06 March 2023

Cara Dapat Bacaan Gratis dan Edukatif Tapi Legal di Internet Tanpa Iklan

TAMAT.

Satu buku telah selesai dibaca. Tapi setelah itu, mau baca buku apa lagi, ya? Karena semua buku yang dimiliki, sudah habis dibaca. Sedangkan kalau mau beli buku lagi, harus nabung dulu. Baca artikel di internet, tak mau juga karena terlalu banyak iklan. Malahan, terkadang muncul iklan dengan visual yang tak senonoh dan tak sepantasnya ditempatkan di web tersebut. Padahal, tak jarang isi tulisan tersebut cukup berkualitas dan oke untuk dibaca.

Tapi, bagaimana dengan aplikasi bacaan?

Ya, aplikasi bacaan juga dapat dengan mudah ditemukan. Namun tidak semua aplikasi menawarkan bacaannya secara gratis. Karena cukup banyak juga aplikasi bacaan yang mengharuskan penggunanya membayar agar bisa membaca isi tulisannya.

Jika kamu sedang berada di posisi tersebut, mungkin beberapa alternatif di bawah ini bisa jadi solusi agar kamu bisa mendapatkan bacaan gratis tapi tetap berkualitas.

Aplikasi Ipusnas

Aplikasi Ipusnas

Di aplikasi ini, kita bisa menemukan baaanyak buku digital alias ebook yang berkualitas. Beberapa karya penulis terkenal pun telah masuk daftar koleksi di aplikasi ini. Selain itu, kita juga bisa menemukan buku referensi mengenai mata kuliah tertentu yang tentunya, bisa membantu kamu di kala ada tugas membuat makalah atau bahkan, membuat skripsi!

Namun selayaknya perpustakaan, satu judul ebook dalam aplikasi ini hanya memiliki beberapa salinan. Kalau buku fisik, ibaratnya eksemplar gitu deh. Jadi kalau ternyata saat kita mau pinjam dan salinannya sudah habis, kita mesti mengantri salinan ebook tersebut dan baru bisa membacanya jika salinan ebook sudah tersedia kembali.

Pun jika kamu sedang meminjam ebook-nya,  kamu hanya memiliki waktu beberapa hari untuk meminjam ebook tersebut . Jika lebih dari waktu yang telah ditentukan, ebook tersebut akan dikembalikan otomatis oleh sistem. Ya ibaratnya, diambil paksalah ya. Kalau kita pinjam buku di perpustakaan luring dan dikembalikannya melewati batas waktu, kita kan bisa kena denda. Nah kalau kita pinjam buku digital di ipusnas ini, bukunya akan dikembalikan otomatis oleh sistem dan kita tidak perlu membayar denda.

Selain ipusnas, masih ada beberapa aplikasi yang serupa dengan perpustakaan digital ini. Di antaranya iJakarta, iNgawi, dan beberapa aplikasi lainnya yang dikembangkan PT Woolu Aksara Maya.

Majalah Digital

Tidak hanya buku, majalah pun kini merambah ke dunia digital. Salah satu majalah digital yang bisa didapatkan secara gratis adalah BCH Zine! melalui link bio akun Instagram @creativehub.bdg. BCH Zine! Ini rilis di setiap akhir bulan, dan membahas tentang kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi di BCH. Tak jarang, tim redaksi juga mengakhiri halaman majalahnya dengan berbagai permainan loh!

Selain BCH Zine!, DejavuMagz juga bisa jadi pilihan kamu untuk membaca bacaan berkualitas. Majalah digital ini merupakan produk dari Forum Penulis Seluruh KPI (FPSK) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Isinya mencakup kegiatan yang terdokumentasi dalam lingkup jurusan, dan ulasan buku, lagu, hingga film! Untuk mendapatkannya, kamu bisa akses link bio di akun Instagram @dejavumedia__.

Google Play Book

Aplikasi Google Play Book

Meski dikenal sebagai tempat pembelian ebook, nyatanya ada banyak ebook yang bisa dinikmati secara gratis oleh pengguna. Ebook gratis ini bisa ditemukan di tab ‘Gratis terpopuler’ atau dari saran yang tersedia. Jadi, kita tinggal pilih dan download saja ebooknya.

Di antara ketiga pilihan tersebut, jadi kamu mau pilih yang mana nih? Share di kolom komentar ya!

26 February 2023

Brianna dan Bottomwise Mencari Gitar Sang Legenda Musik!

Buku Brianna dan Bottomwise
Judul : Brianna dan Bottomwise

Penulis : Andrea Hirata

Tahun terbit : 2022

Jumlah halaman : xviii + 362 halaman

Harga buku : Rp115.000,00

Nomor ISBN : 978-602-291-942-1

Mungkin, kamu sudah tidak asing dengan buku berjudul Laskar Pelangi. Buku tersebut merupakan karya Andrea Hirata yang membuatnya dikenal luas sebagai penulis di Indonesia dan mancanegara karena Laskar Pelangi telah diterbitkan dalam berbagai bahasa di dunia.

Usai 17 tahun setelah karya pertama tersebut terbit, Pak Cik -panggilan akrab Andrea Hirata- kembali merilis buku yang pertama ditulisnya dalam Bahasa Inggris dan akan diterbitkan di luar Indonesia. Buku tersebut berjudul Brianna and Bottomwise yang kemudian diterbitkan dalam Bahasa Indonesia pada pertengahan tahun 2022 melalui Penerbit Bentang Pustaka.

Buku ini berkisah tentang Bottomwise, seorang detektif swasta di California yang mencari gitar kesayangan seorang legenda musik yang amat terkenal. Tapi ia tak sendiri. Ia merekrut Brianna, seorang pembuat wafel yang mengagumi musisi tersebut, dan akhirnya menjadi asisten yang menemaninya dalam perjalanan mencari gitar sang musisi.

Selain Brianna dan Bottomwise, masih ada banyak tokoh yang bermunculan dalam cerita novel ini. Makin banyak bab yang sudah dibaca, makin banyak pula tokoh yang bermunculan. Dan ini justru membuatku menerka-nerka, ada hubungan apa di antara tokohnya?

Sayangnya, cerita ini bisa terbaca jelas alur ceritanya hanya dengan membaca bab paling terakhir dan setelah tahu apa konflik permasalahannya. Jadi, karena sudah tahu akhirnya, jadi kurang greget aja gitu bacanya. Karena kan, ya ada gitu novel yang tak cukup baca sampai konflik permasalahan dan bab terakhirnya saja. Yang walaupun kita baca bab terakhir, kita tidak akan puas karena memang ‘semisterius’ itu alur ceritanya.

Meski begitu, kemisteriusan cerita novel ini justru terletak pada pertengahannya. Dari bab satu ke bab lain, ada saja hal yang tidak disangka. Tokoh baru, hubungan baru, pelajaran dan hikmah baru, terus menyertai sepanjang cerita ini.

Baca juga: Review Buku 'Loneliness is My Best Friend'

Dan sebagai seorang penulis asli Indonesia, latar tempat Indonesia juga dimasukkan dalam cerita ini. Bisa dibilang, latar Indonesia dan latar luar negeri dalam novel ini cukup berimbang. Tapi ya, latar tempat Indonesia cukup lebih dijelaskan detailnya.

Secara umum, novel ini mengambil musik sebagai tema besarnya. Dimulai dari konflik di mana seorang musisi kehilangan gitarnya, seorang pemuda desa yang bermimpi jadi musisi tapi bertelinga kuali, hingga gadis cilik yang bermimpi jadi musisi tapi penuh dengan permasalahan keluarga.

Oleh karenanya, banyak istilah-istilah musik yang muncul dalam novel ini. Sayangnya, aku termasuk orang yang kurang paham mengenai dunia alat musik sehingga tidak bisa membayangkan bagaimana kiranya bunyi musik yang dideskripsikan.

Selain itu, akhir cerita novel ini sangat menggantung. Masih banyak tokoh yang belum tentu nasibnya. Membuatku kecewa sekaligus penasaran, karena kelanjutan ceritanya masih ada di Brianna dan Bottomwise 2, yang sayangnya belum terbit.

Dan, terakhir, buku ini pastinya sangat recommended untuk jadi wishlist bacaan kamu. Atau bisa juga jadi pemberian ke adik tersayang. Karena menurutku, adegan-adegan dalam novel ini benar-benar ramah keluarga. Dan di dalamnya sangat banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik.

Selamat membaca.

29 January 2023

Review Buku 'Loneliness is My Best Friend'
Buku Loneliness is my best friend/sumber : https://www.instagram.com/alvisyhrn/

Ada masanya, kita bertemu dengan orang-orang baru. Lalu berteman, bahkan ada yang menjadi teman dekat dan akrab. Namun di lain hari, akan ada masanya kita dan mereka berpisah. Entah karena jauhnya jarak, entah karena konflik, atau, entah karena mereka memiliki teman baru.

Akhirnya, kita kembali sendiri. Meski kadang, rasa kehilangan menghampiri. Dan perasaan kesepian pun menyergap tanpa permisi.

Kesepian.

Sebenarnya perasaan itu bukan hanya dialami orang-orang yang baru saja kehilangan orang tersayang, tapi juga dialami orang-orang yang butuh teman, atau orang yang merasa sendirian dalam hidupnya.

Alvi Syahrin, seorang penulis, pun pernah merasakan kesepian. Lantas dari kesepian yang pernah dialaminya, beserta bagaimana ia menghadapi kesepian itu, ia menulis sebuah buku berjudul Loneliness : is my best friend yang berarti Kesepian adalah kawan karibku.

Buku ini adalah buku kedua dari buku series Self Healing yang ditulisnya setelah buku Insecurity is my middle name. Kedua buku ini memiliki konsep dan tujuan yang hampir sama. Buku pertama mengajak kita untuk berdamai dengan insecurity, sedangkan buku kedua mengajak kita untuk berdamai dengan kesepian.

Melalui buku Loneliness, Alvi mengenalkan kesepian pada pembaca dengan kalimat-kalimat sederhana. Dan hampir di setiap babnya, penulis mengangkat masalah-masalah kehidupan seputar seseorang yang kesepian, dari masalah yang ringan, sampai berat.

Tak hanya mengangkat masalah, Alvi juga menawarkan beberapa solusi agar pembaca bisa mengatasi rasa kesepian dan berdamai dengannya. Dua bab di antaranya menjelaskan bagaimana cara mendapat teman baru, sebagai solusi bagi orang-orang yang merasa sendirian dan butuh teman.

Dan sama halnya seperti buku Insecurity, ayat-ayat Al-Quran dan hadis ikut terselip di beberapa babnya dalam bentuk terjemahan bahasa Indonesia. Uniknya, di buku ini juga pembaca akan menemukan kisah-kisah Islami yang dapat kita petik hikmah darinya. Dari sini, barangkali kita dapat menangkap bahwa target pasar Alvi Syahrin adalah orang-orang yang kesepian, terutama yang beragama Islam.

Baca juga : Brianna dan Bottomwise Mencari Gitar Sang Legenda Musik!

Dalam bukunya ini, tulisan demi tulisan disampaikan dengan bahasa yang sederhana, yang didominasi bahasa Indonesia dan disertai kalimat-kalimat bahasa Inggris yang cukup familiar. Tampilannya cukup berjarak satu sama lain antarbarisnya, dengan ukuran yang lebih besar atau dipertebal pada kalimat-kalimat tertentu yang ditekankan. Sehingga hal ini membuatnya nampak memiliki banyak tulisan, padahal jika didempetkan, justru jumlah tulisan lebih sedikit dari yang dikira. Meski begitu, hal ini juga bisa jadi solusi bagi orang-orang yang belum terbiasa membaca buku.

Selain dari segi tulisan, gambar yang ditampilkan pada sampul buku juga tak kalah menarik. Dan gambar pada sampul buku tersebut ditampilkan pula di setiap bab dengan judul bab yang menyertainya. Sehingga ketika buku itu ditutup dan dilihat dari samping, akan terlihat tumpukan kertas kuning yang diselipi halaman biru.

Sebagai bonus, Alvi Ardhi Publishing menyertakan barcode menjelang halaman terakhir buku tersebut. Yang jika kita scan atau akses link-nya, akan terbuka Google Drive yang berisi podcast beserta wallpaper ponsel eksklusif.

Akhir kata, sebagai orang yang juga pernah merasa kesepian, aku rasa buku ini sangat relate dengan kehidupanku. Bahkan saat baru membaca judul babnya saja, wah, langsung tertegun, aku juga pernah merasakan ini.

03 January 2023

Insecurity is My Middle Name : Berdamai dengan Insecurity dengan Pendekatan Islami
Buku Insecurity is my middle name/sumber: https://www.instagram.com/alviardhipublishing/

Judul : Insecurity is My Middle Name

Penulis : Alvi Syahrin

Penerbit : Alvi Ardhi Publishing

Tahun terbit : 2021

Tebal : 264 halaman

Tak dapat disangkal, manusia memang memiliki banyak kekurangan. Bahkan sesempurna, sepintar, dan sehebat apa pun, manusia pasti memiliki kekurangan di sisi lainnya. Meski mungkin, kita belum tahu di sisi apa kekurangan tersebut berada.

Dari kekurangan, kita menemukan istilah insecurity, yakni perasaan tidak percaya diri, malu, takut, gelisah, dan tidak aman yang disebabkan oleh rendahnya penilaian terhadap diri sendiri. Rasanya, hampir setiap orang memiliki insecurity-nya masing-masing. Dari segi apa pun, misalnya fisik, kepintaran, harta, dan status sosial.

Lewat buku Insecurity is My Middle Name, Alvi Syahrin mengajak kita untuk berdamai dengan segala insecurity. Menjelang perjalanan dalam bukunya, Alvi Syahrin menulis, "hai, ini aku, your insecurity. lewat buku ini, kita coba jadi teman, yuk?" membuat kita seolah diajak bicara oleh insecurity itu. Dan di halaman-halaman berikutnya, tulisan-tulisan ringan sarat rasa menanti untuk dibaca.

Secara garis besar, buku ini terbagi menjadi lima bab besar dengan 45 subbab. Diawali dengan topik 'Fisik yang Kurang Menarik' di bab pertama, yang membahas tentang insecurity fisik karena tidak good-looking.

Menurut saya, Alvi mengambil langkah yang tepat dengan mengambil topik fisik di bab pertamanya. Karena dalam bersosialisasi, kebanyakan orang menilai fisiknya dulu ketika pertama bertemu orang lain. Dan di bab ini, Alvi Syahrin berusaha menenangkan kita--orang-orang yang merasa tidak good-looking--dengan cara menyadari bahwa good-looking bukanlah segalanya. Di akhir bab, ia pun mengajak pembaca untuk mencintai diri sendiri dan mulai bodo amat dengan perkataan orang lain.

Di bab kedua, Alvi membicarakan masa depan dengan judul 'Masa Depan yang Buram'. Bab ini adalah gambaran insecurity dari orang-orang yang merasa tidak memiliki keahlian apa-apa. Merasa jadi pengangguran, kalah dengan orang dalam ketika melamar kerja, hingga kesedihan orang-orang yang belum bisa membanggakan kedua orang tuanya. Namun sama seperti bab pertama, di bab kedua ini pun Alvi berusaha 'melegakan' pembacanya agar tak lagi insecure dan berlatih bodo amat dengan omongan orang-orang yang tiada habisnya. Barangkali, inilah yang menjadi tujuan Alvi dalam menulis bukunya. Yakni melegakan perasaan pembaca hingga mengalahkan insecurity-nya.

Baca juga: Melihat Cerminan Dunia di Masa Depan dari Buku Dunia Anna

Berlanjut ke bab tiga, hal pokok yang dibicarakan dalam bab ini adalah rasa iri dengan judul 'Jauh Tertinggal dari Teman-Teman'. Dua hal yang dibahas di sini di antaranya adalah iri karena prestasi teman-teman dan kesedihan karena tidak lolos PTN. Menurut saya, kedua topik subbab dalam bab ketiga ini sangat mewakili isi hati banyak orang mengingat banyaknya lulusan SMA yang menyerah karena tidak diterima di PTN favoritnya.

Dua bab terakhir, menjadi penutup dalam buku ini yang berisi ajakan untuk mengatasi insecurity dan berdamai dengannya. Menjadikannya sebagai teman, dan menerimanya sebagai bagian dari proses hidup kita.

Sepanjang tulisannya, Alvi tak hanya mengajak kita untuk berdamai dengan nasihat-nasihat atau berdasarkan pengalaman pribadinya. Tapi juga disertai hadis Nabi atau ayat Al-Quran yang mendukung tulisannya sesuai topik yang dibicarakan. Hal ini menjadi poin plus dalam tulisannya sehingga pembaca muslim akan merasa makin dekat dengan agamanya meski buku ini bukan buku yang berfokus pada materi keagamaan.

Pesan yang disampaikan pun tidak menggunakan bahasa yang berat. Alvi benar-benar menulis buku ini dengan bahasa yang amat sederhana, ringan, tapi sarat makna dan rasa. Letak tulisannya juga tampak renggang satu sama lain dengan penekanan pada kalimat-kalimat tertentu dengan ukuran tulisan yang lebih besar. Dan yang membuat tak bosan, setiap subbab dalam buku ini diawali dengan halaman berwarna biru yang secara serempak, letak halamannya berada di sebelah kanan. Sehingga buku ini akan tampak didominasi warna kuning khas kertas dan biru, ketika bukunya ditutup dan dilihat dari samping.

Akhir kata, saya menganggap bahwa buku Insecurity is My Middle Name adalah gambaran dakwah bil qolam yang dapat diamati dan ditiru oleh mahasiswa KPI. Jika dihubungkan dengan teori ilmu tabligh, pesan yang disampaikan seorang dai memang selayaknya menggunakan bahasa yang sederhana agar dipahami oleh mad’u, atau dalam hal ini, adalah pembaca. Selain itu, pesan yang disampaikan juga sangat dekat dengan permasalahan banyak orang, yakni insecurity dengan sederet permasalahannya. Meski begitu, media dakwahnya tetap tak mengenyampingkan segi estetika dengan membuat buku lebih berwarna.


- artikel ini telah dimuat di DejavuMagz edisi 293

21 August 2022

Pecinta Buku, Yuk ke Perpus BCH!
Rak buku

Keterbatasan buku yang dimiliki adalah salah satu kendala bagi para pecinta buku. Bagaimana tidak? Setelah berusaha untuk menyukai buku dengan mulai membacanya, justru mereka malah kebingungan karena hanya sedikit buku yang mereka miliki. Alhasil, setelah buku yang dimilikinya habis dibaca, mereka tidak tahu harus memuaskan minat bacanya ke buku mana lagi.

Bagi mereka yang berkecukupan, tentu bukan hal yang sulit untuk membeli buku lain. Namun bagi orang-orang yang kurang mampu, perlu usaha besar untuk membeli buku lagi. Misalnya, dengan cara menabung terlebih dulu.

Tapi selain dengan cara membeli buku, para  pecinta buku juga bisa memuaskan minat bacanya melalui perpustakaan. Apalagi, perpustakaan tak pandang bulu. Bisa dikunjungi oleh orang-orang dari kalangan apapun. Baik kalangan 'sultan' atau pelajar, bisa mengunjungi perpustakaan kapan pun mereka mau.

Nah, bagi pecinta buku yang tinggal di Bandung, ada rekomendasi perpustakaan yang bisa menjadi pilihan kamu untuk membaca buku sepuasnya. Perpustakaan tersebut berada di gedung Bandung Creative Hub (BCH) yang berlokasi di Jalan Laswi No.7, Kacapiring, Kec. Batununggal, Kota Bandung.

Gedung BCH ini berada di pinggir jalan. Jadi kamu bisa dengan mudah menemukannya. Desain gedungnya pun berbeda dari yang lain, unik dan berwarna-warni. Bahkan trotoar di sekitar gedung juga berwarna-warni disertai beberapa tempat duduk permanen. Dan di salah satu sisi gedung, terdapat prasasti peresmian gedung Bandung Creative Hub yang menghadap ke jalan raya.


Untuk menuju perpustakaan, kamu bisa memasuki BCH dengan melewati pintu kecil yang berada di samping pintu besar.

Baca juga: Bedanya Emoji dan Emotikon

Tunggu dulu. Hm, bagaimana cara mendefinisikannya ya?

Jika kamu berada di depan BCH, kamu akan melihat amphitheater seperti yang tampak pada gambar di bawah ini. Aku menyebutnya sebagai pintu besar, ya. Hehe. Nah, di samping kanan pintu besar itu, ada pintu kecil, yang sayangnya, tidak aku foto : (


Dari pintu kecil, kamu akan menemukan lift dan tangga di sisi kanan. Dan untuk ke perpustakaan, kamu harus naik ke lantai 2 baik lewat lift atau tangga, sesuai keinginan.

Tapi, sekadar informasi, jika dari pintu kecil yang dimasuki sebelumnya kamu berjalan lurus terus, kamu akan menemukan mushola dan tempat wudu. Ya, ini pasti berarti banget buat kamu yang muslim, kan? Hehe.


Setiba di lantai 2, kamu akan menemukan petunjuk seperti yang ada di bawah ini di depan lift.


Di petunjuk tersebut, perpustakaan memiliki tanda panah ke arah kiri, ya. Padahal perpustakaan berada di sebelah kanan, lo. Jadi tidak jauh dari pintu lift, kamu akan menemukan pintu yang akan membawamu ke perpustakaan.

Masuk ke pintu tersebut, dan berjalan lurus terus hingga kamu menemukan pintu perpustakaan di samping kanan. Dan... Masuklah ke perpustakaan BCH!


Tapi sebelum benar-benar menikmati perpustakaan, kamu harus melepas alas kaki setelah melewati pintu perpustakaan dan menyimpannya pada rak sepatu yang tersedia. Maju beberapa langkah, kemudian akan ditemukan rak penyimpanan barang pengunjung, seperti tas, misalnya. Dan saat menyimpan tas, mungkin kamu akan menemui penjaga perpustakaan yang duduk di balik meja kayu yang tak jauh dari rak penyimpanan barang. Setelah itu, barulah bisa memilih buku yang ingin dibaca di perpustakaan. Rak buku beserta isinya tentu tersusun rapi. Banyak buku dengan kategori beragam yang bisa dipilih. Ada kategori bisnis, pendidikan, ekonomi, komik, fiksi, beserta kategori-kategori lainnya. Namun dari sepengamatanku, lebih banyak rak dengan kategori fiksi sih. Tapi gak papa. Karena kalau aku, emang lebih suka baca buku cerita. Hehe.

Dari awal masuk, perpustakaan ini dialasi dengan karpet. Jadi walau tidak berkaus kaki, kamu tidak akan kedinginan karena dinginnya lantai. Belum lagi ada meja pendek yang bisa digunakan anak-anak. Kalau gak ada karpet dan anak-anak duduk di sekitar meja pendek itu, bakal kerasa banget dingin lantainya sih pasti. Hehe.


Buat kamu yang mau ngerjain tugas di perpustakaan sembari mencari referensi, bisa duduk di kursi empuk beserta meja yang setara tentunya. Terutama kalau ngerjainnya pakai laptop nih, tapi laptopnya sambil dicas, ada stopkontak di atas meja. Jadi ya pasti bisa sambil dicas-lah. Ini kan yang kamu butuhkan?


Kalau ingin baca buku sambil bersantai di samping jendela, kamu bisa pilih tempat duduk persegi dengan keempat sudut yang melengkung ini. Dengan alas yang lumayan empuk dan gak bikin pantat sakit, mood baca kamu mungkin bakal lebih naik lagi. Tapi sayangnya, tempat duduk ini hanya ada empat buah di perpustakaan. Jadi kalau keempatnya diisi orang lain, ya giliran ngalah dulu deh duduknya di tempat duduk lain.


Sebenarnya, kalau diperhatikan, letak perpustakaan BCH sudah terlihat dari pintu besar yang memberi penampakan amphitheater bagi kita. Namun saat itu terdapat semacam penghalang jalan buat masuk lewat amphitheater. Jadi mending lewat pintu kecil ajalah ya : )

Jadi, gimana nih, kamu tertarik buat berkunjung dan baca buku di sana? Atau sudah pernah berkunjung dan mau ke sana lagi?


01 February 2022

Kekurangan dan Kelebihan KBM App dari Sudut Pandang Penulis
Logo KBMApp

Setelah membahas kekurangan dan kelebihan KBM App dari sudut pandang pembaca, kali ini aku akan membahas dari sudut pandang penulisnya. Karena sesuai kepanjangan dari singkatan KBM, yaitu Komunitas Bisa Menulis, maka aplikasi ini tentu saja diperuntukkan juga bagi para penulis.

Aku sendiri, pernah menulis satu buku yang benar-benar tamat di KBM App yang berjudul "CERASAH: Cerita Anak Sekolah". Dan dari situ, aku sedikit-banyak memahami beberapa kekurangan dan kelebihan KBM App dari sudut pandang penulis, terkhususnya dari sudut pandang aku sendiri.

Kelebihan KBM App dari Sudut Pandang Penulis

Bebas Unggah Konten Kapan Saja, Tanpa Kontrak

Jika menulis di KBM App, kamu bisa unggah konten kapan saja ke aplikasi. Setiap hari pun tak apa. Bahkan jika dalam sehari menerbitkan tiga bab sekaligus, kamu bisa klaim tiga puluh koin perak di misi aktivitas.

Selain itu, KBM App juga tidak mengikat penulis dengan adanya kontrak atau surat perjanjian, misalnya untuk menerbitkan bab setiap hari, menamatkan buku dalam kurun waktu tertentu, dan sebagainya. Namun yang perlu kamu tahu, ada perjanjian kerja sama di aplikasi ini. Perjanjian tersebut meliputi: penulis tidak boleh mengunggah konten pronografi dan pornoliterasi; penulis tidak boleh mengunggah konten plagiarisme/saduran; bagi hasil pendapatan penulis dan pihak KBM App; dan lain sebagainya. Baca perjanjian kerja sama KBM App di sini.

Bisa Upload Gambar dan PDF

Mengunggah konten dengan cara menulis tentu sudah menjadi hal biasa di aplikasi menulis. Namun di KBM App, lebih dari itu. Kamu bisa unggah tulisan yang sudah menjadi file PDF atau unggah gambar baik berupa komik atau keterangan tulisan. Jadi kalau suka menggambar sekaligus punya ide cerita, coba saja dulu dibuat komik, kemudian terbitkan di KBM App.

Pengaturan Tulisan

Ketika menulis, terkadang ada kata yang ingin ditebalkan, dimiringkan, dan sebagainya. Nah, pengaturan ini ada di KBM App ketika penulis menulis konten. Jadi, kamu bisa edit tulisan seapik mungkin.

Tanpa Batasan Minimal Subscriber untuk Memonetisasi Tulisan

Setelah berhasil menulis lebih dari tujuh bab dalam satu buku di KBM App, penulis bisa memonetisasi tulisannya agar menjadi tulisan premium alias berbayar. Dan untuk monetisasi tersebut, penulis tidak dibebankan syarat apapun. Tidak juga dengan syarat minimal subscriber. Jadi subscriber di KBM App ini, hanya agar pembaca bisa update terus tulisan terbaru penulis. Bukan untuk syarat monetisasi. 

Fanboard untuk Berinteraksi dengan Penggemar

Di menu profil, kamu akan menjumpai ikon fanboard atau papan penggemar. Di mana dengan fitur ini, penulis bisa berinteraksi dengan para pengikutnya untuk membicarakan berbagai hal atau saling memberi dukungan.

Pelatihan Menulis Setiap Pekan

Tidak sekadar menyediakan platform untuk menerbitkan karya tulis, KBM App juga mendukung para penulis untuk terus belajar melalui program "Belajar Bersama Bintang" yang diadakan setiap pekannya. Biasanya, program ini diadakan setiap Rabu malam pukul 18.30 WIB. Namun, sewaktu-waktu bisa saja berubah, menyesuaikan situasi dan kondisi. Pada bulan Ramadan misalnya, program "Belajar Bersama Bintang" ini dialihkan waktunya menjadi Rabu siang.

Istimewanya lagi, pemateri di program ini tidak hanya Asma Nadia, Isa Alamsyah, Dewa Eka Prayoga, atau Tendi Murti selaku founder-nya. Namun juga penulis-penulis ternama, bahkan sutradara. Beberapa pemateri yang pernah diundang di acara ini di antaranya Dee Lestari, Sintia Yudisia, Ivan Lanin, dan Ahmad Fuadi. 

Program ini pun gratis. Tidak ada biaya sepeser pun yang perlu dikeluarkan untuk mengikutinya walau ikut di setiap pekan. Jadi, manfaatkan akses belajar ini, ya!

Pelatihan menulis bersama Helvy Tiana Rosa

Program Bagi Hasil Pendapatan

Yang satu ini, bisa jadi adalah hal yang sangat dinantikan semua pengguna KBM App. Termasuk aku sih, hehe.

Seperti yang sudah dibahas di tulisan sebelumnya, bahwa sebelum baca bab yang terkunci, pembaca harus unlock babnya dulu dengan 15 koin emas yang setara dengan Rp1.500. Nah, uang yang harus dikeluarkan pembaca itu akan jadi royalti bagi penulis. Namun tidak seluruhnya. Karena ada sekian persen yang perlu dibagi untuk pihak KBM App. Meski begitu, konon katanya penulislah yang mendapat bagian lebih besar.

Kekurangan KBM App dari Sudut Pandang Penulis

Cukup Sulit Menemukan Pembaca

Bagi penulis pemula di KBM App seperti aku, menemukan pembaca yang tepat merupakan hal yang cukup sulit. Ada beberapa hal yang menjadi alasannya. Pertama, pembaca di KBM App sepertinya lebih menyukai topik seputar rumah tangga. Bahkan di beranda saja, konten seputar hal tersebut lebih sering ditunjukkan dan menjadi most viewed. Jadi kalau kamu menulis konten seputar remaja, persahabatan, keluarga, dan sebagainya, selamat! Kamu telah berusaha melawan arus. Namun tentu harus usaha lebih keras.

Kedua, konten baru tidak akan otomatis terekspos di beranda. Karena ya, pengguna KBM App itu sangat banyak. Bahkan banyak di antaranya yang sudah menjadi star writing. Atau bisa diartikan, penulis unggulan. Dan menyaingi mereka bukanlah hal yang mudah. Namun kalau benar-benar kerja keras dan giat mempromosikan tulisan kamu di media sosial, mendapatkan pembaca di KBM App bukan hal yang mustahil.

Komentar Pembaca yang Kesannya Terpaksa

Bukan sekali-dua kali aku menemukan komentar pembaca--meskipun di buku orang lain-- yang kesannya terpaksa. Hal itu terlihat dari komentar mereka yang singkat dan asal memberi rating lima. Rata-rata mereka berkomentar, "wah bagus kak", "keren sekali ceritanya kak", "ceritanya bagus kak, subscribe ceritaku juga ya" dan sejenisnya. Tanpa sedikit pun menyinggung mengenai hal apa yang sebenarnya ada dalam konten tersebut. Misalkan, "ceritanya baper banget", "semoga gak ada teman seperti gita (nama tokoh jahat misalnya) di hidupku", atau sebagainya. Jadi, hal ini tentulah menjadi kekecewaan bagi penulis yang 'serius' karena tidak bisa mendapat kritikan dan masukan yang bisa jadi berpengaruh pada penulisannya ke depannya.

Namun, hal ini pun bukan tanpa alasan. Karena sebenarnya, KBM App juga memberi sebuah sanksi bagi pengguna yang memberi rating 1-3 di buku orang lain dengan mengurangi 10-30 koin perak. Selain itu, KBM App juga memberi reward bagi pengguna yang memberi rating 5 ke 2 buku sekaligus di hari yang sama dengan 50 koin perak. Oleh karenanya, dapat disimpulkan, bahwa alasan pembaca memberi rating lima dan komentar yang rata-rata bagus itu ada tiga: agar tulisannya dikunjungi balik; tidak didenda sehingga tidak mengurangi koin perak mereka; dan mendapatkan koin perak di setiap kali memberi rating lima di dua buku yang berbeda.

-

Teman-teman, tentunya setiap platform menulis itu memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda, ya. Dan di sini, aku tidak ada maksud untuk memojokkan atau mengunggulkan platform yang dimaksud. Jadi, silakan tentukan sendiri apakah aplikasi ini akan dipilih untuk media menulismu atau tidak.

Download aplikasi KBM App di sini.