merapikan kerudung atau rambut agar tidak berantakan. Tak lupa, ada juga tempat penyimpanan barang di atas kerannya. Yang pasti, fungsinya untuk menaruh barang yang kita bawa, ya. Tapi sayang, sewaktu aku ke sana, dua kunci toiletnya rusak. Hehe.

Selfie : )

Untuk memasuki masjid, pintu yang dilewati laki-laki dan perempuan berbeda. Bagi laki-laki, bisa memasuki masjid melalui pintu utama yang terbuat dari kaca. Sedangkan bagi perempuan, bisa memasuki masjid melalui pintu yang lebih kecil dan sedikit tersamarkan karena menyerupai dinding di sekitarnya. Letaknya, tak jauh dari tempat penyimpanan alas kaki.

Pintu kaca

Begitu masuk, tampak masjid ini memiliki bangunan yang amat sederhana. Tapi berfungsi utuh keseluruhannya.

Di sisi depan tengah, terdapat sebuah mimbar beserta mikrofonnya. Uniknya, tempat yang biasa ditempati imam tersebut dikelilingi kolam ikan kecil yang membuat masjid ini berbeda dengan masjid pada umumnya.

Mimbar

Di kedua sudut dinding, masih sisi depan, dinding tampak cekung dan terisi rak Al-Qur'an. Desain ini membuatnya jadi tampak menghemat tempat dibanding meratakan dinding dan menyediakan Al-Qur'an beserta rak di luar dinding.

Rak Al-Quran

Kalau tidak bawa sajadah, kita tidak akan salat di atas lantai begitu saja. Karena ada sajadah yang terhampar, kurang lebih memenuhi tiga per empat ruangan. Jadi jemaah laki-laki dan perempuan akan kebagian sajadahnya.

Sayangnya sih, pembatas salat antara laki-laki dan perempuan yang berupa kayu di sini kurang lebih hanya sampai seperut orang dewasa. Terlalu pendek untuk menjadi pembatas di sebuah masjid.

Tapi, hal lain yang tak kalah penting dibicarakan dalam sebuah masjid adalah ketersediaan peminjaman mukena. Hayo.. siapa yang suka ke masjid tapi gak bawa mukena? Hehe. Di sini, kita akan menemukan tempat peminjaman mukena tepat di sebelah pintu perempuan. Tinggal ambil saja. Tidak ada penjaganya. Tapi, lipat dan rapikan kembali mukena yang telah dipakai, ya.

Rak mukena

Beralih ke atas, kita akan menemukan ukiran kaligrafi pada kertas yang mengelilingi dinding masjid. Dan tepat tergantung di atas mimbar, terdapat jam beserta jadwal salat digital.

Kaligrafi dan jam digital

Tak hanya di dalam masjid, kita pun dapat menikmati pemandangan indah berupa gunung hijau ketika duduk di serambi masjid. Benar-benar istirahat yang cukup nyaman deh di tengah perjalanan. Salatnya iya, istirahatnya iya, menyegarkan matanya juga iya. Dan kalau lapar, tinggal menyeberang saja. Karena di sana ada beberapa rumah makan. Hehe.

Pemandangan dari luar masjid

Semoga ini bisa menjadi referensi pilihan masjidmu untuk salat di tengah perjalanan, ya. Hati-hati di jalan.