Foto Bu Inggit dalam Rumah Bersejarah |
Ialah Inggit Garnasih, istri kedua Insinyur Soekarno. Yap, Fatmawati adalah istri ketiga dari Insinyur Soekarno setelah Oetari yang merupakan anak dari HOS Tjokroaminoto; dan Inggit Garnasih yang menyediakan tempat tinggal untuk Soekarno semasa kuliah.
Soekarno dan Inggit terpaut usia yang cukup jauh. Ketika Soekarno menikahi Inggit, dirinya masih berumur 22 tahun. Berbeda jauh dengan Inggit yang telah berumur 35 tahun saat itu. Karena faktor itu pula, dalam rumah tangganya, justru Inggitlah yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar biaya kuliah Soekarno. Pekerjaan apapun ia lakukan, mulai dari membuat bedak, lulur, jamu, hingga kutang.
Selain mencari nafkah, Inggit juga tetap setia dan sering menjenguk ketika Soekarno dipenjara. Bahkan ia rela bolak-balik penjara untuk mengantarkan buku kepada Soekarno agar suaminya tidak tertinggal informasi. Benar-benar kesetiaan yang tulus dari wanita hebat dalam keadaan apapun.
Sayangnya, kisah cinta Soekarno dan Inggit mesti berakhir, kala Soekarno menemukan sosok Fatmawati di Ende dan jatuh cinta padanya. Ditambah lagi, Inggit belum bisa memberinya keturunan. Mereka pun bercerai setelah 20 tahun mengarungi pernikahan yang diwarnai perjuangan.
Namun, setelah bercerai dan suaminya menikahi wanita lain, Inggit justru tidak menyimpan dendam. Ia masih menerima istri-istri baru Soekarno sebagai tamu di rumahnya dan memberi wejangan/nasihat kepada mereka dalam menjalin rumah tangga bersama Soekarno. Sungguh, betapa tulusnya hatimu, Bu.
Setidaknya, itulah ringkasan cerita yang aku tangkap setelah mengunjungi Rumah Bersejarah Inggit Garnasih di Jalan Ibu Inggit Garnasih No. 8, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung.
Baca juga: Crisbar Space, Tempat Ngopi Murah di Ujungberung
Meski dikatakan sebagai rumah bersejarah, rumah tersebut tidak lagi seperti rumah zaman dulu karena telah dilakukan perbaikan. Selain itu, tidak ada perabotan rumah tangga apa pun di dalamnya. Tetapi kita bisa menemukan kisah Ibu Inggit di setiap sudut ruangannya, tepatnya di papan yang dipasang pada dinding rumah.
Dari sudut ke sudut, kita disuguhkan cerita Ibu Inggit yang menakjubkan sekaligus menyentuh hati. Dalam rumah itu pula, terdapat replika batu pipisan yang digunakan untuk membuat bedak dan jamu pada zaman dulu.
Di sini, aku termenung. Mengapa sosok setulus Ibu Inggit, justru jarang dilirik dalam sejarah? Mengapa seolah, hanya Fatmawati, yang berjasa besar dalam hidup Soekarno?
Jika saja, pada tahun 1943, Inggit dan Soekarno tidak bercerai, mungkin ialah yang menjadi ibu negara dan dibanggakan lebih banyak warga Indonesia. Tapi ya, kenyataan berkata lain. Kita tak bisa menyanggah hal itu.
Selain Oetari, Inggit, dan Fatmawati, sebenarnya masih ada beberapa perempuan lagi yang dinikahi Soekarno. Siapa saja persisnya, aku pun kurang tau. Tapi di sini aku sadar, bahwa aku cukup mengagumi Soekarno sebagai sosok pahlawan kemerdekaan Indonesia, bukan sebagai lelaki yang mudah menikahi wanita.
Rumah Bersejarah Inggit Garnasih |
0 Comments: