03 January 2023

Insecurity is My Middle Name : Berdamai dengan Insecurity dengan Pendekatan Islami

Buku Insecurity is my middle name/sumber: https://www.instagram.com/alviardhipublishing/

Judul : Insecurity is My Middle Name

Penulis : Alvi Syahrin

Penerbit : Alvi Ardhi Publishing

Tahun terbit : 2021

Tebal : 264 halaman

Tak dapat disangkal, manusia memang memiliki banyak kekurangan. Bahkan sesempurna, sepintar, dan sehebat apa pun, manusia pasti memiliki kekurangan di sisi lainnya. Meski mungkin, kita belum tahu di sisi apa kekurangan tersebut berada.

Dari kekurangan, kita menemukan istilah insecurity, yakni perasaan tidak percaya diri, malu, takut, gelisah, dan tidak aman yang disebabkan oleh rendahnya penilaian terhadap diri sendiri. Rasanya, hampir setiap orang memiliki insecurity-nya masing-masing. Dari segi apa pun, misalnya fisik, kepintaran, harta, dan status sosial.

Lewat buku Insecurity is My Middle Name, Alvi Syahrin mengajak kita untuk berdamai dengan segala insecurity. Menjelang perjalanan dalam bukunya, Alvi Syahrin menulis, "hai, ini aku, your insecurity. lewat buku ini, kita coba jadi teman, yuk?" membuat kita seolah diajak bicara oleh insecurity itu. Dan di halaman-halaman berikutnya, tulisan-tulisan ringan sarat rasa menanti untuk dibaca.

Secara garis besar, buku ini terbagi menjadi lima bab besar dengan 45 subbab. Diawali dengan topik 'Fisik yang Kurang Menarik' di bab pertama, yang membahas tentang insecurity fisik karena tidak good-looking.

Menurut saya, Alvi mengambil langkah yang tepat dengan mengambil topik fisik di bab pertamanya. Karena dalam bersosialisasi, kebanyakan orang menilai fisiknya dulu ketika pertama bertemu orang lain. Dan di bab ini, Alvi Syahrin berusaha menenangkan kita--orang-orang yang merasa tidak good-looking--dengan cara menyadari bahwa good-looking bukanlah segalanya. Di akhir bab, ia pun mengajak pembaca untuk mencintai diri sendiri dan mulai bodo amat dengan perkataan orang lain.

Di bab kedua, Alvi membicarakan masa depan dengan judul 'Masa Depan yang Buram'. Bab ini adalah gambaran insecurity dari orang-orang yang merasa tidak memiliki keahlian apa-apa. Merasa jadi pengangguran, kalah dengan orang dalam ketika melamar kerja, hingga kesedihan orang-orang yang belum bisa membanggakan kedua orang tuanya. Namun sama seperti bab pertama, di bab kedua ini pun Alvi berusaha 'melegakan' pembacanya agar tak lagi insecure dan berlatih bodo amat dengan omongan orang-orang yang tiada habisnya. Barangkali, inilah yang menjadi tujuan Alvi dalam menulis bukunya. Yakni melegakan perasaan pembaca hingga mengalahkan insecurity-nya.

Baca juga: Melihat Cerminan Dunia di Masa Depan dari Buku Dunia Anna

Berlanjut ke bab tiga, hal pokok yang dibicarakan dalam bab ini adalah rasa iri dengan judul 'Jauh Tertinggal dari Teman-Teman'. Dua hal yang dibahas di sini di antaranya adalah iri karena prestasi teman-teman dan kesedihan karena tidak lolos PTN. Menurut saya, kedua topik subbab dalam bab ketiga ini sangat mewakili isi hati banyak orang mengingat banyaknya lulusan SMA yang menyerah karena tidak diterima di PTN favoritnya.

Dua bab terakhir, menjadi penutup dalam buku ini yang berisi ajakan untuk mengatasi insecurity dan berdamai dengannya. Menjadikannya sebagai teman, dan menerimanya sebagai bagian dari proses hidup kita.

Sepanjang tulisannya, Alvi tak hanya mengajak kita untuk berdamai dengan nasihat-nasihat atau berdasarkan pengalaman pribadinya. Tapi juga disertai hadis Nabi atau ayat Al-Quran yang mendukung tulisannya sesuai topik yang dibicarakan. Hal ini menjadi poin plus dalam tulisannya sehingga pembaca muslim akan merasa makin dekat dengan agamanya meski buku ini bukan buku yang berfokus pada materi keagamaan.

Pesan yang disampaikan pun tidak menggunakan bahasa yang berat. Alvi benar-benar menulis buku ini dengan bahasa yang amat sederhana, ringan, tapi sarat makna dan rasa. Letak tulisannya juga tampak renggang satu sama lain dengan penekanan pada kalimat-kalimat tertentu dengan ukuran tulisan yang lebih besar. Dan yang membuat tak bosan, setiap subbab dalam buku ini diawali dengan halaman berwarna biru yang secara serempak, letak halamannya berada di sebelah kanan. Sehingga buku ini akan tampak didominasi warna kuning khas kertas dan biru, ketika bukunya ditutup dan dilihat dari samping.

Akhir kata, saya menganggap bahwa buku Insecurity is My Middle Name adalah gambaran dakwah bil qolam yang dapat diamati dan ditiru oleh mahasiswa KPI. Jika dihubungkan dengan teori ilmu tabligh, pesan yang disampaikan seorang dai memang selayaknya menggunakan bahasa yang sederhana agar dipahami oleh mad’u, atau dalam hal ini, adalah pembaca. Selain itu, pesan yang disampaikan juga sangat dekat dengan permasalahan banyak orang, yakni insecurity dengan sederet permasalahannya. Meski begitu, media dakwahnya tetap tak mengenyampingkan segi estetika dengan membuat buku lebih berwarna.


- artikel ini telah dimuat di DejavuMagz edisi 293

Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: